Rusia Siapkan Rudal Balistik Antarbenua
Rusia sedang menyiapkan rudal balistik antarbenua Sarmat terbaru dalam perang Ukraina. Rudal RS-28 Sarmat berbahan bakar cair sepanjang 35 meter itu dirancang mampu menjangkau sasaran hingga 18.000 kilometer.
MOSKWA, RABU - Rusia siap mengerahkan rudal balistik antarbenua Sarmat generasi baru yang mampu membawa 10 atau lebih hulu ledak nuklir. Mobilisasinya dilakukan berkaitan dengan perang di Ukraina.
”Peluncur Sarmat pertama akan menjalani tugas tempur dalam waktu dekat,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada pidatonya untuk lulusan baru akademi militer Rusia di Aula St George Kremlin, Moskwa, Rabu (21/6/2023).
Rudal RS-28 Sarmat berbahan bakar cair sepanjang 35 meter itu dirancang mampu menjangkau sasaran hingga 18.000 kilometer. Rusia mengeklaim, Amerika Serikat (AS) dan Eropa bisa dijangkau dengan mudah.
Baca juga: Mengapa Rudal Satan II Begitu Hebat?
Rudal yang dijuluki Satan II itu pertama kali diumumkan Rusia pada 2018. Saat itu, RS-28 Sarmat sedianya siap digunakan akhir 2022 dan ditempatkan di wilayah Krasnoyarsk, Siberia, sekitar 3.000 kilometer dari Moskwa.
Dalam pidatonya, Putin menekankan pentingnya ”tiga serangkai” kekuatan nuklir Rusia yang dapat diluncurkan dari darat, laut, dan udara. ”Tugas terpenting adalah pengembangan triad nuklir yang merupakan jaminan utama keamanan militer Rusia dan stabilitas global. Sudah sekitar setengah dari unit dan formasi Pasukan Rudal Strategis dilengkapi dengan sistem rudal balistik terbaru. Pasukan sudah dilengkapi dengan sistem rudal modern dengan hulu ledak hipersonik antarbenua,” ujarnya.
Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina, Putin berulang kali menyatakan siap menggunakan segala cara, termasuk senjata nuklir, untuk mempertahankan ”integritas teritorialnya”. Namun, baru-baru ini Putin menyatakan pasukan Ukraina sudah tidak memiliki peluang untuk melakukan serangan balasan sehingga Rusia tidak perlu menggunakan senjata nuklir.
”Ukraina sudah menderita kerugian besar dalam serangannya di wilayah selatan. Meski Ukraina mempertahankan posisi ofensif, mereka sudah menyadari tidak ada peluang dalam serangan balasannya,” kata Putin.
Baca juga: Rusia Bombardir Seluruh Wilayah Ukraina
Sementara itu, negara-negara Barat menggelar Konferensi Internasional Pemulihan Ukraina 2023 di London, Inggris, 21-22 Juni. Pertemuan ini sudah digelar dua kali sejak Rusia menginvasi Ukraina, Februari 2022.
Pada pertemuan di Lugano, Swiss, Juli 2022, negara-negara Barat berkomitmen mendukung Ukraina memulihkan diri pascaperang. Mereka menyadari tahap pemulihan ini akan berbiaya tinggi dan memakan waktu puluhan tahun.
Bank Dunia awalnya membuat perkiraan perlunya anggaran darurat senilai 14 miliar dollar AS untuk memperbaiki segala kerusakan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Namun, studi terbaru oleh Bank Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan Pemerintah Ukraina menyebutkan, pemulihan ekonomi dan perbaikan segala kerusakan akan menelan biaya sedikitnya 441 miliar dollar AS.
Negara-negara Barat sepakat akan membuat Rusia menanggung segala kerusakan di Ukraina. Uni Eropa (UE) bahkan akan mewujudkan usulan menggunakan aset-aset Rusia yang sudah disita untuk membiayai rekonstruksi Ukraina.
Skemanya, aset-aset Rusia tersebut diinvestasikan. Hasilnya lantas diberikan kepada Ukraina. Usulan ini sudah diajukan sejak akhir 2022. Menurut UE, ada lebih dari 215,5 miliar dollar AS dan 20 miliar euro aset terpisah yang dimiliki bank sentral Rusia dan individu swasta Rusia. Aset-aset ini dibekukan oleh otoritas Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina sebagai sanksi sepihak kepada Rusia.
