PM India Narendra Modi mendapat perlakuan spesial sebagai pemimpin ketiga yang diundang dalam kunjungan kenegaraan oleh Presiden AS Joe Biden sejak Biden berkuasa di Gedung Putih.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Perdana Menteri India Narendra Modi, Rabu (21/6/2023) waktu setempat, memulai lawatan kenegaraan di Amerika Serikat. Washington menyiapkan karpet merah—secara literal maupun simbolik—bagi Modi. Meski ada perbedaan sikap terkait isu perang Ukraina dan hak asasi manusia, Presiden AS Joe Biden ingin merangkul India di tengah kompetisi negaranya dengan China di ranah global.
Kedatangan Modi atas undangan Biden. Modi menjadi pemimpin ketiga sebagai tamu dalam kunjungan kenegaraan yang diterima Biden sejak Biden berkuasa di Gedung Putih mulai 2021. Dua pemimpin sebelumnya adalah Presiden Perancis Emmanuel Macron (Desember 2022) dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol (April 2023).
Sebelum menjadi perdana menteri (PM) pada 2014, Modi lima kali bertandang ke AS. Namun, ini merupakan kunjungan pertamanya ke negara itu dengan status diplomatik kunjungan kenegaraan. Wartawan BBC di India melaporkan, Modi pernah ditolak masuk AS karena isu HAM. Kini, Washington melihatnya sebagai sosok mitra krusial, terutama untuk meredam berbagai tindakan asertif China.
Saat berbicara kepada wartawan menjelang kedatangan Modi, Jubir Dewan Keamanan Nasional John Kirby menepis kaitan kunjungan Modi dengan isu persaingan AS-China. ”(Kunjungan) ini bukan soal mengirim pesan kepada China,” katanya.
”Kami memperdalam dan melanjutkan peningkatan kemitraan dengan India yang kami yakini benar-benar menjadi kekuatan untuk kebaikan dunia. Kami tahu, India akan menjadi mitra strategis selama beberapa dekade ke depan,” tutur Kirby.
Meski demikian, ia secara implisit mengakui posisi strategis yang dimiliki India. ”Mereka (India) memperlihatkan komitmen yang terus meningkat untuk lebih banyak terlibat di kawasan Indo-Pasifik,” kata Kirby melanjutkan.
”Kunjungan ini bukan soal China, melainkan persoalan peran China di ranah militer, ranah teknologi, ranah ekonomi akan masuk agenda (pembicaraan),” kata Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS.
Belum lama ini, Biden bertemu dengan Modi pada pertemuan puncak Quad di sela-sela KTT G7 di Hiroshima, Jepang, 20 Mei 2023. Selain beranggota AS dan India, perkumpulan empat negara demokrasi itu juga mencakup Australia dan Jepang. Quad kerap dipandang sebagai kumpulan kuartet untuk menangkis langkah China.
Seperti pemimpin-pemimpin AS sebelumnya dari kalangan Demokrat, Biden biasanya menjadikan isu HAM sebagai salah satu ”senjata” dalam percaturan di tingkat global. Namun, demi menggandeng Modi, yang juga kerap disorot terkait tuduhan pelanggaran HAM, Washington bersikap lunak terhadap New Delhi.
Dalam laporan terbarunya mengenai kebebasan beragama, Departemen Luar Negeri AS mengangkat beberapa kasus serangan terhadap kelompok minoritas beragama di India. Washington juga menyebut beberapa pernyataan anggota-anggota Partai Bharatiya Janata pimpinan Modi yang dipandang memantik kemarahan.
Isu lain ketika India memperoleh ”perlakuan khusus” AS adalah terkait Rusia. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Februari 2022, Biden berupaya keras mengisolasi Moskwa. Namun, Modi menolak seruan Biden untuk ikut menjatuhkan sanksi terhadap Moskwa.
Alih-alih mengikuti genderang Washington, Modi malah memanfaatkan isolasi Barat terhadap Moskwa dengan memborong minyak Rusia dengan harga diskon. Sikap lunak AS terhadap India kontras dengan sikap mereka terhadap negara lain yang memiliki sikap serupa. Terhadap Afrika Selatan, misalnya, para anggota Kongres AS mendesak Gedung Putih yang menghukum negara itu.
Rick Rossow, pakar India pada Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan bahwa AS menganggap isu China dalam jangka panjang—dalam konteks ini India beraliansi dengan AS—lebih penting daripada perbedaan apa pun mengenai Rusia.
