Serbuan pasukan Israel ke wilayah Jenin mengakibatkan 8 warga sipil tewas dan puluhan lainnya terluka. Israel mengeklaim serangan ini balasan atas serangan Palestina terhadap pemukim Yahudi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEL AVIV, SENIN — Angkatan Bersenjata Israel mengerahkan 2.000 personel, jet tempur F-35, dan pesawat nirawak (drone) untuk menyerang Kamp Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat. Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina menyebut serangan itu menewaskan delapan warga sipil Palestina dan melukai puluhan lainnya. Sebanyak 10 orang di antaranya dalam kondisi kritis.
Media Israel, Jerusalem Post, menyebutkan, serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dimulai sejak Senin (3/7/2023) dini hari. Serangan dilancarkan setelah militer memindahkan ribuan personel setingkat brigade ke wilayah utara Tepi Barat. Saat ini, IDF memfokuskan serangan ke kamp pengungsi Jenin. Akan tetapi, menurut Juru Bicara IDF Brigadir Jenderal Daniel Hagari, mereka berencana memperluas wilayah operasinya ke Samaria.
Operasi militer IDF dimulai dengan menggunakan drone yang menembakkan roket untuk menghancurkan sejumlah bangunan di wilayah Jenin. Setelah itu, secara bertahap, jet tempur Israel ikut menyerang Jenin yang selama ini dikenal sebagai basis kuat para pejuang Palestina.
Asap hitam mengepul dari jalan-jalan yang ramai di kamp. Terdengar baku tembak dan dengungan drone di atas kepala saat pasukan dan kendaraan tempur Israel bergerak maju. Sejumlah warga mengatakan, listrik padam di beberapa titik ketika buldoser militer menerobos jalan-jalan sempit, merusak bangunan saat mereka membuka jalan bagi pasukan Israel.
Pejabat IDF lainnya, Letnan Kolonel Richard Hecht, mengatakan, tujuan operasi itu untuk menemukan dan menghancurkan persenjataan yang ada di wilayah tersebut. ”Kami tidak berencana untuk bertahan. Kami mencari target tertentu,” ujar Hecht.
Militer Israel mengatakan, pasukannya menyerang sebuah bangunan yang berfungsi sebagai pusat komando bagi pejuang dari Brigade Jenin dalam operasi yang disebut sebagai kontraterorisme ekstensif. Sejumlah rekaman video yang diunggah militer Israel memperlihatkan baku tembak antara pasukan mereka dan para pejuang Palestina sepanjang Senin siang hingga petang.
Menteri Energi Israel Katz, kepada radio Angkatan Darat, menyatakan tidak akan menetapkan batas waktu berakhirnya operasi militer ini. ”Sebuah operasi tidak berakhir dalam satu hari,” katanya.
Operasi militer ini dilakukan setelah pemerintah dan aparat keamanan Israel mendapat tekanan pasca-serangkaian serangan terhadap pemukim Yahudi oleh warga Palestina. Serangan terhadap pemukim Yahudi terjadi setelah Pemerintah Israel memberi lampu hijau pada pembangunan kembali sejumlah permukiman bagi warga Yahudi di atas tanah milik warga Palestina.
Menurut kantor berita Palestina, WAFA, militer memblokir jalan-jalan di dalam kamp, mengambil alih rumah dan bangunan, serta menempatkan penembak jitu di atas atap. ”Ada buldoser yang menghancurkan jalan-jalan, penembak jitu di dalam dan di atap rumah, drone menghantam rumah, dan warga Palestina terbunuh di jalanan,” kata Jamal Huweil, aktivis sipil kamp pengungsi Jenin.
Israel memandang kamp pengungsi Jenin sebagai jantung perlawanan Palestina. Dikutip dari Jerussalem Post, IDF memperkirakan, dari 49.000 warga Palestina yang tinggal di Jenin, 25 persennya terafiliasi dengan kelompok Jihad Islam dan 20 persen lagi terafiliasi dengan kelompok Hamas. Pusat perlawanan Palestina tidak hanya berasal dari Gaza, tetapi juga Jenin.
Hagari mengatakan, operasi yang kini tengah berlangsung bukanlah operasi militer penuh karena mereka belum menurunkan kendaraan tempur berat seperti tank. Akan tetapi, dia tidak menutup kemungkinan operasi itu akan menjadi operasi militer dengan skala yang lebih tinggi.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh, dikutip dari WAFA, mengecam serangan IDF ke Jenin dan kamp pengungsinya. Dia menuding Israel berupaya untuk membumihanguskan kamp pengungsi Jenin. ”Warga Palestina tidak akan menyerah pada agresi ini, mereka melakukan perlawanan sampai akhir,” ucap Shtayyeh.
Pernyataan senada disampaikan Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina. ”Rakyat Palestina tidak akan berlutut, tidak akan menyerah, tidak akan mengibarkan bendera putih, dan akan tetap teguh di tanah mereka menghadapi agresi brutal ini,” kata Rudeineh dalam pernyataan.
Operasi militer Israel itu dikhawatirkan bereskalasi menjadi kekerasan yang lebih luas lagi antara Palestina dan Israel. Lynn Hastings, koordinator kemanusiaan PBB di wilayah Palestina, mengatakan di Twitter, dirinya khawatir dengan skala operasi pasukan Israel karena serangan udara di kamp pengungsi yang padat penduduk. Dia juga menyebut PBB sedang memobilisasi bantuan kemanusiaan.
Israel beli F-35
Sehari sebelum operasi militer itu berlangsung, Angkatan Udara Israel menyebut telah membeli 25 unit pesawat F-35 dari Amerika Serikat. Pembelian senilai 3 miliar dollar AS ini akan menambah kekuatan jet tempur F-35 Israel dari sebelumnya 50 unit menjadi 75 unit.
F-35 adalah jet tempur paling canggih di dunia, dan Israel adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang menerbangkannya. Dalam pernyataan, Kementerian Pertahanan Israel menyebut pembelian itu dibiayai dengan skema bantuan militer Pemerintah AS ke Israel. Produsen pesawat Lockheed Martin dan pembuat mesinnya, Pratt & Whitney, juga berkomitmen melibatkan perusahaan Israel dalam proses produksi.
”Perjanjian baru akan memastikan kelanjutan kerja sama antara perusahaan Amerika dan industri pertahanan Israel dalam produksi suku cadang pesawat,” sebut pernyataan itu.
Pembelian tersebut dilakukan pada saat ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran. Israel, yang menganggap Iran sebagai musuh terbesar, sebelumnya telah menggunakan jet F-35 untuk menembak jatuh drone Iran. Israel juga mengancam akan melakukan serangan jarak jauh terhadap sasaran nuklir Iran. (AP/REUTERS)