Ranjau Darat Berisiko Terbawa Banjir dan Menyebar di Kherson
Ranjau-ranjau darat berisiko terbawa oleh banjir bandang setelah Bendungan Kakhovka di Ukraina jebol. Ranjau-ranjau darat itu bisa meledak sewaktu-waktu jika menabrak obyek.

Petugas penyelamat mengevakuasi seorang perempuan tua dari banjir di Kherson, Ukraina, Rabu (7/6/2023).
KHERSON, RABU — Jebolnya Bendungan Kakhovka di Ukraina menimbulkan risiko yang tak terbayangkan sebelumnya. Banjir bandang sebagai konsekuensi jebolnya bendungan berisiko membawa dan menyebarkan ranjau-ranjau darat dari lokasi awal pemasangannya ke areal yang lebih luas dan tak terantisipasi.
Kementerian Pertanian Ukraina mengingatkan ladang yang berada di wilayah Ukraina selatan tahun depan bisa berubah menjadi gurun. Salah satu risiko paling berbahaya yang luput dari perhatian adalah banyaknya ranjau darat yang terangkat dari lokasi penanamannya dan terbawa arus air banjir.
Sementara itu, Kepala Unit Kontaminasi Senjata di Palang Merah Ukraina, Erik Tollefsen, memperingatkan situasi ini mengkhawatirkan karena tidak ada yang tahu di mana keberadaan ranjau-ranjau darat yang bisa meledak kapan saja itu.
Baca juga: Citra Satelit Dampak Jebolnya Bendungan Kakhovka Ukraina
Ini bukan hanya berbahaya bagi warga Kherson tetapi juga bagi siapa saja yang datang dan membantu. ”Kami tidak tahu persis sekarang ada di mana tetapi kemungkinan ranjau-ranjau itu sekarang ada di suatu tempat di hilir,” ujarnya.
Juru bicara Komando Selatan Militer Ukraina, Nataliya Humeniuk, mengatakan, banyak ranjau anti-infanteri di daerah yang direbut Rusia yang sudah copot dan sekarang menjadi ranjau terapung. ”Ini yang akan menjadi sangat berbahaya karena kemungkinan akan meledak jika bertabrakan atau menabrak puing-puing,” ujarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F07%2F68e9b5ff-179a-4a3c-90f7-566025c37545_jpg.jpg)
Anggota militer Ukraina memeriksa bagian tank milik Rusia yang hancur di sebuah ladang gandum di Desa Mala Rohan, Provinsi Kharkiv, Ukraina, Selasa (5/7/2022). Banyak ladang gandum di Ukraina yang masih tersebar bahan peledak dan ranjau yang belum dijinakkan.
Human Rights Watch dalam laporan yang dirilis per 15 Juni 2022 mengidentifikasi adanya penggunaan ranjau di Perang Ukraina. Setidaknya terdapat tujuh jenis ranjau anti-personel dan tujuh jenis ranjau anti kendaraan yang digunakan selama Juni 2022.
Dengan beberapa pengecualian, sebagian besar ranjau darat yang ditempatkan dengan tangan yang diidentifikasi oleh Human Rights Watch berasal dari era Uni Soviet. Bertanda produksi dari 1970-an dan 1980-an, ranjau-ranjau itu telah ditimbun oleh Ukraina dan Rusia.
Wilayah penyebarannya antara lain di enam wilayah, yakni Donetsk, Chernihiv, Kharkiv, Kyiv, Odesa, Sumy, dan Zaporizhzhia. Ranjau anti-kendaraan seri TM-62 dengan penempatan tangan tampaknya merupakan jenis yang paling sering digunakan.
Human Rights Watch dalam laporan yang dirilis per 15 Juni 2022 mengidentifikasi adanya penggunaan ranjau di Perang Ukraina.
Perjanjian Pelarangan Ranjau 1997, masih mengutip laporan Human Rights Watch, secara komprehensif melarang semua jenis alat peledak yang diaktifkan oleh korban. Larangan ini berlaku terlepas dari fitur teknis, perkiraan umur ranjau, metode pengiriman, atau jenis manufakturnya.
Ukraina menandatangani Traktat Pelarangan Ranjau pada 24 Februari 1999 dan menjadi negara yang tergabung dalam perjanjian itu per 1 Juni 2006. Rusia tidak bergabung dalam traktat itu.
Namun, Rusia tetapi terikat oleh larangan dan pembatasan terhadap ranjau, jebakan, dan perangkat lain yang tertuang dalam Amandemen Protokol II Konvensi PBB tentang Senjata Konvensional (CCW), Protokol I Konvensi Jenewa, dan hukum humaniter internasional.

