Mengapa Rudal Satan II Begitu Hebat?
Teknologi rudal balistik Rusia sedang di atas angin. Kemampuan rudal paling canggih saat ini RS-28 Sarmat menebar dampak kekhawatiran bagi AS dan Barat.
Seiring invasi di Ukraina, Pemerintah Rusia menampilkan pencapaian terbarunya dalam teknologi rudal balistik antarbenua (ICBM), yakni rudal RS-28 ”Sarmat” atau oleh pihak Barat dijuluki “Satan 2”. Dibandingkan rudal Satan I edisi sebelumnya yang sudah sangat mengerikan, rudal Sarmat diklaim memiliki teknologi dan kecanggihan yang jauh lebih unggul.
Dari segi dimensi teknis, Sarmat adalah rudal ICBM terbesar dan terkuat yang pernah dibuat manusia. Dengan bobot 220 ton, Sarmat lebih berat enam kali lipat daripada ICBM terkuat Amerika, Minuteman III. Demikian pula hulu ledak yang dibawa Sarmat jauh lebih mengerikan, bisa dipasang hulu ledak nuklir atau konvensional dengan bobot total 10 ton dengan perkiraan kekuatan 500 kali bom atom Hiroshima.
Hulu ledak yang dipasang bisa bervariasi, mulai dari versi MIRV-multi targetted independently re-entry vehicle (muatan rudal balistik yang berisi beberapa hulu ledak nuklir) berkekuatan 750 Kiloton TNT; atau dipasangi 16 MIRV dari jenis yield yang lebih kecil, atau bahkan 24 hulu ledak dari jenis peluncur hipersonik (hypersonic glide vehicle).
Dengan semua bekal persenjataan nuklirnya, sekali serang Sarmat diperkirakan bisa melumat area seluas dua kali negara Jerman atau seluas negara bagian Texas di Amerika Serikat atausedikit di bawah luas Pulau Kalimantan.
“Rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat Rusia akan dapat mencapai target pada jarak yang hampir tidak terbatas dibandingkan dengan rudal Voyevoda atau Satan I,” kata Direktur Roscosmos Jenderal Dmitry Rogozin dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 24 sebagaimana dikutip rferl.org, 23 April 2022.
Secara teoretis, jarak jangkau rudal Sarmat adalah 18.000 km, terjauh dari seluruh rudal ICBM yang ada. Namun, karena mencapai ketinggian orbital dengan kecepatan tinggi, yang diklaim mencapai Mach 15, maka bisa mengelilingi bumi sebelum memasuki kembali atmosfer untuk menyerang sasaran. Hal ini dimungkinkan dengan kekuatan roket pendorong dan 180 ton bahan bakar cair yang diangkut dalam roket tiga tingkat milik Sarmat.
”Ini adalah rudal yang jauh lebih kuat dari senjata strategis lainnya, termasuk rudal Minuteman-III yang dimiliki Amerika Serikat. Baik dari segi jangkauan global maupun kekuatan hulu ledak yang dapat dikirim ke negara agresor,” kata Jenderal Rogozin.
Berbeda dengan rudal balistik ICBM lainnya yang hampir seluruhnya pasti akan melewati Kutub Utara untuk menyerang ke benua lain, rudal Sarmat bisa melakukannya juga melewati Kutub Selatan. Hal ini karena Sarmat dapat terbang sangat tinggi sampai di ketinggian orbit bumi di mana kemampuan jarak jangkau dan kecepatan hipersonik memungkinkan hal itu.
Keuntungan terbang ke barat melewati Kutub Selatan adalah relatif jauh lebih aman dari senjata antiserangan udara dan sistem penangkal rudal dan pesawat jet milik NATO, yang selama ini banyak disebar di sekitar Kutub Utara. Hal itu berisiko menangkal hulu ledak Sarmat pada saat format terbang mendatar di ketinggian tertentu dengan kecepatan supersonik.
