Apple Bukukan Sejarah Baru dengan Valuasi Capai 3 Triliun Dollar AS
Apple membukukan sejarah baru sebagai perusahaan publik pertama yang memiliki valuasi lebih dari 3 triliun dolar. Gairah pasar tengah tinggi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
NEW YORK, SABTU — Apple Inc. menjadi perusahaan publik pertama yang memiliki valuasi pasar sebesar 3 triliun dollar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan saham, Jumat (30/7/2023). Harga saham perusahaan yang didirikan Steve Jobs, 47 tahun lalu itu, naik 2,3 persen pada 193,97 dolar atau lebih-kurang Rp 2,917 juta per lembar saham pada sesi penutupan perdagangan Jumat.
Bersamaan dengan kenaikan harga saham Apple, sejumlah saham perusahaan teknologi, seperti Amazon, Nvidia, Meta hingga Microsoft mengalami kenaikan. Masing-masing sebesar 1,9 persen, 3,6 persen, 1,9 persen dan 1,6 persen.
Kenaikan valuasi Apple dan mencapai angka 3 triliun dolar bukanlah yang pertama kali. Hal serupa pernah dialami Apple di Januari 2022 ketika valuasi itu mencapai angka 3 triliun dolar di pasar saham. Akan tetapi, valuasi itu tidak bisa bertahan ketika pasar ditutup.
Kenaikan ini diluar ekspektasi setelah nilai saham Apple tenggelam pada awal tahun ini. Valuasinya pada saat itu berada di bawah 2 triliun dollar AS.
Optimisme pasar terhadap Apple mulai muncul ketika perusahaan itu per awal Juni 2023 meluncurkan sebuah produk yang dianggap visioner untuk masa depan teknologi augmented reality. Produk yang diberi nama Vision Pro ini mendorong para pecinta teknologi, khususnya buatan Apple, untuk menikmati dunia baru yang disebut realitas virtual (virtual reality).
Ketika Vision Pro dikenakan di kepala, para pengguna seolah-olah akan dihadapkan dengan sebuah layar monitor raksasa di depannya. Untuk berpindah dari satu layar ke layar lain pun seperti halnya menggunakan MacBook, cukup menggerakkan dua, tiga atau bahkan lima jari secara keseluruhan.
Vision Pro dilepas ke pasar dengan harga jual 3.499 dollar AS atau lebih-kurang Rp 52,6 juta. Produk ini dinilai sebagai terobosan teknologi yang memantik gairah baru di tengah kelesuan pasar.
Saat ini, Apple menghasilkan begitu banyak uang sehingga mampu membagi dividen sebesar 105 miliar dollar AS per tahun kepada para investor dan membeli sahamnya sendiri (buy back). Dari hasil itu, Apple masih menyisakan dana 56 miliar dollar AS di triwulan terakhir tahun lalu.
iPhone, produk unggulan yang pertama kali meluncur pada 2007, menyumbang penjualan hampir 400 miliar dollar AS tahun lalu. Produk lainnya, seperti MacBook (baik MacBook Air, MacBook Pro), Apple Watch, iPad, AirPods hingga layananan streaming Apple+, terus meningkat penjualannya dan perlahan menjadi sumber pundi-pundi uang bagi Apple.
Angka 3 triliun dollar AS, meski dinilai simbolis, tetap saja dianggap pasar dan banyak orang sebagai sebuah valuasi yang menakjubkan. Bila dibelanjakan, dana itu setara dengan nilai sembilan juta unit rumah di AS.
Nilai 3 triliun dollar AS itu juga mampu mengakuisisi 50 tim olahraga paling berharga di dunia. Jika dana senilai 3 triliun dollar AS itu dibagi rata ke seluruh warga AS, setiap orang akan mendapatkan sekitar 9.000 dollar AS atau sekitar Rp 135 juta.
Bersamaan dengan torehan sejarah yang dibukukan Apple, Indeks Dow Jones Industrial mengalami kenaikan 285,18 poin atau 0,84 persen menjadi 34.407,6. Indeks lain, S&P juga mengalami kenaikan 53,94 poin menjadi 4450,38. Ini antara lain berkat kenaikan 11 sektor industri utama.
Nasdaq juga mencatatkan kinerja paruh pertama terkuatnya dalam 40 tahun terakhir dengan kenaikan lebih dari 31 persen. Indeks Nasdaq 100 dari saham-saham teknologi terkemuka melonjak 39 persen. Ini membuat rekor kenaikan paruh pertama terbesarnya.
Sementara itu, perusahaan teknologi lainnya, Microsoft, menempatkan diri sebagai perusahaan publik kedua dengan valuasi terbesar, yaitu 2,5 triliun dollar AS. Artinya, Microsoft terpaut 500 miliar dollar AS dari Apple.
Di tempat ketiga, perusahaan minyak milik Kerajaan Arab Saudi, Aramco, memiliki valuasi sebesar 2,08 triliun dollar AS. Alphabet (perusahaan induk Google), Amazon dan NVidia juga menjadi perusahaan dengan valuasi besar, yakni di atas 1 triliun dolar.
Valuasi Apple dan kinerja positif yang diperlihatkan pasar, khususnya Nasdaq, sangat berarti bagi para pelaku pasar, setelah perekonomian mengalami masa suram. Penutupan perdagangan Jumat kemarin dinilai sebagai masa mendinginnya inflasi AS seteah berbagai kebijakan ekonomi ketat yang diambil Bank Sentral AS.
Walau demikian, ahli strategi ekuitas perusahaan ekuitas Wells Fargo, Anna Han, mengatakan bahwa paruh kedua akan sangat rentan dan akan terjadi aksi ambil untung. “Kami yakin sudah saatnya perdagangan berhenti sejenak,’ kata Han, seperti dikutip dari CNBC. (AP/REUTERS)