Pemilihan umum Amerika Serikat akan digelar 5 November 2024. Mulai tahun ini, sejumlah bakal calon presiden sudah berlomba menaikkan popularitas dan memperluas dukungan masyarakat.
Oleh
KRIS MADA
·6 menit baca
Mantan presiden, mantan wakil presiden, hingga dosen bersama lebih dari 150 orang telah mendaftar untuk menjadi calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Mereka punya waktu setahun untuk meyakinkan para kader partai agar bisa ditunjuk mewakili Partai Republik di pemilu pada 5 November 2024. Ujian awal bagi mereka tiba lebih cepat, Februari 2024.
Para Republikan itu bergabung dengan lebih dari 1.000 orang telah menyerahkan berkas pendaftaran sebagai bakal calon presiden (bacapres) ke Komisi Pemilihan Umum (FEC) Amerika Serikat (AS). Selain dari Demokrat dan Republik, ada sejumlah bakal calon perseorangan dan partai yang dikenal di sebagian negara bagian AS. Bahkan, ada tiga calon mendaftarkan diri sebagai bakal calon Presiden AS dari Partai Komunis.
Bahkan, ada tiga calon mendaftarkan diri sebagai bakal calon Presiden AS dari Partai Komunis.
Di antara ribuan pendaftar itu, lima bacapres AS dari Republik tercatat punya kas kampanye paling besar. Dengan 21,9 juta dollar AS, senator Timothy Scott menempati urutan pertama. Setelah dia ada Donald Trump, Vivek Ramaswamy, Niki Halley, dan Perry Johnson. Setelah lima orang itu, baru terlihat Joe Biden di daftar bacapres AS dengan kas kampanye paling banyak.
Di daftar itu belum terlihat antara lain Gubernur Florida Ron DeSantis atau mantan Wakil Presiden AS Mike Pence. Sebab, DeSantis baru mendaftar pada akhir Mei 2023. Sementara Pence malah masih mempersiapkan pendaftaran. Pence berencana mengumumkan pencalonannya pada 7 Juni 2023. Sementara rekapitulasi dana yang diumumkan FEC masih mengacu pada data Maret 2023.
Menurut CNBC dan BBC, DeSantis bisa jadi pemilik dana kampanye terbesar dibandingkan bacapres lain dari Republikan. Sehari setelah mengumumkan pencalonan pada 23 Mei 2023, ia menerima sumbangan 8,2 juta dollar AS. Kelompok pendukung DeSantis, Friend of DeSantis, dilaporkan punya kas 88 juta dollar AS.
Kelompok lain, Never Back Down, dilaporkan menargetkan belanja kampanye paling sedikit 200 juta dollar AS. Belanja itu hanya untuk distribusi materi saja. Belum termasuk gaji untuk para pegawai di tim sukses DeSantis. “Kami akan mengerahkan 2.600 juru kampanye lapangan,” kata pemimpin Never Back Down, Jeff Roe.
Berbeda dengan calon dan bakal calon, kelompok pendukung tidak terikat ambang batas nilai sumbangan. Kelompok itu juga tidak harus melaporkan keuangannya kepada FEC. Karena itu, kelompok pendukung atau kerap disebut sebagai PAC bisa lebih leluasa mengumpulkan dan membelanjakan dana kampanye.
Kampanye Roe antara lain fokus membuat DeSantis lebih diterima Republikan dibandingkan Trump. Sebab, dengan berbagai dinamika penentangan padanya, Trump tetap unggul. Meski lebih sedikit, dana kampanye yang diterima Trump lebih mencerminkan dukungan luas dibandingkan untuk DeSantis.
Dari 18,2 juta dollar AS yang diterima Trump, 6,6 juta dollar AS merupakan sumbangan donatur yang memberi paling banyak 200 dollar AS per orang. Sementara 6 juta dollar AS lainnya didapatkan dari penyumbang yang memberikan antara 201 dollar AS hingga 900 dollar AS.
Sebagian calon lain mengumpulkan dari donatur dengan sumbangan minimum 1.000 dollar AS per orang atau per lembaga. Warga biasa akan kesulitan menyumbangkan sebanyak itu. Sementara jika menyumbang maksimum 200 dollar AS, masih banyak orang sanggup memberinya. Profil dan jumlah penyumbang menunjukkan dukungan untuk Trump masih luas.
Serangkaian jajak pendapat juga menunjukkan dukungan luas untuk Trump. Dalam jajak pendapat oleh YouGov, RCP, hingga Morning Consult, Trump selalu unggul di atas 20 persen dari bacapres lain di Republikan. DeSantis yang dianggap sebagai pesaing terberat Trump sekalipun tertinggal rata-rata 25 persen. Jajak pendapat oleh The Economist pada 27-31 Mei 2023 menunjukkan, Trump unggul 25 persen dibandingkan DeSantis. Dibanding Halley, Trump malah bisa unggul 52 persen.
