Presiden Biden Pancing Keributan Lagi dengan China
Pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut Presiden China Xi Jinping dengan sebutan diktator berisiko memancing ketegangan baru.
BEIJING, RABU - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengeluarkan komentar yang memancing ketegangan baru antara Beijing-Washington. Ini hanya berselang sehari setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, berkunjung ke China dan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping.
Biden menyebut Xi sebagai “diktator” pada acara penggalangan dana di California, AS, Selasa (20/6/2023). Pada acara itu, Biden mengatakan Xi sangat malu ketika balon mata-mata China yang dicurigai terbang keluar jalur di wilayah udara AS beberapa waktu lalu. Sementara Blinken, Senin lalu, sudah mengatakan masalah itu harus diakhiri.
Baca juga: Indonesia dan ASEAN di Tengah Pusaran AS-China
“Alasan kenapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu karena dia tidak tahu balon itu ada di sana. Itu sangat memalukan bagi para diktator karena tidak tahu apa yang terjadi. Seharusnya tidak begitu. Apalagi balon itu meledak,” kata Biden.
China berang dan menilai pernyataan Biden itu konyol, tidak masuk akal, tidak bertanggungjawab, dan provokatif. Padahal pertemuan Blinken dengan Xi dan kunjungannya selama di China dinilai kedua belah pihak produktif meski tidak menghasilkan terobosan yang signifikan.
Hubungan Amerika Serikat dan China dalam beberapa tahun terakhir berada di titik terendah sejak hubungan formal keduanya terjalin pada 1979. AS berkepentingan membendung pertumbuhan China di bidang ekonomi dan militer agar tidak menandingi hegemoninya secara global. Sebaliknya, China berkepentingan tumbuh menjadi negara yang semakin kuat.
Sebelumnya, Biden pernah menyebut China sebagai negara kediktatoran dan tempat otokrat diktator. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada pemimpin dunia lain yang ingin menjadi Xi. Pernyataan Biden tentang Xi pada, Selasa lalu, adalah yang pertama kali dan yang paling eksplisit menyebut Xi sebagai diktator.
“Pernyataan itu sangat tidak masuk akal, tidak bertanggungjawab dan melanggar fakta, protokol diplomatik, dan martabat politik China. Itu provokasi politik terbuka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, Rabu (21/6/2023).
Baca juga: Bersaing Tanpa Berpaling
Xi menjadi pemimpin paling kuat di China sejak Mao Zedong. Ia mengamankan masa jabatan ketiga sebagai presiden pada Maret 2022. Pada Oktober 2022, Xi ditetapkan sebagai Ketua Partai Komunis China. Xi memimpin sistem satu partai yang oleh banyak kelompok hak asasi manusia, pemimpin Barat, dan akademisi disebut sebagai kediktatoran.
Alasannya, sistem itu tidak memiliki peradilan yang independen, media yang bebas, atau hak pilih universal untuk jabatan nasional. Kritik terhadap Xi dan partainya disensor secara daring. Siapa pun yang mengkritik berisiko ditahan.
Meski pernyataan Biden soal Xi itu membuat marah China, Direktur Pusat Studi Amerika di Universitas Fudan di Shanghai, China, Wu Xinbo, tidak yakin kejadian itu akan merusak hubungan AS dan China. Namun, pernyataan Biden itu akan memengaruhi rasa saling percaya, termasuk dalam komunikasi antarpara pemimpin.
“Tetapi tidak akan menghapus apa yang sudah dicapai Blinken dalam kunjungannya ke China. Mulut besar Biden memang seperti meriam lepas saja,” ujarnya.
Kepala Program China di lembaga kajian Stimson Center di Washington, AS, Yun Sun, menilai AS tidak ingin membesar-besarkan isu ini lagi. China juga tidak mau sebenarnya karena bisa merusak prospek proses yang mengarah ke pertemuan bilateral antara Xi dengan Biden pada November mendatang. Keduanya kemungkinan akan bertemu dalam pertemuan APEC di AS.
Kedua belah pihak sepakat melanjutkan keterlibatan diplomatik dengan lebih banyak kunjungan pejabat AS dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.
Dalam pertemuan tatap muka di Beijing, Blinken dan Xi sudah sepakat akan menstabilkan persaingan AS-China sehingga tidak mengarah ke konflik. Meski kunjungan itu tidak menghasilkan terobosan, kedua belah pihak sepakat melanjutkan keterlibatan diplomatik dengan lebih banyak kunjungan pejabat AS dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.
Selama kunjungan Blinken, China menegaskan kembali keberatannya pada AS yang mendukung Taiwan. AS juga berusaha memblokir akses China ke teknologi pembuatan chip komputer mutakhir yang dapat digunakan untuk tujuan militer dan menuduh China mencuri kekayaan intelektual AS.
Setelah bertemu dengan Xi, Blinken mengakui adanya perbedaan yang mendalam di antara keduanya. “Ada banyak masalah yang kami sangat tidak sependapat,” ujarnya.
Xi juga sependapat tetapi menyarankan agar persaingan dapat diatasi. “Persaingan diantara negara-negara besar tidak sejalan dengan tren zaman dan tidak dapat menyelesaikan masalah Amerika Serikat sendiri dan tantangan yang dihadapi dunia,” kata Xi kepada Blinken.
“China menghormati kepentingan Amerika Serikat dan tidak akan menantang atau menggantikan Amerika Serikat. Demikian pula, Amerika Serikat juga harus menghormati China dan tidak merugikan hak dan kepentingan China yang sah,” kata Xi.
Baca juga: AS Terlalu Lelah Bermain Geopolitik Panas
Biden merencanakan mengirimkan utusan iklim AS, John Kerry, ke China dalam waktu dekat. Biden bahkan menilai hubungan AS dan China sekarang sudah berada di jalur yang benar dan sudah ada kemajuan yang dicapai selama kunjungan Blinken ke China.
Selama ini Biden sering mendefinisikan keadaan politik global saat ini sebagai pertarungan antara demokrasi dan otokrasi. Ia juga mengatakan negara-negara yang dipimpin secara demokratis harus membangun hubungan ekonomi untuk menyeimbangkan negara-negara yang dipimpin otokrasi, yang itu artinya mengarah ke Rusia dan China.
China tidak setuju dengan itu. Menanggapi Biden, Xi pernah memberitahu Biden dalam pertemuan November 2022 bahwa China memiliki "demokrasi gaya China”.
Pada kesempatan terpisah, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menilai komentar Biden itu bertentangan dengan upaya Blinken meredakan ketegangan AS dan China. Itu kenapa ia mengaku tidak paham sama sekali maksud Biden dengan pernyataan yang memancing emosi itu.
“Tetapi biarkan saja, itu urusan mereka. Kami sendiri punya hubungan tidak baik dengan AS sementara hubungan kami sangat baik dengan China,” ujarnya.
Pada Selasa itu, bukan pertama kalinya Biden membuat pernyataan yang provokatif, pada resepsi penggalangan dana -- biasanya acara skala kecil di mana kamera dan rekaman dilarang tetapi jurnalis dapat mendengarkan dan menyalin pidato pembukaan presiden.
Pada salah satu acara seperti itu Oktober lalu, Biden berbicara tentang ancaman nuklir "Armageddon" dari Rusia. (REUTERS/AFP/AP)