Konsolidasi Bakal Berlanjut di Perusahaan Teknologi
Masa-masa yang berat masih akan menimpa perusahaan teknologi. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk bersantai.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Konsolidasi di antara perusahaan teknologi menjadi salah satu isu yang menghangat. Kejatuhan harga saham perusahaan teknologi, pemutusan hubungan kerja, ancaman resesi, dan lain-lain mendorong mereka untuk berbenah. Mereka fokus pada penyelamatan perusahaan dan sedapat mungkin meraih keuntungan. Konsolidasi dalam sejumlah bentuk akan menjadi pilihan perusahaan teknologi pada tahun ini.
Prediksi yang dikeluarkan oleh Financial Times pada edisi akhir tahun menyebutkan, penjualan perusahaan teknologi secara khusus di industri pengaliran konten tidak akan terjadi pada tahun ini. Mereka memilih untuk melakukan konsolidasi. Kejatuhan harga saham mereka pada tahun lalu mendorong mereka meraih pasar lebih luas dengan cara mendominasi pasar.
Spekulasi yang muncul, antara lain, konsolidasi NBC Universal dengan Warner Bros Discovery, Disney dengan Apple, Netflix dengan perusahaan yang mau menghargai platform itu dengan harga mahal. Laporan keuangan mereka yang buruk mendorong mereka untuk cepat berbenah. Tahun 2024 kemungkinan akan ada kejutan setelah mereka menyelesaikan konsolidasi.
Laporan Alexandra Canal di Yahoo Finance juga mengonfirmasi kemungkinan konsolidasi. Ia mengatakan, harga saham yang anjlok, neraca utang, persaingan yang meningkat, dan fokus baru pada profitabilitas menyebabkan perusahaan media dan hiburan mengevaluasi kembali portofolio mereka sehingga pengamat industri mengharapkan lebih banyak aktivitas merger pada tahun 2023.
Tahun ini menjadi titik balik yang cukup bagus. Permainan disebutkan telah berubah. Dulu investor hanya melihat angka-angka akuisisi pelanggan (subscriber) dengan segala cara, tetapi sekarang para investor meminta layanan pengaliran konten menguntungkan. Dengan kata lain, sekarang saatnya bicara keuntungan bukan lagi angka-angka jumlah pelanggan dan interaksi.
Pengamat lain mengatakan, kita sedang memasuki babak kedua perang bisnis pengaliran konten. Banyak spekulasi yang muncul, tetapi pada ujungnya semua tengah mencoba untuk meningkatkan profitabilitas dan membuat platform lebih kreatif untuk bisnis mereka secara keseluruhan. Konsolidasi pada tahun lalu masih rendah, tetapi pada tahun itu dorongan konsolidasi makin kuat karena berbagai tantangan eksternal seperti resesi, perubahan peraturan, dan juga masalah geopolitik.
Dengan kata lain, sekarang saatnya bicara keuntungan bukan lagi angka-angka jumlah pelanggan dan interaksi.
Apakah fenomena yang sama terjadi perusahaan teknologi lainnya? Permasalahan perusahaan teknologi di banyak negara memiliki banyak persamaan. Harga saham yang jatuh, keharusan memasuki fase keuntungan, dan juga tantangan akibat ekonomi makro. Pandemi yang hampir berakhir menyebabkan perubahan permintaan konsumen yang kembali mengarah pada kondisi normal. Permintaan pascapandemi lebih rendah dibandingkan saat pandemi.
Konsolidasi pasti masih akan terjadi. Perubahan permintaan pascapandemi mengharuskan mereka menghitung ulang pengeluaran. Pertumbuhan yang tinggi selama pandemi oleh perusahaan teknologi direspons dengan mempekerjakan karyawan baru terlalu agresif. Langkah ini dilakukan untuk memenuhi rekor permintaan layanan dan barang. Oleh karena itu, potensi perampingan tenaga kerja di perusahaan teknologi masih akan terjadi.
Menurut Theedgemarkets, sekarang perusahaan teknologi tengah mengalibrasi ulang diri mereka sendiri. Kebutuhan tenaga kerja, teknologi, dan juga pendukung lainnya tidak sebesar yang diperkirakan. Pengeluaran di elemen-elemen itu telah membengkak. Apalagi ada keraguan tentang kemampuan perusahaan teknologi untuk meningkatkan modal di balik kenaikan suku bunga perbankan di tengah inflasi yang tinggi. Dana dipastikan mahal alias tidak mudah didapat lagi sehingga mereka harus untung.
Pemutusan hubungan kerja yang terjadi beberapa waktu lalu cukup mengindikasikan bahwa dana segar sudah sulit didapat. Akibatnya, pengeluaran harus ditekan. Mereka akan terus melakukan pengetatan agar bisnis mereka selamat. Upaya menaikkan harga layanan dan produk akan ditempuh untuk mendapatkan dana segar. Meski, cara ini bisa memukul balik seperti di bisnis transportasi, pengantaran, dan mungkin di perdagangan. Orang bisa lari dari satu platform ke platform lain.
Ide untuk menjadi dominan di pasar pasti muncul di kalangan eksekutif mereka. Boleh bilang, ini impian mereka sejak dulu. Mereka ingin jadi pemenang. Secara internal mereka akan berusaha menaklukkan lawan mereka agar menjadi dominan di pasar. Cara ini akan menyelamatkan mereka hingga mereka bisa berbisnis lebih aman. Akan tetapi untuk menuju ke sana, sangatlah tidak mudah. Kasus di dalam bisnis transportasi dan juga pengantaran barang memperlihatkan pertempuran yang sengit dan tak berkesudahan antarpelaku bisnis ini. Kompetisi ini menjadikan mereka berdarah-darah.
Konsolidasi beberapa perusahaan teknologi dengan skala kecil masih akan terjadi. Mereka melakukan ini untuk memperbesar pasar dan sekaligus untuk mengefisienkan biaya. Konsolidasi vertikal di antara perusahaan dalam satu grup akan terjadi. Mereka lebih mudah melakukan konsolidasi seperti itu. Namun, konsolidasi antara perusahaan teknologi besar sepertinya sulit. Perbedaan sejarah, kultur, dan cara berbisnis makin menjauhkan mereka dari kemungkinan untuk ”sama-sama selamat menghadapi tahun penuh tantangan”. Apalagi lembaga persaingan usaha akan memantau aksi korporasi mereka.
Masa-masa yang berat masih akan menimpa perusahaan teknologi. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk bersantai. Pada saat yang bersamaan, dan sudah mulai dirasakan, muncul perhelatan politik dengan segala warna-warninya. Mereka tentu akan direpotkan oleh permintaan ini-itu yang juga melelahkan. Meski demikian, satu pengharapan yang bisa kita pegang, setiap krisis selalu menghasilkan inovasi besar. Perusahaan dan bisnis baru bermunculan pasca-krisis moneter 1998 dan krisis keuangan 2008.