Keunggulan itu didapat dalam pertanyaan siapa yang akan dipilih di antara Trump atau salah satu calon lain. Kala disandingkan dengan calon siapa pun, Trump selalu unggul. “Dia (DeSantis) tidak becus memikat pemilih dan pendonor. Banyak orang mau menyumbang asal diberi waktu berbincang dengan dia. Sayangnya, dia tidak mau memberikan waktu untuk itu,” kata mantan anggota badan pemenangan pemilu Republikan di Florida, Myra Adams.
Ia tetap lebih baik dibandingkan DeSantis jika nama mereka disandingkan dengan Biden. Dalam banyak pendapat, peluang Trump mengalahkan Biden lebih tinggi dibandingkan peluang DeSantis untuk melakukan hal serupa. Trump bisa unggul enam persen, DeSantis maksimal 1 persen.
Analis politik AS Jeff Grenfield menyebut, Trump dengan jelas memosisikan dirinya sebagai pembawa suara kelas menengah kulit putih AS. Ia menyuarakan hal-hal yang menjadi kegelisahan harian warga kelas menengah AS. “Bagi banyak Republikan, Trump bukan hanya peyambung lidah. Mereka memandang Trump sebagai presiden,” ujarnya.
Memang, menurut Grenfield, sebagian petinggi Republikan cemas atas tingginya dukungan kader dan simpatisan partai itu pada Trump. Para petinggi Republikan tidak yakin Trump akan bisa mengalahkan Biden pada November 2024.
Kekalahan Trump pada November 2020 dan sejumlah jajak pendapat jadi dasar kecemasan itu. Sebagian jajak pendapat memang menunjukkan peluang kemenangan Trump atas Biden. Walakin, lebih banyak lagi jajak pendapat yang menunjukkan keunggulan tipis Biden atas Trump.
Biden memang secara terbuka terus menyatakan hal buruk soal Republikan dan Trump. Apalagi, Biden bisa menekan inflasi, jumlah pengangguran, dan mengakhiri pandemi Covid-19. Semua manuver itu menjadi sumber kecemasan petinggi Republikan. Karena itu, mereka mencoba pilihan lain.
Calon Lain
Meski belum bisa mengungguli Trump, berbagai bacapres AS dari Republikan mencoba menarik pemilih. DeSantis secara konsisten menampilkan diri sebagai sosok konservatif. Gubernur Florida itu melarang penyiaran materi LGBT di sekolah, mengancam menutup Disney, hingga menampilkan diri sebagai penyokong nilai tradisional keluarga.
“Perselisihan Gubernur DeSantis dengan Disney jelas menggambarkan sikapnya yang tidak segan melawan konglomerat demi membela nilai tradisional dan keluarga Amerika,” kata Roe.
Juru bicara DeSantis, David Abrams, meyakini Trump khawatir pada DeSantis. Hal itu antara lain karena DeSantis paling kerap diserang Trump. Berbagai serangan Trump itu disebut sebagai salah satu faktor penyebab DeSantis masih tertinggal di berbagai jajak pendapat. “Kami yakin bisa membalikkan keadaan. Republikan ingin perubahan, tidak terikat masa lalu,” kata dia.
Selain DeSantis, ada Halley yang pernah menjadi Wakil Tetap AS di Perserikatan Bangsa-bangsa. Kinerja kampanyenya amat buruk sampai peluang keterpilihannya belum pernah lebih tinggi dari lima persen. Total dana kampanye dan sebaran penyumbangnya juga mencerminkan keterbatasan pendukung.
Dari hampir 5 juta dollar AS dana kampanyenya, setidaknya 3 juta dollar AS didapat dari donatur yang sumbangan per orangnya paling rendah 1.000 dollar AS. Dengan kata lain, pendukungnya lebih banyak kalangan atas.
Guna memperluas dukungan, salah satu cara yang dipakai keluarga Haley adalah penugasan militer di luar negeri. Suaminya, Michael Haley, akan bertugas di Komando Operasi Afrika. Anggota Garda Nasional Carolina Selatan itu akan ditempatkan selama setahun sebagai perwira di markas Komando Operasi Afrika.
Komando itu salah satu dari sebagian komando operasi AS di luar negeri. “Keluarga kami siap berkorban jika tugas memanggil,” demikian pernyataan resmi keluarga Haley.
Penugasan itu akan membuat keluarga Haley berstatus sebagaimana warga lain di AS. Keluarga Haley tidak mendapat keistimewaan. Citra itu penting untuk menarik suara pemilih menengah ke bawah.
Haley dan siapa pun yang ingin menuju Gedung Putih, perlu dukungan sebanyak-banyaknya dari beragam pemilih. Dukungan itu adalah tiket politisi menduduki Ruang Oval, tempat Presiden AS bekerja (AP/REUTERS)