Kapal Perang AS Datang, Para Pejabat Vietnam ke China
Hubungan militer Beijing-Hanoi amat penting bagi relasi kedua negara. Sejak Februari 2023, berulang kali pejabat pertahanan Vietnam bertandang ke Beijing dan sebaliknya.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
BEIJING, SELASA — Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Vietnam bertandang ke China kala gugus tempur laut Amerika Serikat bersandar di Vietnam. Beijing mengajak Hanoi untuk semakin meningkatkan kerja sama pertahanan di antara dua negara komunis tersebut.
Menhan China Li Shangfu menerima Menhan Vietnam Phan Van Giang di Beijing pada Selasa (27/6/2023). Kepada Li, Phan menyatakan kesiapan Hanoi untuk terus memperkuat kerja sama pertahanan dengan Beijing. Hubungan militer kedua negara bisa terus ditingkatkan ke aras baru.
Ia juga berterima kasih atas dukungan China dalam kemerdekaan dan pembangunan Vietnam. Hanoi akan senantiasa siap menjalin kerja sama komprehensif dan strategis dengan Beijing. Li menyebut, China dan Vietnam adalah dua negara sosialis yang bertetangga dan bersahabat. Hubungan militer Beijing-Hanoi amat penting bagi hubungan kedua negara.
China tentu saja ingin terus bekerja sama dengan Vietnam, termasuk dalam bentuk praktis antara angkatan bersenjata kedua negara. ”China dan Vietnam perlu terus bersama dan bersatu untuk menjaga kepentingan strategis bersama yang bisa berkontribusi pada keamanan dan kestabilan kawasan,” ujarnya sebagaimana disiarkan Kementerian Pertahanan China.
Li menyebut, situasi kawasan dan global sangat kompleks. Banyak tantangan keamanan di Asia-Pasifik dan perlu kerja sama lintas negara untuk menyelesaikannya. Sejak dilantik pada Maret 2023, Li telah bertemu berbagai koleganya dari negara lain. Ia hanya belum kunjung berkomunikasi dengan Menhan AS Lloyd Austin.
Beijing tidak pernah memberi alasan jelas penyebab komunikasi itu tidak kunjung terjadi. Hal yang jelas, sejak beberapa tahun lalu, AS memasukkan Li dalam daftar sanksi. Li dilarang masuk AS, memiliki properti di AS, ataupun berbisnis dengan orang dan lembaga hukum AS. Sampai sekarang, sanksi itu belum pernah dicabut. AS beralasan, komunikasi Li-Austin tetap bisa dilakukan tanpa pencabutan sanksi. Faktanya, sampai sekarang komunikasi tidak terjadi.
Selain itu, komunikasi tingkat tinggi antara pemangku keamanan dan pertahanan AS-China praktis berhenti sejak September 2022. China memutuskan komunikasi itu setelah Nancy Pelosi, kala itu masih menjadi Ketua DPR AS, menyambangi Taiwan.
Manuver AS dan sekutunya
Para pejabat China dan Vietnam terus saling mengunjungi nyaris hampir tiap bulan sejak Februari 2023. Pejabat kemenhan kedua negara bolak-balik bertemu di Hanoi atau Beijing.
Pham tiba di Beijing tepat kala gugus tempur laut USS Ronald Reagan bersandar di Da Nang, Vietnam, pada Minggu sore. AS mengerahkan kapal induk Ronald Reagan, kapal jelajah USS Antietam, dan kapal jelajah USS Robert Smalls.
Gugus tempur laut yang dilengkapi rudal itu berada di Vietnam selama lima hari sejak Minggu. ”Kunjungan ini menunjukkan pesan bahwa Vietnam berusaha terus mengimbangi China lewat peningkatan kerja sama pertahanan dengan AS dan kekuatan lain,” kata peneliti keamanan maritim China, Nguyen The Phuong.
Guspurla AS bukan satu-satunya kapal perang asing yang merapat ke Vietnam. Pekan lalu, Jepang juga mengirimkan kapal perangnya ke Vietnam. Sementara India lebih dulu berlabuh di Danang, Vietnam, pada Mei 2023. Lawatan itu terjadi kala Vietnam memprotes kehadiran kapal penjaga laut China di sekitar Zona Ekonomi Eksklusif Vietnam di Laut China Selatan. Beijing membantah masuk ke perairan Vietnam dan berkeras kapal-kapalnya masih di perairan China.
Kapal-kapal penjaga laut China memang berulang kali menjadi pemicu ketegangan dengan sejumlah negara Asia Tenggara. Beijing selalu beralasan, kapal-kapalnya tetap di perairan China. Alasan itu diajukan karena Beijing mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan lewat konsep Sembilan Garis Putus-putus.
Bukan hanya China, Taiwan juga mengklaim hampir seluruh laut itu. Taipei memakai konsep 11 Garis Putus-putus untuk menjadi dasar klaimnya. Baik sembilan maupun 11 garis sama-sama tidak diakui negara-negara di kawasan. Konsep itu dinilai tidak sesuai dengan hukum internasional.
China lebih gencar menegaskan klaimnya. Sementara Taiwan hanya sesekali membuat pernyataan di laman Kementerian Luar Negeri atau Kemenhan-nya. China terutama menegaskan klaim lewat kehadiran kapal penjaga laut.
Pada awal Mei 2023, Menhan Singapura Ng Eng Hen memperingatkan, kapal penjaga laut menjadi salah satu pemicu konflik paling potensial di kawasan. Sebab, belum ada panduan dan praktik jelas untuk komunikasi di antara para penjaga laut lintas negara. Padahal, kapalnya semakin banyak dan semakin besar.
Sebaliknya, angkatan laut berbagai negara telah punya panduan praktis berdasarkan pengalaman lapangan untuk mengelola interaksi di Laut China Selatan. Namun, panduan itu belum disepakati semua pihak dan tidak mengikat. (AP/REUTERS)