AS butuh India sebagai penyeimbang pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. Bagi India, menurut Tanvi Madan, Direktur Proyek India pada lembaga Brookings Institution di Washington DC, seperti dikutip BBC, ”sangat jelas Pemerintah India melihat hubungannya dengan AS berguna untuk menghadapi China”.
AS butuh India sebagai penyeimbang pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.
Michael Kugelman, Direktur South Asia Institute pada lembaga think-tank Wilson Center di Washington DC, AS dan India kini mulai ”satu pandangan di teater lebih luas di Indo-Pasifik”. ”Kita mulai melihat AS mengakui pentingnya komponen-komponen Barat di kawasan Samudra Hindia,” katanya, seperti dikutip BBC.
”Selama bertahun-tahun, perhatian utama India—demi alasan yang masuk akal—adalah kawasan Samudra Hindia. Adapun bagi AS, perhatian utamanya adalah Samudra Pasifik dan Laut China Selatan. Mereka akan memandang keamanan maritim di kawasan saat ini.”
Diplomasi yoga
Sebelum tiba di Washington DC, Modi lebih dulu menyambangi New York. Di kota ini, ia bertemu dengan bos Tesla, Elon Musk, Selasa (20/6/2022). Kepada Modi, Musk menyampaikan rencananya untuk memasok mobil Tesla ke India sesegera mungkin.
Di New York, Modi juga singgah di Markas Besar PBB. Pada Rabu, bersamaan dengan peringatan Hari Internasional Yoga, ia ikut mempraktikkan yoga bersama warga lain di halaman utara Markas Besar PBB.
Dalam pernyataan singkatnya, Modi mengatakan, yoga bisa dipraktikkan warga semua usia, lintas agama, dan lintas budaya. ”Ini tradisi yang sangat tua, tetapi seperti semua tradisi kuno India, (yoga) juga terus bertahan hidup dan dinamis,” katanya.
Dari New York, Modi terbang ke Washington DC. Rabu sore, ia mengunjungi Lembaga Sains Nasional (National Science Foundation), tempat Ibu Negara AS Jill Biden mengajar, di Alexandria, Virginia. Modi datang terlambat 30 menit dari waktu yang telah dijadwalkan. Dari tempat itu, ia kemudian bergeser ke Gedung Putih untuk menghadiri acara santap malam dengan Biden dan Jill Biden.
Modi termasuk sedikit pemimpin dunia yang mendapat kesempatan berpidato di sidang Kongres AS lebih dari sekali.
Pada Kamis waktu setempat, Modi akan disambut dengan upacara penghormatan militer secara penuh di Gedung Putih, lalu menyampaikan pidato di sidang Kongres AS. Majalah The Economist mencatat, ia termasuk dalam sedikit pemimpin dunia yang berpidato di sidang Kongres AS lebih dari sekali. Di antara sedikit pemimpin itu adalah Winston Churchill, Nelson Mandela, dan Volodymyr Zelenskyy.
Dua anggota DPR AS, yang beragama Islam, Rashida Tlaib dan Ilhan Omar, menyatakan akan memboikot pidato Modi sebagai protes atas tindakan pemerintahan Modi kepada kelompok minoritas beragama di India.
Pejabat AS mengungkapkan, dalam pertemuan bilateral, Kamis ini, Biden dan Modi akan mengumumkan kesepakatan ”pengembangan bersama dan produksi bersama sistem militer, termasuk sebagian sistem yang sangat canggih”.
Bagi India, hal ini ditujukan untuk memperluas sumber belanja senjata di luar mitra pemasok tradisionalnya, Rusia. New Delhi mengandalkan hampir 50 persen persenjataannya dari belanja ke Moskwa. Pengumuman penting yang akan disampaikan termasuk kemungkinan kesepakatan bahwa General Electric akan memasok mesin untuk jet-jet tempur buatan dalam negeri India.
Selain kerja sama keamanan, topik yang akan diangkat Biden dan Modi mencakup isu iklim. AS dan India berada di posisi berseberangan dalam isu itu, melukiskan pertarungan antara negara maju dan negara berkembang.
Seusai pertemuan di Gedung Putih, kedua pemimpin akan menggelar konferensi pers. Yang tidak lazim, dalam konferensi pers itu Modi akan memberi kesempatan wartawan mengajukan pertanyaan. Sejak menjadi PM, mulai dari sembilan tahun lalu, Modi belum pernah mengadakan konferensi pers tunggal di India. Pada Mei 2019, ia menggelar konferensi pers, tetapi tidak memberi kesempatan awak media bertanya. (AP/AFP/REUTERS)