China Bangun Armada Kapal Penjaga Pantai yang ”Siap Perang”
Kapal-kapal patroli penjaga pantai China kini kerap menyerupai kapal perang. Negara-negara lain pun ikut berlomba membangun armada penjaga pantai yang lebih tangguh.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Menjaga wilayah perairan di Laut China Selatan dan Selat Taiwan menjadi urusan yang semakin serius. Beberapa insiden ”nyaris senggol” antara kapal patroli penjaga pantai dan kapal perang China dengan kapal penjaga pantai Filipina, kapal perusak berpeluru kendali Amerika Serikat, dan kapal fregat Kanada membuat semua pihak yang berkepentingan di kawasan itu berlomba-lomba memperkuat pertahanan.
Latihan-latihan militer pun rutin digelar. Kapal penjaga pantai AS, Jepang, dan Filipina, misalnya, kembali berlatih bersama di dekat perairan Laut China Selatan, pekan lalu. Kali ini, latihannya berfokus pada skenario mencegat dan merebut kendali kapal yang diduga membawa senjata pemusnah massal.
Armada yang dikerahkan juga ”bukan kaleng-kaleng”. Penjaga pantai AS mengerahkan salah satu kapal pencegat paling canggih, Stratton, yang panjangnya mencapai 127 meter. Sementara Jepang mengerahkan kapal penjaga pantainya, Akitshushima.
China pun memperkuat pertahanannya di perairan dengan membuat armada kapal penjaga pantai menyerupai kapal perang. Harian The New York Times, 12 Juni 2023, menyebutkan bahwa China berusaha mendominasi perairan strategis Asia dengan mengerahkan armada kapal yang dilengkapi dengan meriam 76 milimeter, mengangkut rudal antikapal, dan berukuran lebih besar daripada kapal perusak milik AS. Namun, armada kapal China itu bukan armada kapal perang karena di lambung kapalnya bertuliskan ”Penjaga Pantai China”.
Hanya dalam 10 tahun, China sudah memiliki armada penjaga pantai terbesar di dunia, dengan karakter berbeda dengan armada penjaga pantai negara-negara lain. Armada penjaga pantai China lebih termiliterisasi, lebih agresif dalam perselisihan internasional, dan kurang peduli pada misi-misi ”biasa”, seperti mengawasi penyelundupan atau operasi pencarian dan penyelamatan.
China menjungkirbalikkan tradisi penjaga pantai di dunia selama 200 tahun. Negara itu membangun armada kapal penjaga pantai yang bisa dengan mudah menenggelamkan kapal lain.
Khawatir dengan perkembangan pertahanan laut China, negara-negara lain juga mengerahkan kapal patroli yang lebih besar dan bersenjata lebih lengkap. Insiden-insiden ”nyaris senggol” atau kecelakaan sedikit saja dikhawatirkan akan bisa memicu konflik lebih luas jika kapal perang berkedok kapal penjaga pantai terlibat dalam insiden itu.
Dari pelabuhan di China Selatan dan Taiwan hingga pangkalan Amerika Serikat di Guam, kapal penjaga pantai berlambung putih semakin panjang dan berat atau lebih kecil dan lebih cepat. Persenjataan juga semakin besar. Kini dimungkinkan sistem persenjataan yang lebih rumit dipasang di kapal penjaga pantai itu. Pasukan penjaga pantai juga bekerja intens dengan para perencana pertahanan, menempatkan mereka di garda terdepan dalam konteks yang lebih luas di kawasan Indo-Pasifik.
”Ini tidak seperti 10 tahun silam. Banyak negara di kawasan ini sudah mulai menggunakan penjaga pantai mereka untuk menegaskan kedaulatan,” kata John Bradford, pensiunan Komandan Angkatan Laut AS dan kini pengajar pada Program Keamanan Maritim di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam, Singapura.
Penguasa maritim
Persaingan penjaga pantai yang kini terjadi di Asia dimulai dengan dorongan China untuk menjadi ”penguasa maritim”. Membangun kekuatan maritim ini menjadi prioritas nasional yang ada di dalam dokumen kebijakan China sejak 2000.
