Ziarah ke Masjid Tertua di Afrika
Sejak dibangun pada tahun 641-642 M, Masjid Amr bin Ash berkali-kali mengalami pemugaran dan renovasi. Pernah jadi tempat Imam Syafi’i mengajar, masjid itu dijuluki ”Taj al-Jawami’” (”Mahkotanya Masjid-masjid”).
Siang itu, Sabtu, 27 Mei 2023, cuaca Kairo, ibu kota Mesir, cukup panas. Pada akhir Mei, Mesir sudah memasuki musim panas. Cuaca panas di luar itu berubah seketika menjadi terasa sejuk di dalam area Masjid Amr bin Ash. Masjid ini dikenal masjid tertua di Mesir dan Afrika.
Suasana sejuk tersebut diembuskan oleh tiupan angin yang mengalir penuh ke area dalam masjid. Bangunan arsitektur masjid menyediakan area yang terbuka dan luas di dalam area masjid.
Masjid Amr bin Ash dibangun pada tahun 641–642 M atas perintah Amr bin Ash. Ia adalah Gubernur Mesir pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Ia juga dikenal sebagai penakluk Mesir pada masa kekhalifahan Umar.
Masjid Amr bin Ash memiliki panjang 120 meter dan lebar 112 meter, serta mempunyai empat menara. Masjid ini juga disebut ”Taj Al-Jawami’”, yang berarti ”Mahkotanya Masjid-masjid”, karena menyandang status sebagai masjid tertua di Mesir dan Afrika.
Baca juga: Gaung Pembaruan Pemikiran Islam dari Kairo
Tahun ini, Masjid Amr bin Ash sudah selesai direnovasi. Bangunan masjid dan perlengkapan pendukungnya terlihat segar dan baru. Karpet permadani yang menghampar di seluruh lantai masjid berwarna biru muda, berbeda dari karpet permadani sebelum renovasi yang berwarna merah.
Lantai area tengah masjid terbuka. Setelah renovasi, lantai area itu menggunakan marmer warna putih yang anti-panas. Saat berjalan di atas marmer di area tersebut di siang hari yang panas sekalipun, lantai itu tetap terasa sejuk.
”Proses renovasi masjid Amr bin Ash berlangsung dua tahun, dari tahun 2020 sampai 2022. Renovasi masjid ini atas biaya bersama Kementerian Waqaf dan Kementerian Pariwisata,” ujar Abdul Adhim (45), salah seorang pegawai Masjid Amr bin Ash.
”Proses renovasi masjid ini baru sekitar 95 persen. Masih ada proses pemasangan marmer yang belum selesai. Insya Allah satu atau dua bulan lagi, proses renovasi selesai 100 persen,” kata Abdul Adhim.
Selain renovasi interior dan perlengkapan pendukung masjid, pembenahan juga dilakukan di lingkungan luar masjid. Di sisi kanan masjid, terlihat dibangun taman untuk tempat duduk santai yang dilengkapi hiasan air mancur.
Di sebelah kanan taman tersebut dibangun kompleks pasar khusus untuk penjualan suvenir khas Mesir. Para turis asing dan pengunjung, setelah mengunjungi Masjid Amr bin Ash, bisa langsung berbelanja suvenir khas Mesir di pasar samping masjid.
Pascarenovasi, area Masjid Amr bin Ash tampak dirancang sebagai kompleks wisata. Kompleks ini cukup lengkap, memadukan wisata spiritual dan wisata belanja. Selain ada masjid legendaris, disediakan pula taman untuk bersantai dan pasar penjualan suvenir.
Pada siang itu, yang kebetulan bersamaan dengan waktu shalat Dzuhur, pengunjung masjid cukup ramai. Para jemaah shalat Dzuhur memenuhi bagian depan masjid. Sering terlihat pula sejumlah turis asing yang masuk Masjid Amr bin Ash untuk melihat masjid bersejarah di Mesir itu.
Baca juga: Terkesima Melihat Kemegahan Masjid Ibn Tulun yang Tetap Kokoh 1.000 Tahun
Perlu dicatat, masjid-masjid legendaris di Mesir, selain untuk tempat ibadah, juga untuk obyek wisata sebagai bagian dari situs sejarah, seperti Masjid Amr bin Ash, Masjid Al-Azhar, dan Masjid Ibn Tulun. Para turis asing dari mancanegara pun bebas masuk ke masjid-masjid tersebut.
