Berdiri sejak 1900, perusahaan CRRC Qingdao Sifang Co Ltd merupakan pembuat Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau KCJB yang akan segera melaju di Tanah Air.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA, dari QINGDAO, CHINA
·5 menit baca
China adalah pemain baru soal kereta cepat. Meski terlambat dibandingkan dengan negara maju lainnya, negara ini mengompensasinya dengan pertumbuhan industri yang mencengangkan hampir dua dekade terakhir. China juga menjadi tanah kelahiran bagi Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau KCJB yang akan segera melaju di Tanah Air.
”Kami senang naik kereta karena harganya lebih murah, lebih cepat, dan lebih aman,” kata pemandu wisata, Ashley Ma (40). Ia menjelaskan hal itu kepada belasan jurnalis asal Asia Pasifik dalam bus yang melaju di Qingdao, Provinsi Shandong, Senin (22/5/2023).
Tak lama, tibalah bus itu di kawasan manufaktur kereta milik CRRC Qingdao Sifang Co Ltd. Banyak pencapaian menarik tentang kereta di China lahir di perusahaan ini. Rasa antusiasme seketika terbit ketika rombongan memasuki lokasi seluas 1,77 kilometer persegi itu.
Sun Kai, CRRC Sifang Brand Specialist, datang menyambut bersama sejumlah pejabat perusahaan. Mereka menjabarkan sejarah panjang CRRC Sifang sejak tahun 1900. Dengan sejarah selama 123 tahun, perusahaan ini adalah salah satu perusahaan manufaktur peralatan kereta tertua di China.
CRRC Sifang memproduksi delapan jenis kereta dengan cakupan kecepatan 60-600 kilometer per jam, yaitu metro, trem, monorel, gerbong penumpang, kereta rel diesel, kereta maglev, kereta EMU (electric multiple unit) antarkota, dan kereta cepat EMU. Perusahaan ini telah mengekspor ke 28 negara dan kawasan, termasuk Singapura, Argentina, Brasil, Sri Lanka, Laos, dan Indonesia.
Saat berkunjung ke area pabrik, puluhan lokomotif dan gerbong kereta yang tengah dirakit terlihat berjejer rapi. Demi keselamatan, pengunjung harus mengenakan helm pengaman dan berjalan di dalam garis batas kuning saat melihat-lihat.
Pada salah satu gerbong, empat pekerja berkostum putih dari kepala sampai kaki sedang sibuk mengutak-atik kolong sebuah gerbong. Kepala mereka yang memakai helm pengaman biru terkadang menunduk demi memeriksa lembaran dokumen yang terbentang di meja. Sesekali kesunyian pecah oleh bunyi peralatan mereka.
Yang menjadi perhatian dalam kunjungan itu, tentu saja kereta cepat EMU yang sedang terparkir manis di pabrik. EMU merupakan salah satu kereta komersial tercepat di dunia dengan kecepatan hingga 350 km per jam. Kereta jenis inilah yang akan beroperasi di Indonesia.
Untuk serangkaian kereta EMU yang bertipe CR400AF atau Fuxing, misalnya, terdiri dari delapan gerbong, tersusun atas lebih dari 550.000 bagian. EMU Fuxing juga terintegrasi dengan teknologi baru, seperti internet, komputasi awan, mahadata, kecerdasan buatan, dan teknologi 5G.
CRRC Sifang bisa memproduksi dan merakit enam gerbong setiap hari. Hingga kini, CRRC Sifang telah memproduksi lebih dari 1.600 kereta EMU berkecepatan tinggi.
Adaptasi lokal
CRRC Sifang telah selesai mengerjakan EMU untuk proyek KCJB pada 2022 dan mengirimnya ke Tanah Air. KCJB memiliki 11 EMU bertipe KCIC400AF dan satu kereta inspeksi (comprehensive inspection train). Satu rangkaian EMU terdiri atas delapan gerbong.
Sampai sekarang, KCJB berada dalam tahap uji coba dan diproyeksikan beroperasi pada tahun ini. ”Untuk Indonesia, kami melakukan beberapa modifikasi adaptif agar sesuai dengan lingkungan lokal dan elemen budaya Indonesia,” tutur Sun Kai.
Untuk KCIC400AF, desain kereta memiliki tampilan ramping dengan warna gerbong perak dan merah. Warna perak mewakili tekstur industri modern dan sains serta teknologi yang maju. Adapun warna merah berasal dari warna bendera nasional.
Pada sambungan antara muka lokomotif dan gerbong, terdapat pola poligonal merah dengan corak berbeda yang meniru hewan komodo. Desain ini sekaligus mencerminkan konsep koeksistensi harmonis antara manusia dan alam.
Untuk Indonesia, kami melakukan beberapa modifikasi adaptif agar sesuai dengan lingkungan lokal dan elemen budaya Indonesia.
Sementara itu, gerbong kereta dirancang untuk penumpang naratama, kelas satu, dan kelas dua. Kursi naratama berwarna abu-abu, terinspirasi Candi Borobudur. Kursi kelas satu berwarna merah tua, sementara kursi kelas dua berwarna abu-abu dan biru yang terinspirasi dari gaya pantai Indonesia. Setiap kursi mendapat sematan batik berpola awan.
Rancangan KCIC400AF menyesuaikan dengan iklim di Indonesia. Desain ketahanan korosi bodi kereta menerapkan teknologi pelapisan canggih sehingga ketahanan semprotan garam dan penuaan ultraviolet naik 50 persen. Metode ini cocok untuk lingkungan dengan iklim suhu tinggi, kelembaban tinggi, dan salinitas tinggi di sepanjang pantai tropis Indonesia.
Adaptasi lainnya terkait kondisi jalur di Indonesia. Fluktuasi medan cukup besar lantaran banyaknya tanjakan besar. Karena itu, KCIC400AF memiliki ”mode akselerasi tinggi”. Dalam mode ini, kekuatan traksi atau tarikan kereta dapat meningkat dengan cepat. Kereta juga mampu mendaki dan lebih baik mengatasi kondisi jalur kompleks.
Transformasi urban
KCJB akan menjadi kereta berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara. Keberadaan kereta ini merupakan demonstrasi kapasitas Indonesia yang lebih maju lagi soal transportasi perkotaan. Di China, kereta cepat menjadi penghubung penting dalam jaringan transportasi integral yang modern. Saat ini, jaringan kereta cepat di China telah mencapai 40.000 kilometer lebih.
Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun, secara terpisah, menambahkan, kereta cepat di China telah berkontribusi nyata tak hanya pada peningkatan konektivitas, tetapi juga mentransformasi pusat perkotaan dan mendorong pertumbuhan kota-kota baru di berbagai wilayah. ”Kereta cepat di China berhasil mendukung penciptaan arus logistik dan perdagangan yang lebih efisien, yang tentunya menurunkan biaya ekonomi, serta semakin memperkuat posisi China sebagai pusat manufaktur dunia,” tutur Djauhari, Kamis (25/5/2023).
Pada 2008, ia mencontohkan, kereta cepat yang menghubungkan Beijing dengan Tianjin beroperasi. Panjang jalur sekitar 100 kilometer dengan waktu tempuh selama 30 menit. Selama satu dekade sejak berjalan, kereta ini melayani sekitar 250 juta penumpang yang juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Djauhari meyakini, hal yang sama juga dapat terjadi di Indonesia. ”Keberadaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga menjadi langkah penting bagi Indonesia untuk memperkuat konektivitas dan menciptakan logistik yang efisien serta pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,” ujarnya.