Pada intinya, China bertekad membangun kekuatan angkatan laut, melindungi lingkungan, dan menjaga keamanan teritorial. Peran dan tugas penjaga pantai diperkuat pada 2013 ketika Presiden China Xi Jinping menguatkan pertahanan laut. Di mata China, penjaga pantai membantu China mengendalikan jalur perairan penting yang memiliki sumber kekayaan perikanan dan mineral.
Baru-baru ini, China memperluas misi dan kapasitas tempur armadanya. Undang-undang 2021 memberikan penjaga pantai—yang berada di bawah kendali militer—hak untuk menggunakan kekuatan mematikan terhadap kapal-kapal asing di perairan yang diklaim China, termasuk Laut China Selatan (LCS).
China sekarang memiliki sekitar 150 kapal patroli penjaga pantai berukuran besar dengan berat minimal 1.000 ton. Jumlah ini lebih banyak ketimbang Jepang yang memiliki 70 kapal patroli penjaga pantai. Amerika Serikat saja hanya memiliki 60 kapal patroli penjaga pantai. Filipina memiliki 25 kapal patroli yang dikerahkan ke LCS, sedangkan Taiwan memiliki 23 kapal untuk mengawasi Selat Taiwan.
Banyak kapal penjaga pantai China merupakan bekas korvet angkatan laut yang mampu menjalani operasi jangka panjang dan dilengkapi dengan landasan helikopter, meriam air yang kuat, dan senjata berkaliber sama dengan yang ada di tank M1 Abrams. Rudal jelajah antikapal yang pernah dibawa oleh banyak kapal dapat dengan cepat dipasang di kapal penjaga pantai China tersebut.
Banyak kapal penjaga pantai China merupakan bekas korvet angkatan laut yang mampu menjalani operasi jangka panjang serta dilengkapi dengan landasan helikopter, meriam air yang kuat, dan senjata berkaliber sama dengan yang ada di tank M1 Abrams.
Kapal perang bertopeng penjaga pantai seperti itu kini harus dihadapi banyak negara di Asia. Hampir setiap hari kapal China menjelajah ke wilayah-wilayah perairan sengketa, bukan hanya di LCS. Menurut data pelacakan Jepang, pada 11 Mei lalu dua kapal penjaga pantai China melanggar batas teritorial 12 mil di sekitar Kepulauan Senkaku untuk ke-13 kalinya tahun ini.
Pada 2022, tim bergantian yang terdiri dari 1.500 ton kapal penjaga pantai China menghabiskan 336 hari mengelilingi pulau-pulau yang disengketakan, naik dari 171 pada 2017, menurut data pelacakan Jepang. ”Beberapa kapal mengerahkan senjata. Kami khawatir mereka mengerahkan kapal besar berkemampuan militer,” kata juru bicara Penjaga Pantai Jepang, Hiromune Kikuchi.
Untuk ancang-ancang antisipasi kemungkinan terburuk, Korea Selatan akan membangun sembilan kapal patroli baru berbobot 3.000 ton untuk menjaga perairan pantai baratnya. Di perairan itu, batas maritim Korsel dan China tidak jelas. Jepang juga sudah menyetujui UU yang akan menambah anggaran penjaga pantainya hampir sebesar 1 miliar dollar AS atau naik 40 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
AS dan Australia juga menjadi lebih aktif di Pasifik dengan pemberian kapal patroli, pusat pengawasan maritim baru, dan perjanjian patroli atau latihan militer bersama dengan negara lain, seperti dengan Jepang dan Filipina di LCS. ”Penjaga pantai di kawasan ini sedang berkembang menyesuaikan kebutuhan,” kata Komandan Area Pasifik Penjaga Pantai AS Andrew J Tiongson.
Perkembangan paling cepat terlihat di Taiwan. Penjaga pantai Taiwan juga berkembang jauh lebih cepat ketimbang angkatan lautnya karena menghadapi tantangan dari China di Selat Taiwan hampir setiap hari.
Taiwan kini sedang membangun kapal patroli penjaga pantai baru seberat 100 ton yang memiliki lambung baja yang kuat untuk melindungi jika terjadi tabrakan. Ada juga kapal seberat 600 ton yang hendak dipasangi radio dan radar yang sama dengan yang digunakan kapal-kapal Angkatan Laut Taiwan. Bahkan, sudah disediakan tempat di bagian samping kapal, ada celah lebar di lambung, yang bisa dipakai untuk menempatkan peluncur rudal jika diperlukan. (AFP/REUTERS)