Menurut UE, ada lebih dari 215,5 miliar dollar AS dan 20 miliar euro aset terpisah yang dimiliki bank sentral Rusia dan individu swasta Rusia.
Pada Konferensi Internasional Pemulihan Ukraina 2023 di London, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan, UE akan segera menguraikan cara menggunakan hasil dari aset-aset Rusia yang sudah disita untuk membantu Ukraina. UE juga akan memberi Ukraina 50 miliar euro selama 2024-2027.
Untuk saat ini, para pejabat UE fokus pada langkah pertama, yakni menggunakan hasil dari aset bank sentral Rusia. Mereka menilai ini cara termudah untuk menghindari masalah hukum. Sejauh ini belum jelas berapa banyak uang yang akan diberikan ke Ukraina dan seberapa cepat Ukraina akan bisa menerimanya. Hal ini sangat teknis dan rumit secara hukum.
”Kami sudah berdiskusi panjang tentang bagaimana menggunakan aset ini. Ada lebih dari 200 miliar euro dari aset ini. Kita harus tahu berapa banyak dari aset itu yang berbentuk tunai dan berapa banyak dalam jenis aset lain,” kata Anders Ahnlid dari Swedia, yang memimpin diskusi UE kepada CNBC, 13 Juni.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang hadir secara virtual menegaskan, pihaknya akan tetap berinvestasi untuk masa depan Ukraina. Ia juga menyatakan siap membangun kembali semua sektor mulai dari teknologi dan pertanian hijau hingga energi bersih.
Zelenskyy mengatakan, negaranya membutuhkan lebih banyak bantuan dalam proyek nyata. Hal ini ia harapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi yang sudah menjauh dari model oligarki Ukraina setelah era Soviet.
Baca juga: ”Marshall Plan” untuk Ukraina Dibahas, Kyiv Sebut Butuh Dana Rp 11,2 Kuadriliun
Ukraina, Zelenskyy melanjutkan, membutuhkan lebih banyak bantuan dalam proyek nyata yang akan memacu pertumbuhan ekonomi yang sudah menjauh dari model oligarki Ukraina setelah era Soviet. Ukraina membutuhkan dana hingga 40 miliar dollar AS untuk mendanai bagian pertama dari ”Rencana Marshall Hijau” untuk membangun kembali perekonomiannya, termasuk mengembangkan industri baja bebas batubara.
“Setiap hari agresi Rusia membuat kerusakan baru. Ribuan rumah dan industri hancur. Kehidupan masyarakat pun hancur,” kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, kepada para delegasi konferensi itu melalui rekaman video.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjanji bahwa Inggris akan mempertahankan sanksi keras atas Rusia dan menggunakan aset Rusia yang disita untuk membantu pemulihan Ukraina. Inggris akan mendukung Ukraina di medan perang dan untuk urusan lain selama diperlukan.
Inggris berjanji memberikan dukungan kepada Ukraina hingga 3 miliar dollar AS agar bisa membantu meningkatkan layanan publik, seperti sekolah dan rumah sakit. Akan ada pula tambahan 306 juta dollar AS dalam bentuk pendanaan bantuan pembangunan dan proyek-proyek kemanusiaan.
Selain dukungan pemerintah dari seluruh dunia, perusahaan swasta juga diharapkan lebih banyak membantu upaya rekonstruksi Ukraina. Sunak mengatakan lebih dari 400 perusahaan dari 38 negara, dengan kapitalisasi pasar gabungan sebesar 4,9 triliun dollar AS, sudah berjanji akan mendukung pemulihan dan rekonstruksi Ukraina.
Sunak mengatakan lebih dari 400 perusahaan dari 38 negara, dengan kapitalisasi pasar gabungan sebesar 4,9 triliun dollar AS, sudah berjanji akan mendukung pemulihan dan rekonstruksi Ukraina.
Skema asuransi, kata Sunak, akan membantu menanggung investasi berisiko di Ukraina dan ini menghilangkan salah satu hambatan terbesar dan memberi investor kepercayaan diri yang mereka butuhkan untuk bertindak.
Jerman akan memberikan 381 juta euro bantuan kemanusiaan untuk Ukraina tahun ini. Adapun AS juga akan memberikan bantuan tambahan dengan nilai sekitar 1,3 miliar dollar AS. “Rusia yang menyebabkan kehancuran Ukraina dan Rusia yang akan menanggung biaya rekonstruksi Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken. (REUTERS/AFP)