Sebagai catatan, Sarmat memiliki kemampuan fractional orbital bombardment (FOBS), yaitu sistem pengiriman hulu ledak yang menggunakan orbit bumi rendah menuju tujuan sasarannya. Roket tingkat tiga Sarmat diklaim tidak mengurangi kecepatan hipersonik ketika memasuki atmosfer bumi karena memiliki lapisan pelindung panas di bagian tudung roket yang mampu menahan panas hingga 2.100 derajat celsius.
Meski demikian, secara teoretis obyek hipersonik apa pun ketika hendak memasuki atmosfer bumi dari ketinggian orbital akan menurunkan kecepatan hipersoniknya dari sekitar Mach 20 menjadi berkisar Mach 4 untuk menghindari panas berlebih. Pada kecepatan supersonik inilah dideteksi oleh sistem radar, satelit, dan rudal anti-serangan udara di darat masih mampu mendeteksi obyek yang sedang melesat.
Sejak tahun lalu Rusia berusaha membuat 46 rudal ICBM Sarmat siap tempur. Rusia menyatakan akan menggunakan rudal ini sebagai sarana pencegah dan penjamin keamanan dalam negeri jika ada serangan terhadap eksistensi negara Rusia. Dengan kata lain, Rusia menganggap peluncuran Sarmat hanya sebagai respons atas ancaman rudal nuklir antarbenua (ICBM) dan strategi serangan pendahuluan (pre-emptive strike) oleh Barat.
Hipersonik yang efektif
Kemampuan mencapai kecepatan hipersonik merupakan kemajuan paling signifikan yang dimiliki ICBM Sarmat. Berkat kecepatan dan kemampuan manuvernya yang ekstrem, kecepatan hipersonik Sarmat dinilai Barat merusak postur pencegahan senjata nuklir yang telah berjalan selama lima dekade ini dan menciptakan celah dalam stabilitas strategis pertahanan dunia.
Dibandingkan dengan rudal balistik, yang cepat tetapi menempuh lintasan yang dapat diprediksi seperti peluru atau rudal jelajah yang lebih akurat tetapi lebih lambat, senjata hipersonik menggabungkan keunggulan keduanya: kecepatan dan akurasi. Tak heran, Presiden AS Joe Biden juga telah mengakui bahwa senjata hipersonik semacam itubelum mampu diatasi oleh Amerika Serikat.
Galibnya, tak hanya kemampuan hipersonik, hulu ledak Sarmat juga diklaim Rusia memiliki kemampuan bermanuver. Rudal balistik konvensional mengikuti lintasan balistik yang dapat diprediksi dan rentan dicegah oleh sistem rudal antibalistik (ABM) terbaru. Sementara Sarmat mampu secara signifikan mengubah lintasannya setelah diluncurkan dan memasuki fase orbital rendah, terutama dalam format hulu ledak HGV (hipersonic boost-glide vehicle).
Senjata boost-glideHGV dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal yang ada, baik dengan terus bermanuver dalam kecepatan hipersonik maupun dengan terbang supersonik di ketinggian yang lebih rendah untuk mengurangi waktu peringatan serangan. Manuver dalam penerbangan HGV membuat mereka tidak dapat diprediksi dan secara efektif menghindari pertahanan udara.
Kecepatan HGV saat fase hipersonik diperkirakan bisa mencapai di atas Mach 10 dari tinggi terbang rudal Sarmat (ceiling) yang diperkirakan mencapai level orbital rendah di ketinggian 2.000 km. Bandingkan angka itu dengan sistem rudal THAAD (terminal high altitude area defence) jenis intermediate milik Amerika Serikat yang hanya mampu beroperasi dengan kecepatan maksimal Mach 8,2 dan ketinggian maksimum berkisar 150 km.
Dengan gambaran demikian, sangat singkat waktu yang tersedia bagi sistem pertahanan antirudal Amerika, THAAD, untuk menangkal serangan Sarmat.
Pada akhirnya, kesempatan yang tersedia untuk menundukkan Sarmat hanyalah saat ia mulai diluncurkan. Salah satu fase paling rawan bagi peluncuran rudal hipersonik adalah pada saat kecepatannya masih sangat rendah sesaat keluar dari situs peluncuran atau Silo.
