Untuk Bisa Tersenyum Pun, Orang Jepang Butuh Les
Setelah pandemi Covid-19 mereda dan Pemerintah Jepang mencabut rekomendasi penggunaan masker, banyak warga Jepang mengambil les tersenyum.

Tokyo
Akhir-akhir ini, setelah pandemi Covid-19 mereda, makin banyak warga Jepang kembali belajar tersenyum. Kok, bisa?
Sejak Pemerintah Jepang mencabut rekomendasi penggunaan masker, seiring pulihnya aktivitas keseharian di negara itu, warga setempat merasakan kebutuhan untuk bisa tersenyum. Selama pandemi, saat masker wajib dikenakan, otot-otot muka untuk tersenyum jarang digunakan.
”Selama Covid-19, saya sangat jarang menggunakan otot-otot wajah. Jadi, ini latihan bagus,” ujar Himawari Yoshida (20), mahasiswa yang ikut les tersenyum pada lembaga Egaoiku (Pendidikan Tersenyum) milik Keiko Kawano.
Kawano, mantan penyiar radio, menuturkan, jumlah siswa didiknya melonjak empat kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Mereka datang dari beragam latar belakang, seperti pekerja penjualan dan pejabat pemerintah. Tarif les privat tersenyum selama satu jam 7.700 yen (sekitar Rp 820.000).
Kawano mulai mengadakan les tersenyum sejak tahun 2017. Saat ini, ia punya belasan siswa didik dari kalangan mahasiswa seni. Mereka ingin memoles diri dengan kemampuan tersenyum yang memikat.
Saat mengikuti les, mereka memegang cermin. Sambil menghadapkan wajah ke cermin itu, mereka berupaya menarik lebar-lebar mulut masing-masing ke atas dengan jari tangan. Seperti itu salah satu contoh les tersenyum yang diajarkan Kawano.
Menurut Kawano, orang Jepang kurang tersenyum dibandingkan dengan, misalnya, orang Barat. Hal ini tak lepas dari soal perasaan aman mereka sebagai warga di negara pulau dan negara dengan pemerintahan terpusat. Namun, dengan situasi tersebut, misalnya karena ada ancaman penggunaan senjata, justru seharusnya mendorong warga setempat bisa lebih sering tersenyum.
”Dari segi budaya, senyuman menandakan bahwa saya tidak membawa senjata dan saya bukan ancaman bagi Anda,” ucap Kawano.
Selain faktor yang disebut di atas, terkait mengapa orang Jepang lebih jarang tersenyum dibandingkan, misalnya, warga Barat, ada faktor lain yang juga memengaruhi, yaitu soal kebiasaan mengenakan masker.
Sebelum pandemi Covid-19 pun, orang Jepang biasa mengenakan masker, khususnya saat masuk musim demam alergi atau saat ujian karena khawatir tertular flu. Bahkan, setelah Pemerintah Jepang mencabut rekomendasi penggunaan masker pada Maret 2023, banyak warga Jepang masih tetap mengenakan masker.
Survei radio NHK pada Mei 2023 memperlihatkan sekitar 55 persen warga Jepang mengatakan bahwa mereka masih tetap mengenakan masker. Hanya 8 persen warga yang menyatakan telah stop pakai masker. Sekitar seperempat dari siswa didik Kawano juga masih tetap bermasker saat mengikuti pelajaran les tersenyum di kelas.
Anak-anak muda Jepang semakin terbiasa mengenakan masker. Menurut Kawano, kebiasaan bermasker itu ada plus dan minusnya, selain soal isu kesehatan. Bagi perempuan, dengan bermasker, mereka tak perlu merias diri saat keluar rumah. Bagi laki-laki, dengan bermasker, mereka tak perlu khawatir apakah sudah mencukur kumis-jenggot atau belum.
Namun, mereka juga jadi tidak terlalu memikirkan soal kemampuan tersenyum mereka. Kini, dengan mulai pulihnya kunjungan turis asing ke negara itu, semakin besar kebutuhan orang Jepang untuk mahir tersenyum. Setidaknya, dengan senyuman itu mereka bisa menyambut turis asing dengan penuh keramahan.
Yoshida mengatakan, dirinya mengambil les tersenyum sebagai persiapan memasuki dunia kerja. Kawano menuturkan, dirinya juga mendidik 23 pelatih tersenyum yang akan dikirim untuk menyebarkan cara tersenyum sempurna ke berbagai wilayah di Jepang. ”Saya pikir, akan terus bertambah kebutuhan warga Jepang untuk tersenyum,” ujarnya.
Kawano mengungkapkan, ada gaya senyuman andalan, yang diajarkan kepada siswa-siswa didiknya. ”Teknik Senyuman Ala Hollywood” namanya. Teknik senyuman ”maut” ini dilakukan dengan senyum yang membentuk alis melengkung bak bulan sabit, pipi membundar, serta ujung bibir atas bak delapan mutiara putih. Wow! (REUTERS)
Serial lain Kilasan Kawat Sedunia:
Warga AS dan Kanada Pegang Rekor Tato Karakter Marvel Terbanyak
Tumpahan Kentang di Jembatan Bikin Kemacetan Panjang
Kelabui Pengendara ”Ngebut” dengan Pengering Rambut