India-Rusia Kerja Sama Pertahanan hingga Tahun 2030
India istimewa karena dekat dengan Rusia dan China, tetapi di saat yang sama juga anggota pakta pertahanan Quadrilateral dengan Amerika Serikat.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
NEW DELHI, SENIN — India dan Rusia memiliki hubungan yang terbatas, tetapi kuat di sektor keamanan dan persenjataan. Dalam pertemuan bilateral Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi, kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama militer dan teknologi pertahanan hingga tahun 2030.
Perjanjian itu ditandatangani Menteri Pertahanan India Rajnath Singh dan Menhan Rusia Sergey Shoigu di New Delhi, Senin (6/12/2021). Total kerja sama persenjataan itu menelan biaya 5 miliar dollar AS yang mencakup sistem rudal pertahanan S-400, pesawat tempur Sukhoi Su-30 dan MiG-29, serta tank T-90. Dilansir dari kantor berita Rusia, TASS, juga dibahas mengenai pembukaan pabrik senjata Kalashnikov untuk memproduksi senapan AK-203 di Negara Bagian Uttar Pradesh.
”India memiliki berbagai persoalan keamanan. Misalnya, bentrokan bersenjata di Ladakh dan perbatasan dengan Pakistan,” kata Singh. Ia tidak menyebut China ketika menyinggung soal konflik di Ladakh yang terletak di Negara Bagian Himachal Pradesh. Daerah ini berbatasan langsung dengan Tibet yang masuk ke dalam kekuasaan China sehingga ada sengketa mengenai batas wilayah India dengan China.
Istimewa
Pertemuan antara Modi dan Putin ini terhitung istimewa. Secara keseluruhan, hubungan kedua negara sangat terbatas, yakni di sektor pertahanan. Akan tetapi, hubungan ini telah berlangsung selama 70 tahun. Modi mengatakan bahwa Rusia terus menjadi sahabat India terlepas kondisi politik dan ekonomi global.
Posisi India memang unik karena memiliki hubungan kerja sama Rusia-India-China (RIC) dan ketiga negara juga masuk dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Pada saat yang sama, India juga merupakan anggota pakta pertahanan Quadrilateral bersama Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
Bahkan, sepanjang pandemi Covid-19, ini baru kedua kali Putin meninggalkan tanah airnya. Pertama ketika ia bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Geneva, Swiss, musim panas lalu. Putin memilih tidak menghadiri langsung Konferensi Tingkat Tinggi G-20 dan KTT Perubahan Iklim (COP 26). Demikian pula dengan Modi, ia selama ini baru dua kali mengadakan pertemuan informal, yaitu dengan Putin dan dengan Presiden China Xi Jinping.
Terkait pembelian senjata dari Rusia, Juru Bicara Departemen Pertahanan AS Ned Price pada November pernah mengeluarkan pernyataan bahwa negara-negara sekutu AS bisa dikenakan sanksi apabila membeli senjata dari Iran, Rusia, ataupun China. Hal ini masuk dalam Aturan Melawan Musuh AS Melalui Sanksi.
Turki yang sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) saja terkena getahnya dan dilarang membeli F-35 dari AS karena membeli sejumlah persenjataan dari Rusia. Namun, sejauh ini, AS belum berkomentar soal tindakan India.
”Tampaknya Washington akan memalingkan wajah karena mereka membutuhkan dukungan India di Asia-Pasifik,” kata anggota dewan penasehat Kemhan Rusia, Ruslan Pukhov, seperti dikutip Bloomberg.
Pertemuan Putin-Modi, menurut rencana, juga membahas mengenai ketahanan energi, tetapi belum ada informasi lebih lanjut mengenai aspek yang akan dibicarakan. Selain kerja sama persenjataan, Rusia dan India sama-sama mengedepankan isu terorisme, terutama setelah jatuhnya pemerintahan Afghanistan ke tangan Taliban.
Sementara itu, Direktur Proyek India di Institusi Brookings, AS, Tanvi Madan, mengatakan bahwa India akan menerapkan sistem politik tarik dan ulur. Hal ini karena Rusia tengah bersengketa dengan Ukraina terkait wilayah Crimea. India harus pandai-pandai melangkah agar tidak terjerumus ke dalam isu yang bisa menyeret ke persepsi negatif global. (AFP)