Sinyal Baru Putin, dari Penyerangan Kyiv hingga Perundingan Damai
Presiden Rusia Vladimir Putin mencemooh serangan balasan Ukraina yang dinilai tidak memiliki efek terhadap posisi pasukan Rusia. Putin juga menegaskan, perdamaian jadi tanggung jawab AS.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
MOSKWA, RABU — Presiden Rusia Vladimir Putin mengirimkan beberapa sinyal terbaru terkait pergerakan militer Rusia di Ukraina, mulai kemungkinan serangan ke ibu kota Ukraina, Kyiv, sampai kemungkinan pembicaraan damai yang sempat menggema sesaat. Putin juga menyebut, klaim serangan balasan Ukraina tak memberikan dampak luas bagi posisi pasukan Rusia di Ukraina.
Sinyalemen itu disampaikan Putin saat bertemu dengan jurnalis militer dan bloger di Kremlin, Selasa (13/6/2023). Dia mengatakan, militer Ukraina telah kehilangan lebih dari 160 tank, termasuk kendaraan tempur infanteri Bradley buatan AS dan tank Leopard buatan Jerman. Adapun Rusia hanya kehilangan 54 tank.
”Mereka terbakar dengan baik, seperti yang kami harapkan, baik itu Bradley maupun Leopard,” kata Putin. Dia mengklaim, kerusakan ratusan tank dan kendaraan tempur infanteri itu setara dengan 25-30 persen kendaraan tempur atau tank yang dipasok oleh negara-negara Barat bagi Ukraina.
Putin mengklaim, serangan balasan yang dimulai pada 4 Juni itu gagal menciptakan kemajuan bagi Ukraina. Sebaliknya, Kyiv kehilangan tentara sepuluh kali lebih banyak dibandingkan Rusia. Namun, klaim itu tidak bisa diverifikasi.
Walau begitu, Putin mengakui seharusnya para petinggi militer Rusia bisa meramalkan dan bersiap untuk menghentikan serangan balasan Ukraina. Serangan balasan itu disinyalir telah berjalan sepekan terakhir, termasuk serangan ke wilayah perbatasan Rusia-Ukraina. Putin tengah mempertimbangkan membentuk zona peyangga atau buffer zone di wilayah Ukraina untuk menghalangi militer Ukraina memasuki atau bahkan merebut teritorial Rusia.
Putin tidak menjelaskan lebih jauh soal rencana tersebut. Pada saat yang bersamaan, risiko membangun zona penyangga—yang berarti merebut dan memperluas wilayah pendudukan di Ukraina—bisa dilakukan simultan dengan menangkis serangan balasan militer Ukraina. Apalagi, garis depan pertempuran memiliki bentangan yang sangat luas, lebih dari 1.000 kilometer.
Saat ditanya seberapa jauh pasukan Rusia bisa masuk ke wilayah Ukraina, Putin mengatakan, hal itu tergantung situasi di lapangan. ”Kami akan melihat situasi dan memutuskan langkah selanjutnya. Kami memiliki berbagai rencana tergantung situasinya,” katanya.
Putin tak menutup kemungkinan Rusia menyerang Kyiv setelah gagal merebut kota itu pada awal invasi. Pasukan Rusia mundur dari daerah sekitar Kyiv dan daerah lain di timur laut Ukraina pada Maret 2022. Putin menyebut jumlah pasukan Rusia yang ada di sekitar Kyiv cukup memadai. ”Haruskah kami kembali ke sana atau tidak? Hanya saya yang bisa memberikan jawaban,” katanya.
Berbeda dengan Putin yang meragukan kemampuan Ukraina melakukan serangan balasan, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, Ukraina telah membuat kemajuan dengan merebut beberapa desa yang sempat diduduki pasukan Rusia. Hal itu, dalam penilaian Stoltenberg, bisa memperkuat posisi Ukraina dalam setiap upaya pembicaraan damai.
”Ini masih awal, tetapi yang kami tahu, semakin banyak tanah yang dapat dibebaskan oleh Ukraina, semakin kuat tangan mereka di meja perundingan,” kata Stoltenberg.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar menyebut, pasukan Ukraina melanjutkan serangan di empat wilayah di selatan dan timur. Komandan Pasukan Darat Ukraina Oleksandr Syrskyi menyatakan, pasukannya bergerak maju di luar Bakhmut, Ukraina timur. Dia mengatakan, pasukan Rusia telah kehilangan kendali di beberapa posisi.
Peluang negosiasi damai
Dalam pertemuan itu, Putin menyebut peluang untuk pembicaraan damai. Namun, syarat utama penghentian permusuhan dengan Ukraina, katanya, bergantung pada Amerika Serikat.
”Jika ingin melihat solusi negosiasi untuk konflik ini, cukup dengan mereka untuk menghentikan pasokan senjata (ke Ukraina),” katanya. Putin menekankan, penghentian bantuan senjata tidak hanya menjadi tanggung jawab AS semata, tetapi juga negara-negara anggota NATO lainnya.
Putin mengatakan, meski tak langsung berhadap-hadapan di medan perang, AS ingin melihat Rusia takluk. Keinginan ini hanya bisa terwujud melalui serangan balasan Ukraina atas Rusia.
Sementara Putin berbicara, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan Amerika Serikat akan mengirim paket bantuan militer baru senilai 325 juta dollar AS bagi Ukraina. Bantuan terdiri dari roket, rudal, dan amunisi lainnya. Pengiriman bantuan itu dinilai tidak akan membantu meredakan ketegangan, malah sebaliknya, bisa memicu pertempuran yang lebih dahsyat.
”Amerika Serikat semakin dalam dan semakin dalam masuk ke jurang krisis Ukraina. Entah bagaimana, para ahli strategi dari Amerika Serikat tidak mengerti bahwa tidak ada jumlah senjata, berapa pun keterlibatan tentara bayaran, yang dapat membalikkan keadaan selama operasi militer khusus,” kata Anatoly Antonov, Dubes Rusia untuk AS, Rabu pagi. (AP/REUTERS)