Bendungan Kakhovka yang rusak, dekat Kherson, Ukraina, 6 Juni 2023.
Sampai saat ini belum jelas siapa pihak yang bertanggung jawab atas jebolnya Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kakhovka. Rusia dan Ukraina masih saling menyalahkan atas insiden yang terjadi pada 6 Juni 2023 malam tersebut.
Senator dari Demokrat, Amerika Serikat, Bob Menendez, yang memimpin Komite Urusan Luar Negeri di Senat, kepada BBC, mengatakan, ia belum yakin Rusia yang bertanggung jawab meledakkan Kakhovka. Rusia mengklaim Kakhovka jebol gara-gara diserang Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, peledakan bendungan itu tindakan biadab. Hal ini ia sampaikan ketika berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melalui telepon. ”Otoritas Kyiv meningkatkan kejahatan perang secara terbuka dengan memakai metode teroris dan melakukan sabotase di wilayah Rusia,” ujarnya.
Sampai saat ini belum jelas siapa pihak yang bertanggung-jawab atas jebolnya Bendungan PLTA Kakhovka.
Sementara lembaga kajian AS, Institut Studi Perang, menyebutkan Rusia memiliki kepentingan yang lebih besar dan lebih jelas untuk membanjiri Dnieper meski itu juga merusak posisi pertahanan mereka sendiri. Pasukan Rusia mungkin berpikir menerobos bendungan dapat menutupi kemungkinan mundur dan menunda serangan balasan Ukraina.
Naiknya air di wilayah Kherson akan mempersulit pasukan Ukraina untuk melakukan operasi apa pun yang melibatkan penyeberangan sungai untuk merebut kembali tepi timur, ke arah Crimea.
”Mengikuti logika siapa yang diuntungkan, Rusia akan menjadi penyebab yang jelas karena dengan membuat banjir di hilir Nova Kakhovka, Rusia akan mempersulit upaya Ukraina untuk menyeberang, memenangkan waktu, yang akan memungkinkan mereka untuk fokus pada bagian lain dari depan,” kata Guru Besar Sejarah di Sekolah Studi Internasional Lanjutan Johns Hopkins Sergey Radchenko.

Warga naik perahu karet di tengah-tengah banjir di Kherson, Ukraina, Rabu (7/6/2023).
Konsultan independen di bidang risiko internasional, Stephane Audrand, juga mengatakan, ia tidak melihat Ukraina diuntungkan dalam situasi ini. Infrastrukturnya lebih hancur, lebih banyak fasilitas produksi listrik yang rusak, lebih banyak penderitaan bagi warga sipil Ukraina, dan pembatasan opsi ofensif dan logistik Ukraina,” ujarnya.
Analis dari Pusat Analis Angkatan Laut, AS, Michael Kofman, mengatakan, Rusia bertanggung jawab karena mengendalikan bendungan. ”Bencana ini merusak pertanian dan stok air minum. Ini akan memusnahkan kehidupan masyarakat selamanya,” ujarnya.
Baca juga: Kherson Direbut Lalu Ditinggalkan
Penghancuran sebesar ini menyebabkan kerugian besar bagi warga sipil. Berdasarkan Protokol Tambahan Konvensi Geneva tahun 1949, tindakan itu dianggap sebagai kejahatan perang.
Pasal 56 menyebutkan, ”bendungan, tanggul, dan stasiun pembangkit listrik tenaga nuklir, tidak boleh dijadikan sasaran serangan, bahkan di mana obyek-obyek tersebut adalah sasaran militer, jika serangan tersebut dapat menyebabkan pelepasan kekuatan berbahaya dan akibatnya kerugian besar di antara penduduk sipil”.
Sejarah kontemporer menawarkan banyak contoh penghancuran bendungan dan banjir di Eropa untuk tujuan defensif dan ofensif. Pada 1941, Uni Soviet meledakkan bendungan besar di Zaporizhzhia Ukraina untuk memperlambat gerak maju Jerman.