Di antara para jemaah shalat Dzuhur di Masjid Amr bin Ash siang itu, terdapat beberapa mahasiswa asal Indonesia. ”Saya dan rombongan teman-teman mahasiswa Indonesia sedang berkunjung ke Masjid Amr bin Ash. Saya sejak sebelum berangkat ke Mesir sudah mendengar nama Masjid Amr bin Ash. Maka, sesampai di Mesir, saya langsung membuat jadwal untuk berkunjung ke masjid ini,” tutur Muhammad Fakih, mahasiswa tingkat I Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar asal Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Fakih, berkunjung ke Masjid Amr bin Ash, selain untuk tujuan utama beribadah, juga untuk melihat arsitektur bangunan masjid yang terkenal itu. ”Masjid ini memang luar biasa. Arsitekturnya indah dan cukup luas. Suasananya cukup tenang, cocok untuk tempat ibadah dan juga belajar. Saya sangat bersyukur dan puas bisa berkunjung dan melihat langsung masjid tertua di Mesir ini,” kata Fakih.
Pusat pendidkan
Alkisah, perintah pertama Amr bin Ash ketika berhasil menaklukkan negeri Mesir pada tahun 641 M adalah membangun masjid dan sekaligus pusat pemerintahannya. Maka, dibangunlah kota Fustat yang menjadi ibu kota Mesir pertama pada era Islam. Di kota Fustat itu, dibangunlah masjid. Masjid ini kemudian diberi nama dengan nama sang penakluk negeri Mesir itu sendiri, yakni Amr bin Ash.
Sebelum dibangun Masjid Al-Azhar, Masjid Amr bin Ash menjadi pusat pendidikan Islam di Mesir dan Afrika. Imam Syafi’i, yang kemudian menjadi imam salah satu mazhab terkemuka dan dianut secara luas di dunia Islam, pernah mengajar di Masjid Amr bin Ash.
Baca juga: Berziarah ke Makam Imam Syafi’i
Sampai saat ini, di masjid tersebut masih digelar halakah pengajaran Al-Qur’an dan agama Islam oleh sejumlah sheikh. Masjid Amr bin Ash kini menjadi salah satu masjid terpopuler, termegah, dan terbesar di Mesir dan bahkan di Benua Afrika.
Masjid Amr bin Ash kini menjadi salah satu masjid terpopuler, termegah, dan terbesar di Mesir dan bahkan di Benua Afrika.
Bangunan masjid yang terlihat saat ini adalah hasil pembangunan kembali dan proses renovasi dari masa ke masa selama lebih dari 1.000 tahun. Bangunan masjid yang asli, yakni seperti saat dibangun pada tahun 641-642 M, sudah tidak ada lagi.
Dalam catatan sejarah, Masjid Amr bin Ash pertama kali dibangun di atas tanah hanya seluas dengan panjang sekitar 28,5 meter dan lebar 17,4 meter. Masjid ini dibangun hanya menggunakan pelepah kurma sebagai atapnya. Bangunan masjid semula sangat sederhana, yakni berbentuk kotak dari kayu dan daun palem. Lantai masjid ditutupi dengan batu kerikil, sedangkan dindingnya dibuat dari lumpur.
Masjid Amr bin Ash semula tidak memiliki menara. Tidak ada mihrab pula. Pintu masuknya hanya satu, yakni dari arah utara.
Kemudian masjid mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 672 M oleh Maslamah bin al-Anshori, yang saat itu menjabat Wali Mesir pada era kekuasaan Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan.
Pada tahun 698 M, Gubernur Mesir Abdul Aziz bin Marwan menghancurkan Masjid Amr bin Ash yang sederhana itu dan kemudian membangunnya kembali dengan lebih megah. Pada tahun 827 M, yakni pada era Dinasti Abbasiyah, Masjid Amr bin Ash mengalami pemugaran dan perluasan sehingga masjid lebih luas beberapa kali dari era sebelumnya.
Baca juga: Napak Tilas Kairo dari Era Fatimid
Pada tahun 1172 M, yakni pada era Dinasti Ayyubiyah, Masjid Amr bin Ash dibangun kembali setelah mengalami kebakaran. Pada tahun 1797 M, Masjid Amr bin Ash mengalami pemugaran kembali dengan bentuk yang terus bertahan sampai saat ini.
Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2020-2022, yakni pada era Mesir di bawah Presiden Abdel Fatah el-Sisi.