Seperti diketahui, Sarmat dilontarkan keluar dari Silo memakai sistem model “ledakan mortar” untuk melontarkannya hingga setinggi sekitar 20 meter dari mulut Silo, sebelum empat roket pendorong utama tahap satu segera menyala dan mendorongnya cepat naik ke ketinggian. Pada periode ini, kecepatan Sarmat masih berangkat dari nol sebelum mulai menanjak naik ke orbital.
Namun, langkah mengintersep atau memotong pada tahap ini sangat sulit karena silo-silo Sarmat sudah didesain untuk dijaga sangat ketat dengan sistem pertahanan statis dan bergerak, termasuk sistem rudal S-500 dan semburan ribuan peluru dari laras-laras senjata kanon 30 milimeter yang siaga 24 jam sehari. Dengan kata lain, lagi-lagi kandas upaya mencari cara untuk menangkal ”rudal setan” ini sebelum membawa malapetaka mahadahsyat.
Pengembangan Sarmat
ICBM Sarmat dikembangkan di perusahaan JSC Makeyev Rocket Design Bureau dan diproduksi di pabrik Krasmash, keduanya merupakan afiliasi dari perusahaan ruang angkasa Rusia, Roscosmos. Peluncuran perdana yang berhasil dilakukan di kosmodrom Plesetsk di wilayah Arkhangelsk pada 20 April 2022 setelah upaya sebelumnya selalu terkendala.
Rudal ini diperkenalkan pertama kali tahun 2016 oleh perusahaan desain Biro Desain Roket Makeyev, tetapi perintah pengembangan sebenarnya sudah diberikan Vladimir Putin sejak 2010. Sebelumnya, Rusia mengandalkan ICBM nya pada stok Satan I yang pertama kali didesain tahun 1962 dan beroperasi 1974.Itulah sebabnya begitu Putin menjadi perdana menteri, dia sudah memberi perintah pembaruan rudal ICBM untuk menjawab perubahan geopolitik dunia dan ancaman pada Rusia.
Oleh karena itu, meski Sarmat diluncurkan dua bulan setelah invasi Ukraina, pengembangan ICBM ini sebetulnya sudah direncanakan jauh sebelum invasi. Bahkan, Putin sudah memulainya sesaat dia menempati kursi perdana menteri Rusia pada 1999. Atas perintah Putin, rudal pengganti Satan I harus dikembangkan dan harus diluncurkan tahun 2001. Namun, akhirnya diundur karena masih memiliki persoalan teknis di sistem propulsi roket utama.
Dalam tayangan program Voyennaya Priyemka dari televisi Rusia, Zvezda, 29 Mei 2022, tur di perusahaan pembuat rudal Sarmat menunjukkan sejumlah bukti keunggulan Sarmat. Salah satu kunci yang diklaim membuat Sarmat melesat hipersonik adalah daya dorong empat roket utama di tahap 1 beserta roket-roket kecil berpengarah, dengan setiap roket utama memiliki lebih 100 ton daya dorong. Kekuatan roket yang sangat besar memungkinkan kecepatan tinggi cepat diraih dan sesi aktif dalam trayektori lebih singkat demi menghindari deteksi radar.
Bahan bakar cair
Vladimir Grigory Degtyar, kepala perancang rudal Sarmat, menyatakan, Sarmat adalah roket berbahan bakar cair dan secara teoretis lebih sulit dipergunakan dalam sebuah ICBM yang berorientasi waktu singkat peluncuran. Namun, para insinyur Rusia diklaim sudah mampu memecahkan kesulitan tersebut.
Untuk rudal Sarmat, digunakan materi asymmetric dimethylhydrazine dan nitrogen tetroxide sebagai komponen utama bahan bakar cair.
Degtyar juga menepis anggapan roket berbahan bakar cair sudah usang, dengan membuktikan hasil dari evolusi pengalaman mereka membuat roket berbahan bakar cair. Evolusi itu sudah dilakukan sejak akhir Perang Dunia II, di mana para bapak roket Rusia secara bertahap meneliti teknologi roket berbahan bakar cair.