Jalanan tergenang air di Kherson, Ukraina, Rabu (7/6/2023), setelah tembok Bendungan Kakhovka runtuh.
Pada Mei 1943, Angkatan Udara Kerajaan Inggris mengebom bendungan Jerman di lembah Ruhr, pusat industri negara itu. Operasi yang dilakukan skuadron RAF 617 ini menghancurkan dua dari tiga bendungan dan merusak yang ketiga. Insiden itu diabadikan dalam film The Dam Busters produksi tahun 1955.
Taktik banjir juga dipraktikkan dalam Perang Dunia Pertama. Pada musim gugur 1914, selama Pertempuran Yser, pasukan Perancis dan Belgia memicu banjir untuk memperlambat gerak maju pasukan Jerman yang mencoba menyeberangi Sungai Yser menuju Dunkirk. Banjir itu diatur dengan merusak sistem kunci di Nieuwpoort, yang mengatur masuknya air laut dan drainase ke dataran banjir.
Selama beberapa tahun terakhir ini, Kakhovka menjadi simbol pengaruh antara Rusia dan Ukraina. Ketika Rusia mencaplok Crimea pada 2014, Ukraina pernah menutup Kakhovka dan memutus akses semenanjung selatan Ukraina pada sumber air bersih.
Baca juga: Krisis Kemanusiaan Mulai Melanda Ukraina
Kemudian, pada tahun lalu, Ukraina menuding pasukan Rusia menanam bahan peledak di Kakhovka. Kremlin membantah tudingan ini. Tidak jelas bagaimana bencana Kakhovka ini akan memengaruhi perang dan serangan balasan Ukraina terhadap Rusia.
Kofman menilai jebolnya Bendungan Kakhovka ini tidak akan secara substansial memengaruhi prospek militer Ukraina dalam serangannya. ”Kalau melihat situasi di sepanjang Sungai Dnieper, di satu sisi, banjir akan merusak pertahanan yang dibangun militer Rusia di sepanjang tepi sungai. Operasi lintas sungai Ukraina akan sangat sulit dilakukan,” ujarnya.

Sementara itu, sedikitnya 6.000 warga yang tinggal di kedua sisi Sungai Dnipro, Kherson, Ukraina, sudah dievakuasi setelah banjir bandang akibat jebolnya Bendungan Kakhovka. Sampai sejauh ini, 30 kawasan pemukiman kota dan desa dengan sekitar 15.000 rumah terendam banjir. Sebanyak 10 pemukiman di antaranya berada di wilayah yang diduduki Rusia.
Tim pencari dan penyelamat bergegas mengeavkuasi warga yang terjebak banjir dan bertahan di atap rumah. Mereka sekaligus memasok air minum ke daerah-daerah yang terkepung banjir.
Jebolnya Bendungan PLTA Kakhovka membuat warga tidak bisa mengakses air minum dan kehilangan pasokan listrik. Ribuan warga bahkan mengungsi karena tempat tinggal kebanjiran dengan ketinggian air bervariasi. Lahan pertanian juga rusak. Risiko yang paling membahayakan adalah banyaknya ranjau darat yang terbawa arus air bandang.
Baca juga: Air Bah Terus Naik, Militer Ukraina-Rusia Tetap Saling Serang
Warga yang tinggal di daerah yang diduduki Rusia mengeluhkan bantuan yang lambat datang. Padahal, air semakin tinggi dan jalanan hanya bisa dilewati dengan perahu, Rabu (7/6/2023). Banyak yang menyelamatkan diri dengan bertahan di atap rumah dan tidak mau meninggalkan rumahnya.
Di daerah itu dilaporkan 3 orang tewas. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggelar rapat mendadak untuk membahas cara menyediakan air minum bagi penduduk serta menilai kerusakan lahan pertanian dan properti lainnya. ”Sulit memperkirakan berapa banyak bahan kimia dan produk minyak yang tersimpan di daerah banjir yang kini menyebar ke sungai dan laut,” kata Zelenskyy. (REUTERS/AFP/AP)