Pasca-gempuran Militer Israel, Spirit Warga Jenin Tak Tergoyahkan
Kamp pengungsi Jenin mengalami kerusakan berat pasca-serangan dua hari militer Israel. Meski berkali-kali jadi sasaran gempuran, spirit warga Jenin untuk terus melawan pendudukan Israel tak tergoyahkan.
JENIN, KAMIS — Militer Israel mengumumkan berakhirnya serangan besar-besaran dan menarik pasukannya dari Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat, Rabu (5/7/2023). Akibat serangan dua hari di kamp pengungsi Jenin, kerusakan tampak di sana-sini: rumah-rumah hancur, mobil-mobil hangus, jalan-jalan rusak, serta puing-puing pecahan kaca dan selongsong peluru berserakan.
Sedikitnya 12 warga Palestina—sebagian besar dikonfirmasi sebagai pejuang perlawanan pendudukan—tewas dan sekitar 100 orang terluka. Di kubu Israel, seorang tentara tewas.
Setelah pasukan Israel ditarik, para tokoh Jihad Islam dan faksi-faksi perlawanan Palestina lain mengeklaim kemenangan. Suasana kebatinan warga Jenin, yang kembali dari pengungsian sementara, dipenuhi lagi dengan semangat perlawanan terhadap Israel.
”Mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, syukurlah. Anak-anak muda baik-baik saja, keluarga-keluarga juga demikian, dan kamp pengungsi ini tetap ada,” tutur Mutasem Estatia, ayah empat anak, kepada kantor berita Reuters.
”Pesan bagi dunia dan pasukan pendudukan, bahwa kamp pengungsi ini akan terus berjalan,” ujar Ahmed Abu Hweileh (56), penghuni kamp Jenin, kepada Al Jazeera. ”Mereka (Israel) berupaya menghancurkannya dan kamp ini tetap tegak.”
Kamp Jenin dihuni pengungsi Palestina dan keturunannya yang terusir dari tempat tinggal mereka saat negara Israel didirikan tahun 1948. Israel menyerbu kamp itu dengan dalih memburu kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di sana. Kamp Jenin selama ini menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan ilegal Israel di Tepi Barat.
Penarikan pasukan dan sejumlah kendaraan tempur Israel dilakukan mulai Rabu dini hari dan berakhir pada Rabu pagi hari. Ketika seluruh pasukan Israel sudah ditarik dari Jenin, warga Palestina keluar dari kediaman masing-masing. Mereka melihat kondisi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yang hancur akibat operasi militer itu.
Lubang-lubang menganga dan sejumlah bangunan roboh karena dihancurkan kendaraan-kendaraan berat yang dibawa oleh militer Israel saat menyerbu Jenin. Selongsong peluru dan pecahan kaca berserakan di segala penjuru.
”Jalanan hancur, banyak rumah terkena dampaknya, kaca jendela berserakan di mana-mana,” kata Kefah Defayah (33), salah seorang pengungsi di kamp Jenin.
Dia mengatakan, tempat tinggalnya tidak mengalami kerusakan yang berarti. Akan tetapi, mereka kesulitan mendapatkan air bersih, listrik atau layanan internet.
Baca juga: Korban akibat Serbuan Israel ke Jenin Terus Bertambah, Kecaman Saja Tak Cukup
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pemerintah dan militer Israel memastikan bahwa operasi serupa akan terus dilakukan. ”Saat ini kami sudah menyelesaikan misi dan saya dapat mengatakan bahwa operasi ekstensif kami di Jenin bukanlah satu kali saja. Kami akan memberantas terorisme di mana pun kami melihatnya dan kami akan menyerangnya,” kata Netanyahu saat melakukan inspeksi di sebuah pos militer di pinggiran kota Jenin.
Terbesar sejak serangan 2002
Operasi militer di Jenin kali ini dianggap sebagai serangan militer Israel paling intensif di Tepi Barat dalam beberapa dekade terakhir. Sebelumnya, serangan besar-besaran Israel ke Jenin berlangsung pada 2002. Serangan kala itu berlangsung delapan hari, dikenal dengan ”Pertempuran Jenin”.
Militer Israel menyebut bahwa serangan mereka menewaskan 18 warga Palestina yang dianggap memiliki kaitan dengan perlawanan bersenjata warga Palestina. Militer Israel juga menyebut bahwa mereka menahan lebih dari 100 warga Palestina.
Akan tetapi, angka korban yang tewas dalam operasi ini berbeda dengan data yang dimiliki Kementerian Kesehatan Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut, 12 warga sipil Palestina dan seorang anggota pasukan Israel tewas dalam operasi militer ini serta 140 orang terluka.