Degtyar meyakini roket dengan bahan bakar cair memiliki daya muat yang lebih besar ketimbang berbahan bakar padat pada keadaan massa yang sama. Hal itu memungkinkan Satan II dibuat dengan dimensi panjang dan lebar yang mirip dengan Satan I sehingga memungkinkan memakai silo-silo yang sebelumnya dipakai Satan I. Hal itu menghemat biaya dan memudahkan sistem pengoperasian.
Sistem roket yang dimiliki pabrikan Makeyev merupakan yang terbaik di dunia dalam hal efektivitas dan inovasi. Hal itu antara lain dibuktikan dengan memosisikan mesin roket yang ”terendam” dalam bahan bakar cair baik di bahan bakar maupun ”oxidiser” sehingga menghemat volume wadah sekaligus menjadi ”pendingin” bagi mesin roket.
Desain model ini satu-satunya di dunia memungkinkan dimensi Satan II menjadi tetap ringkas seperti Satan I tetapi dengan kapasitas bahan bakar lebih besar.
Kondisi ini berbeda dengan teknologi roket Amerika yang bermazhab bahan bakar padat, yang dikenal sebagai cara untuk memudahkan dan mempercepat proses penyalaan roket.
Penggunaan bahan bakar cair mensyaratkan terdapat bahan bakar serta ”oxidiser” yang dibawa dalam tabung terpisah dan baru ”dicampur” ketika roket hendak dinyalakan. Hal ini menimbulkan tingkat risiko dan kompleksitas bagi roket-roket Rusia.
Apalagi ada tahap ketika kecepatan rudal Sarmat menurun menjadi hampir nol selepas ditembakkan keluar silo oleh sistem ”mortar” dan harus seketika disusul penyalaan roket-roket utama untuk memanggul 200 ton beban ke angkasa.
Sistem pendorong semacam mortar ini dipertahankan oleh para perancang ICBM Sarmat dengan tujuan meminimalkan jejak panas dari peluncuran dan menghemat pemakaian bahan bakar demi jarak jangkau rudal yang lebih jauh.
Kubah vakum raksasa
Salah satu kunci lainnya dari keunggulan roket Rusia adalah adanya tabung vakum raksasa yang memungkinkan berbagai percobaan roket dalam kondisi mirip hampa udara dan dalam proses berbagai perubahan tekanan udara di perjalanan atmosfer.
Tabung raksasa itu berada di pabrik NPO Mashinostroyeniya Reutov, Moskwa dan dibangun tahun 1984, berfungsi untuk menguji kekuatan semua rudal balistik antarbenua buatan Rusia. Ukuran tabung vakum raksasa berdiameter sekitar 10 meter, ketinggian 72 meter, dan ketebalan dinding tabung hampir 2 meter menjadikan fasilitas itu satu-satunya di dunia, klaim Degtyar.
Baca juga: Minuteman III Versus Sarmat dan Potensi Serangan Nuklir
Dengan tabung vakum raksasa, simulasi tahap-tahap kritis rudal ketika melakukan pemisahan tahap roket (detachment) akan lebih bisa diantisipasi demi menjaga momentum rudal. Demikian pula simulasi terhadap dampak panas ketika memasuki atmosfer bumi dan berbagai uji coba lainnya.
Melalui berbagai keunggulan yang dimiliki perusahaan roket Makeyev, memang terlihat bahwa Rusia saat ini memimpin teknologi rudal hipersonik dan ICBM darat. Apakah keunggulan yang dimiliki rudal Sarmat ini akan juga diperoleh triad nuklir yang lainnya masih akan menunggu perkembangan berikutnya. Yang jelas, Rusia kini bisa mengurangi kekhawatiran mendapat serangan pendahuluan (preemptive strike) tanpa membuat musuhnya berpikir dua kali sebelum melakukannya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Manusia Menciptakan Kiamatnya Sendiri