Kebakaran Lahan di Kanada, AS Ikut Panen Kabut Asap
Masih ada 414 titik kebakaran lahan aktif di Kanada. Spekulasi berkembang, apakah kebakaran murni karena perubahan iklim atau tindakan yang disengaja.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Kebakaran lahan dan hutan yang melanda wilayah pantai timur dan barat Kanada telah berlangsung sepekan terakhir. Kebakaran berdampak pada kualitas udara, tidak hanya di Kanada, tetapi hingga ke sebagian wilayah negara tetangganya, Amerika Serikat.
Sejumlah penerbangan dibatalkan karena jarak pandang yang buruk, begitu pula pertandingan olahraga luar ruangan. Jumlah warga AS yang harus menjalani perawatan di rumah sakit karena gangguan pernapasan juga meningkat akibat kebakaran lahan di Kanada.
Juru bicara Departemen Kesehatan Kota New York, Pedro Frisneda, Kamis (8/6/2023), mengungkap, jumlah kunjungan warga yang berobat karena gangguan pernapasan lebih tinggi dari biasanya. Pemerintah Kota New York membagikan masker kepada para warga di stasiun kereta, terminal bus, dan taman-taman umum. Untuk mengurangi kemungkinan jatuhnya korban akibat gangguan pernapasan, terutama pada anak-anak, Departemen Pendidikan memutuskan untuk sementara kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara jarak jauh.
Linda Juliano (65), warga New York, mengatakan, dirinya tak pernah melihat dan merasakan kabut asap di New York sepanjang hayatnya. Kondisi ini memaksanya untuk menutup jendela di rumahnya di Huntington, Long Island. ”Ini sangat menakutkan sekaligus mengingatkan saya pada peristiwa 9/11. Melihat langit berasap dan segalanya,” kata Juliano.
Kabut asap menyelimuti New York dan sejumlah kota lain di AS, seperti Philadelphia, Connecticut, dan Washington, setelah sepekan terakhir terjadi kebakaran lahan dan hutan di pantai timur Kanada. Sebelum kebakaran lahan di pantai timur, pantai barat Kanada mengalami peristiwa yang sama.
Kementerian Tanggap Darurat Pemerintah Federal Kanada menyebut, kebakaran lahan yang terjadi selama sepekan terakhir melanda 3,8 juta hektar lahan. Luasan lahan yang terbakar ini, menurut Menteri Tanggap Darurat Bill Blair, naik 15 kali dari rata-rata tingkat kebakaran lahan 10 tahunan.
Hingga kini, Blair menyebut, masih ada 414 titik kebakaran lahan aktif di Kanada. Bahkan, 239 titik di antaranya belum bisa dikendalikan.
Setelah pekan lalu Provinsi Nova Scotia menjadi pusat kebakaran lahan besar, kini giliran Quebec. Menteri Utama Quebec Francois Legault mengatakan, untuk sementara baru 40 titik kebakaran yang bisa dikendalikan. ”Kami memiliki 150 titik lokasi kebakaran. Kami harus memastikan untuk fokus pada masalah yang lebih mendesak, memadamkan api di lokasi kebakaran,” katanya.
Legault mengatakan, penduduk kota Chibougamau dan Oueje-Bougoumou di bagian utara telah diminta untuk meninggalkan tempat tinggal mereka sejak Selasa malam. Sejauh ini, di Quebec jumlah pengungsi telah mencapai 15.000 orang.
Untuk memadamkan api, pemerintah setempat mengerahkan 520 petugas pemadam kebakaran. Guna membantu kerja yang semakin berat, mereka mendapat tambahan bantuan 150 personel militer. Legault menyebut, sekitar 500 petugas pemadam dari sejumlah negara, seperti AS, Perancis, Portugal, Spanyol, dan Meksiko, akan tiba dalam beberapa hari mendatang untuk membantu memadamkan api.
Presiden AS Joe Biden mengatakan, AS akan mengirimkan tambahan bantuan petugas dan peralatan seperti tanker udara untuk membantu Kanada memadamkan kebakaran lahan. AS telah mengirimkan sekitar 600 personel pemadam pada Mei lalu. Sejak pekan lalu, selain AS, sejumlah negara juga telah mengirimkan ratusan petugas pemadam kebakaran, seperti Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan.
Terorisme lingkungan
Kenaikan luas lahan yang terbakar dan dampak yang ditimbulkan hingga ke negara tetangga membuat sejumlah spekulasi berkembang sebagai penyebab utama kebakaran. Jika semula warga meyakini ini bagian dari siklus alam, terutama kekeringan karena perubahan iklim, muncul spekulasi kebakaran ini adalah tindakan terorisme lingkungan yang disengaja.
Maxime Bernier, mantan Menteri Luar Negeri Kanada, adalah salah satu orang yang menyuarakan hal itu. ”Saya bertaruh, sebagian besar penyebab kebakaran adalah orang yang tengah berkampanye soal perubahan iklim. Dia ingin memberi bukti bahwa kampanyenya itu nyata,” kata Bernier. Dia menyebut orang atau kelompok tersebut sebagai teroris hijau.
Di platform Tiktok, sebuah video yang telah ditonton 20.000 kali mengklaim bahwa kebakaran di Nova Scotia sengaja dibuat untuk mendorong agenda perubahan iklim. Sebuah artikel juga menyebut kebakaran lahan di Alberta, Nova Scotia, mungkin disebabkan ulah manusia dan menuding ”teroris lingkungan” sebagai dalang di belakangnya.
Karine Pelletier dari Badan Perlindungan Kebakaran Hutan Provinsi Quebec tidak mau berspekulasi dan menyatakan bahwa penyebab kebakaran lahan itu masih diselidiki. ”Ada banyak hal yang disebabkan oleh manusia, tetapi hampir selalu merupakan kecelakaan,” katanya. Dia juga mengatakan, sambaran petir juga menjadi penyebab banyak kebakaran hutan di Quebec.
Juru bicara Kantor Marsekal Pemadam Kebakaran Nova Scotia, Heather Fairbairn, mengatakan, manusia bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Namun, saat ini dampak perubahan iklim juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kebakaran lahan. Direktur Jenderal Pusat Kehutanan Kanada Mike Norton mengatakan, perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran lahan liar dan menciptakan musim kebakaran yang lebih panjang. (AP/AFP/REUTERS)