Isu imigran yang berpotensi mendulang suara digunakan kandidat dari Partai Republik untuk berkampanye.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
EAGLE PASS, SELASA — Pesaing terberat Donald Trump dalam bursa calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Ron DeSantis, mengampanyekan kebijakan anti-imigrasi. Tidak hanya ingin menyelesaikan pembangunan tembok di perbatasan AS dengan Meksiko, DeSantis juga ingin mengamandemen undang-undang dasar demi menghapus asas jus soli alias prinsip kewarganegaraan berdasarkan tempat lahir.
Niat itu ia utarakan ketika berkampanye di Eagle Rock, Negara Bagian Texas, Senin (26/6/2023) waktu lokal atau Selasa (27/6/2023) dini hari WIB. Eagle Rock adalah kota kecil yang berbatasan langsung dengan Meksiko. Warganya menyaksikan imigran secara ilegal melintasi perbatasan demi memasuki AS.
DeSantis yang menjabat sebagai Gubernur Negara Bagian Florida sejak 2019 ini menyamakan perilaku imigran ilegal dengan kriminal, seperti maling ataupun perampok. Ia menjanjikan sanksi yang keras bagi para pelanggar karena semestinya hanya mereka yang diterima proses suakanya yang boleh memasuki bumi AS.
”Supaya hukum ditegakkan, anak-anak imigran ilegal yang lahir di AS juga jangan otomatis mendapat kewarganegaraan kita. Asas jus soli harus dihapus,” ujarnya.
AS menganut perolehan kewarganegaraan dari dua asas, yaitu jus sanguinis dan jus soli. Jus sanguinis adalah anak-anak warga AS yang lahir di luar negeri otomatis diakui sebagai warga negara AS. Adapun jus soli adalah jika warna negara asing melahirkan di AS, anaknya berhak memperoleh kewarganegaraan AS.
DeSantis juga berjanji meneruskan pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko sepanjang 3.140 kilometer. Presiden AS 2017-2021 Donald Trump sudah membangun sepanjang 480 kilometer. Walau tidak akur dengan Trump, DeSantis berpendapat pembangunan tembok itu adalah kebijakan yang ia dukung.
Trump sendiri tidak tampak terkesan dengan kampanye DeSantis. Melalui akunnya di media sosial Truth Social, Trump mengejek saingannya yang paling berat di bursa capres Partai Demokrat untuk pemilihan umum presiden AS 2024 itu. ”Tidak kreatif. Tidak orisinal. Semua itu gagasan saya sejak lima tahun lalu,” ujarnya.
Persoalan imigran merupakan salah satu isu yang paling mudah mendulang pendukung kampanye. Kantor berita Associated Press bekerja sama dengan lembaga survei NORC dari Universitas Chicago menerbitkan hasil jajak pendapat pada Maret 2023. Dikatakan bahwa enam dari 10 orang dewasa AS menolak penambahan jumlah imigran.
Sebanyak 44 persen tegas memilih tidak mau lagi ada imigran memasuki AS. Minoritas 20 persen mengatakan mendukung penambahan imigran dan sisanya mendukung kedatangan imigran dengan sistem penyaringan yang ketat. Artinya, hanya orang yang benar-benar membutuhkan suaka sekaligus memiliki wawasan serta keterampilan yang diperlukan untuk pembangunan yang boleh menetap di AS.
Situasi keamanan di sejumlah negara Karibia dan Amerika Latin menjadi penyebab melonjaknya jumlah imigran. Beberapa contoh ialah krisis politik dan keamanan di Haiti ataupun persekusi orang-orang yang menentang pemerintah di Venezuela.
Florida dan Texas adalah dua negara bagian yang menghadapi langsung aliran migran tersebut. Pada September 2022, DeSantis dan Gubernur Texas Greg Abbott mengirim beberapa bus berisi migran ke rumah Wakil Presiden AS Kamala Harris di Washington DC sebagai bentuk protes.
”Mau orang Demokrat ataupun Republik di Washington, semuanya payah dalam mencari solusi. Kami di negara bagian yang harus turun tangan,” kata DeSantis.
Terlepas dari DeSantis dan Trump, tidak semua kandidat capres Partai Republik fokus ke isu imigran. Wakil Presiden 2017-2021 Mike Pence, misalnya, berkampanye fokus mengembalikan AS kepada nilai-nilai konservatif Kristiani.
Hubungan Pence dengan Trump rusak gara-gara peristiwa penyerbuan ke kantor DPR AS pada 6 Januari 2020 oleh para pendukung Trump yang tidak bisa menerima kekalahan dalam pilpres. ”Sudah waktunya negara ini kembali ke marwah undang-undang dasar,” kata Pence, dikutip oleh BBC.
Terdapat pula calon-calon dari kalangan kulit berwarna. Dari kelompok Afro-Amerika ada Tim Scott dan Larry Elder. Ada pula dari kelompok etnis India-Amerika, yaitu Nikki Haley dan Vivek Ramaswamy. Umumnya mereka fokus kepada isu pemulihan perekonomian pasca-pandemi Covid-19. (AP)