Gedung Putih: Rusia Terima Rudal Iran untuk Serang Ukraina
Mengutip informasi rahasia yang belum lama terungkap, Gedung Putih menyatakan, ”drone” itu dibuat di Iran, dikirimkan melalui Selat Kaspia, dan digunakan Rusia melawan Ukraina.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Gedung Putih menyebut Rusia memperdalam kerja sama pertahanan dengan Iran dan menerima ratusan pesawat nirawak atau drone serang yang digunakan untuk menyerang Ukraina. Sementara Moskwa dan Kyiv sama-sama melaporkan pertempuran sengit di Ukraina, mengindikasikan serangan balasan Ukraina yang telah lama direncanakan sedang dilancarkan.
Mengutip informasi rahasia yang belum lama terungkap, Gedung Putih menyatakan, drone itu dibuat di Iran, dikirimkan melalui Selat Kaspia, dan digunakan Rusia melawan Ukraina. ”Rusia menggunakan UAV (wahana udara tak berawak) Iran dalam beberapa pekan terakhir untuk menyerang Kyiv dan rakyat Ukraina. Kami juga khawatir Rusia bekerja sama dengan Iran untuk memproduksi UAV Iran di Rusia,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, Jumat (9/6/2023).
Kirby menambahkan, Amerika Serikat punya informasi bahwa Rusia menerima material dari Iran yang diperlukan untuk membangun pabrik drone yang bisa beroperasi penuh awal tahun depan. ”Kami merilis citra satelit tentang rencana lokasi pabrik pembuatan UAV di Zona Ekonomi Khusus Alabuga di Rusia,” ujarnya.
Sebelumnya AS menjatuhkan sanksi atas sejumlah eksekutif perusahaan Iran terkait suplai drone bagi Rusia. Iran mengakui mengirimkan drone ke Rusia, tetapi sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Rusia membantah pasukannya menggunakan drone buatan Iran di Ukraina.
Kirby melanjutkan, Iran dan Rusia saling dukung. Iran mengupayakan peralatan militer senilai miliaran dollar AS dari Rusia, termasuk helikopter dan radar. ”Rusia menawari Iran kerja sama pertahanan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, termasuk di sektor rudal, elektronik, dan pertahanan udara,” katanya.
Kemitraan kedua negara, menurut Kirby, merugikan Ukraina, tetangga-tetangga Iran, dan komunitas internasional. Dia mengatakan, pengiriman drone itu melanggar aturan PBB. Inggris, Perancis, Jerman, AS, dan Ukraina menyebut pasokan drone buatan Iran bagi Rusia melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, yakni embargo senjata konvensional atas Iran hingga Oktober 2020.
Menurut Barat, resolusi itu meliputi larangan rudal dan teknologi terkait hingga Oktober 2023 dan mencakup ekspor serta pembelian sistem militer canggih seperti drone. Perwakilan Iran dan Rusia untuk PBB tidak merespons permintaan tanggapan atas tuduhan AS tersebut.
Di medan pertempuran, Rusia dan Ukraina melaporkan kedua pasukan saling serang di berbagai titik. Klaim kedua pihak sulit diverifikasi karena tidak ada laporan independen dari medan laga.
Para pejabat Ukraina mengatakan, pasukan Ukraina siap bertempur, tetapi tidak akan ada pengumuman resmi kapan serangan balasan terhadap pasukan Rusia dimulai. Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, serangan balasan itu sudah dimulai setelah pasukannya menangkis sejumlah serangan Ukraina.
”Kami sangat yakin serangan (balasan) sudah mulai. Pasukan Ukraina tidak akan mencapai tujuan mereka di sektor mana pun,” kata Putin.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut telah mendiskusikan taktik dan ”capaian” dengan para pemimpin militer tetapi tidak memerinci apa pun. ”Bagi prajurit kami, bagi semua yang saat ini terlibat dalam pertempuran sengit, kami melihat kepahlawanan kalian, dan kami berterima kasih untuk setiap momen dalam hidup kalian,” ujarnya.
Serangan balasan Ukraina diperkirakan akan melibatkan ribuan tentara Ukraina yang dilatih dan diperlengkapi oleh Barat. Rusia telah berbulan-bulan mempersiapkan garis pertahanan dan menyatakan telah menangkis banyak serangan sejak awal pekan ini. Namun, Kyiv menyebut langkah utamanya belum dimulai.
Sejumlah bloger Rusia melaporkan pertempuran intens di Zaporizhia dekat kota Orikhiv, sekitar titik pertengahan ”jembatan darat” yang menghubungkan Rusia dengan Semenanjung Crimea. Kawasan itu dinilai sebagai salah satu target pasukan Ukraina. Mereka juga melaporkan melihat tank-tank Leopard buatan Jerman dan kendaraan lapis baja Bradley buatan AS.
Jika laporan itu benar, menurut peneliti senior di Institute for Strategic Studies, Ben Barry, bisa jadi itu bukti pertama brigade baru Ukraina yang dilengkapi senjata-senjata bantuan Barat bergabung dalam pertempuran. Secara keseluruhan, Ukraina memiliki 12 brigade dengan jumlah tentara mencapai 50.000-60.000 orang yang siap dilepaskan ke arena pertempuran untuk serangan balasan. Sembilan brigade di antaranya dipersenjatai dan dilatih negara-negara Barat.
”Mereka punya pilihan berapa banyak pasukan yang diterjunkan dan berapa banyak yang dijadikan cadangan apabila dinamika medan tempur berubah,” ujar Barry.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, pasukannya menangkis dua serangan Ukraina di Orikhiv dan empat serangan di Velyka Novosilka. Disebutkan, serangan pasukan Ukraina melibatkan dua batalyon pasukan yang didukung tank. Beberapa batalyon beranggotakan hingga 1.000 tentara membentuk sebuah brigade.
Kubu selatan diduga menjadi tempat pasukan Ukraina memulai langkah maju menuju ke pesisir. Jebolnya Bendungan Kakhovka di Kherson disinyalir bakal menghambat laju serangan pasukan Ukraina akibat banjir bandang yang menggenangi sebagian wilayah tersebut. (AFP/REUTERS)