Kaisar Naruhito bertandang kala ketegangan geopolitik di kawasan sedang meningkat. Jepang terus menggalang aliansi dengan berbagai negara.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako tiba di Indonesia pada Sabtu (17/6/2023) ini. Seperti ayahnya, Akihito, Kaisar Naruhito menjadikan Indonesia sebagai negara awal yang disambangi selepas naik takhta pada 1 Mei 2019. Lawatan itu memberi kesempatan peningkatan hubungan Indonesia-Jepang.
Meski bukan kepala negara, Kaisar Naruhito disambut di Istana Bogor oleh Presiden Joko Widodo. Penyambutan di Bogor merupakan balasan atas jamuan Kaisar kepada Presiden di Tokyo, Jepang, pada Juli 2022. Kunjungan Naruhito saat ini untuk memenuhi undangan Jokowi yang disampaikan dalam pertemuan di Tokyo hampir setahun lalu.
Selain ke Istana Bogor, sebagaimana disiarkan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Kaisar antara lain akan mengunjungi Universitas Darma Persada di Jakarta. Universitas itu dikelola Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ) melalui Yayasan Melati Sakura. Perhimpunan Alumni dari Jepang (Persada), ketika dipimpin Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) Jenderal Yoga Soegomo, mendirikan universitas itu pada 1986.
Persada dan PPIJ adalah sebagian pihak yang terus meningkatkan hubungan Indonesia-Jepang. Sebagian orang yang berperan dalam peningkatan hubungan itu diundang makan malam dengan Kaisar pada 20 Juni 2023. ”Saya berterima kasih ikut diundang,” kata mantan Duta Besar RI di Tokyo Yusron Izra Mahendra.
Yusron sudah beberapa kali bertemu Kaisar. Pada Mei 2022, Kaisar menganugerahkan bintang jasa Order of Rising Sun kepada Yusron. ”Untuk penghormatan kepada Yang Mulia Kaisar, kami (para penerima penghargaan dari Jepang) akan memakai bintang jasa dalam pertemuan nanti,” ujarnya.
Candi Borobudur
Kaisar dijadwalkan mengunjungi wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dalam lawatan sampai 23 Juni 2023 ini. Selain ke Candi Borobudur, Kaisar akan bertandang ke lereng Gunung Merapi dan makan malam di Keraton Yogyakarta.
Agenda kegiatan Kaisar di Jateng-DIY mirip dengan agenda ayah dan adiknya. Dulu, Kaisar Akihito dan Pangeran Akishino juga ke Candi Borobudur dan Keraton Yogyakarta. Dalam laporan harian Kompas pada 25 September 1991 diungkap, lawatan ke Candi Borobudur adalah impian Akihito. Keinginan melihat candi Borobudur dari dekat disampaikan Akihito kepada Presiden Soeharto kala mereka bertemu di Tokyo pada November 1990. Menurut Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, Akihito memendam keinginan itu sejak 1963.
Saat akhirnya kembali ke Indonesia, Akihito benar-benar bisa menikmati Candi Borobudur dari dekat. Bahkan, kompleks candi itu ditutup selama Akihito bertandang ke sana. Belum diketahui apakah kali ini kompleks candi itu akan ditutup selama Kaisar Naruhito mendatanginya.
Selain ke Borobudur, Kaisar Naruhito akan menyambangi lereng Gunung Merapi. Di sana, Kaisar akan berkunjung ke sabo dam yang dibangun antara lain dengan dana bantuan dari Jepang. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan lembaga bantuan Jepang, JICA, membangun 250 sabo dam di sekitar lereng Merapi.
Seperti ayah dan adiknya, Naruhito juga akan dijamu di Keraton Yogyakarta. Kaisar Akihito dijamu Sultan Hamengku Buwono X pada Oktober 1991. Kala itu, Akihito antara lain disambut dua putri Sri Sultan Hamengkubawono X. Putri itu kini bergelar Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan GKR Bendara. Hayu kini memimpin Divisi Teknologi Informatika dan Dokumentasi Keraton, Bendara memimpin Divisi Museum dan Kearsipan Keraton Yogyakarta.
Seperti Sultan Hamengku Buwono X, Kaisar Naruhito juga hanya punya anak perempuan. Bedanya, Sultan Hamengku Buwono X telah menunjuk putri sulungnya, GKR Mangkubumi, sebagai ahli waris takhta. Adapun putri Kaisar, Aiko, tidak menjadi ahli waris takhta apabila mengikuti aturan Jepang sekarang.
Karena itu, Akishino kini menjadi Putra Mahkota Jepang. Anak Akishino, Hishahito, otomatis masuk daftar ahli waris takhta keluarga kerajaan yang disebut keturunan Dewi Matahari, Amaterasu, itu.
Unsur politis
Kala berkunjung ke Indonesia pada 2008, Akishino masih berstatus pangeran biasa. Meski demikian, seperti ayah dan kini kakaknya, Akishino melawat ke Indonesia atas undangan Pemerintah Indonesia. Undangan kenegaraan tetap diberikan kepada keluarga kerajaan Jepang yang, menurut konstitusi Jepang, tidak punya fungsi politik. Konstitusi Jepang menegaskan Kaisar sebagai simbol negara dan persatuan. Kaisar bukan kepala negara Jepang.
Namun, menurut Yusron, tetap ada unsur politis dalam lawatan Kaisar Naruhito. Sebab, lawatan itu hasil keputusan kabinet Jepang. ”Keputusan itu jelas wujud (tindakan) politik,” ujar Komisaris PT Dirgantara Indonesia itu.
Selain itu, salah satu tugas keluarga kerajaan adalah membina hubungan baik dengan negara lain. Caranya bisa menerima kunjungan keluarga kerajaan dari negara lain, bisa juga dengan menyambangi negara lain.
Karena itu, memaknai lawatan Kaisar tidak cukup hanya sebagai kunjungan simbolis dan tanpa dampak. ”Kaisar akan tetap mengikuti aturan di negaranya. Tidak mungkin Kaisar menyatakan akan membuat kerja sama ini itu dengan Indonesia. Kaisar tidak boleh melakukan itu,” ujar Yusron.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada yang bisa dipetik atau ditindaklanjuti dari lawatan ini. Muhibah ini menunjukkan Jepang memandang Indonesia sangat penting. Dari semua negara, Kaisar memilih Indonesia sebagai tujuan pertama kunjungan kenegaraan setelah naik takhta. Dulu, Kaisar Akihito juga memasukkan Indonesia dalam daftar negara yang pertama kali disambangi setelah naik takhta.
Maka, Indonesia perlu mengoptimalkan manfaat lawatan Kaisar Naruhito. Waktu dan tempat kunjungan serta perkembangan geopolitik saat ini mengindikasikan hal-hal yang bisa ditindaklanjuti.
Kaisar bertandang kala ketegangan geopolitik di kawasan sedang meningkat. Jepang terus menggalang aliansi dengan berbagai negara. ”Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini untuk menggandeng Jepang membangun industri pertahanan di sini,” ujar Yusron.
Pengembangan industri pertahanan merangkum aspek teknologi, pengembangan sumber daya manusia, dan tentu saja kerja sama ekonomi dan investasi. ”Soal sumber daya manusia, kerja sama pendidikan dan kebudayaan tentu tidak bisa dilepaskan. Kunjungan ke perguruan tinggi menunjukkan perhatian Kaisar pada sektor pendidikan,” katanya.