Militer Israel menyebut bahwa mereka telah menyita ribuan pucuk senjata api, bahan material pembuat bom, dan sejumlah uang tunai. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyebut bahwa operasi militer itu menjadi pukulan berat bagi kelompok militan Palestina. Dia juga berjanji bahwa tindakan keras akan terus dilakukan oleh aparat keamanan Israel jika ada warga Yahudi yang mengalami kekerasan.
Baca juga: Kisah Kamp Jenin, Neraka bagi Israel
”Siapa pun yang menyakiti Israel dan warganya akan berhadapan dengan tembok besi, kekuatan militer dan pasukan keamanan, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka,” kata Gallant.
Penarikan pasukan Israel kemarin terjadi beberapa jam setelah seorang anggota Hamas menabrakkan mobilnya ke halte bus di Tel Aviv yang penuh sesak, melukai sejumlah orang, termasuk seorang perempuan yang mengandung. Penabrak tewas ditembak seorang warga bersenjata.
Banyak rakyat Palestina memandang bahwa kekerasan bersenjata yang terjadi tidak lepas dari tekanan hebat yang dialami mereka selama puluhan tahun. Mereka khawatir, tekanan itu tak akan pernah usai, tidak hanya melalui kekerasan, tetapi juga melalui proses politik.
Mereka juga tak puas atas kepemimpinan Otoritas Palestina, yang mengontrol Tepi Barat. Sebuah video amatir yang diunggah di media sosial memperlihatkan warga Jenin marah dan melempari markas polisi Otoritas Palestina tidak lama setelah militer Israel mundur. Mereka menganggap Otoritas Palestina tidak berbuat apa-apa saat Jenin digempur Israel.
Ketidakpuasan terhadap kebijakan Otoritas Palestina juga terlihat pada saat pemakaman belasan warga sipil Palestina yang menjadi korban operasi militer Israel. Saat mengantarkan jenazah ke pemakaman, para pelayat meneriakkan cemoohan terhadap perwakilan Otoritas Palestina yang hadir dan meneriakkan dukungan terhadap kelompok perlawanan setempat.
Baca juga: Areen al-Ossoud, Gerakan Perlawanan Baru Lintas Faksi di Palestina
Otoritas Palestina dinilai tidak bisa berbuat banyak melihat banyaknya pemukim Yahudi yang merebut tanah-tanah milik warga Palestina dan kekerasan yang dilakukan oleh mereka.
Belum bersatu
Yon Macmudi, Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Strategis Global Universitas Indonesia, dalam wawancara dengan Kompas, Selasa (4/7/2023), menyebut, ketidakpuasan tidak terlepas dari belum bersatunya faksi-faksi di Palestina untuk memiliki tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan Palestina. Yang terjadi saat ini, menurut dia, adalah setiap faksi itu berjalan sendiri-sendiri.
”Faksi-faksi itu bisa saja didamaikan asal ada peta jalan damai yang jelas bagi mereka. Sekarang ini mereka cenderung melihat tidak ada harapan dan akibatnya frustrasi terhadap satu sama lain. Agendanya pun bertentangan satu sama lain,” kata Yon.
Direktur Timur Tengah Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsyih, Rabu (5/7/2023), mengatakan, persatuan Palestina adalah hal terpenting dan mendasar bagi perdamaian di wilayah itu.
Sementara melalui pernyataan tertulis, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Fadli Zon mengatakan, serbuan Israel ke Jenin semakin menegaskan tak ada masa depan perdamaian di bawah rezim pemerintahan Israel sekarang.
”Mereka sudah terbiasa menyerang warga sipil Palestina, termasuk yang tak berdaya seperti di kamp-kamp pengungsian,” kata Fadli, yang juga menjabat Wakil Presiden Liga Parlemen untuk Al Quds (League of Parliamentarians for Al Quds).
”Israel menyerang rumah sakit. Dilihat dari sudut mana pun, aksi brutal Israel ini tak bisa dibenarkan dan dibiarkan. Kita tidak lagi sedang bertanya ihwal pelanggaran Israel atas hukum internasional dan kemanusiaan. Tapi, kita harus bertanya solidaritas kemanusiaan komunitas global,” lanjut Fadli.
Dijadwalkan pada pertengahan Juli ini, BKSAP DPR RI akan menghadiri pertemuan Parlemen Negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Pantai Gading. Mereka akan mengusulkan langkah-langkah konkret parlemen OKI untuk menghentikan kekerasan Israel dan akan mendesak negara-negara OKI bertindak tegas terhadap Israel, termasuk menolak segala upaya normalisasi dengan Israel. Pada akhir Juli, BKSAP DPR RI diundang ke Ramallah untuk menghadiri konferensi Nakba. (AP/AFP/REUTERS/SAM/*)