Rusia Percepat Penempatan Senjata Nuklir ke Belarus
Ada percepatan lebih dari sebulan atas rencana penempatan sebagian bom nuklir Rusia ke Belarus. Sebelum percepatan itu, ada peningkatan serangan ke sejumlah wilayah Rusia, termasuk Kremlin.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AP/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO
Rudal-rudal balistik Rusia RS-24 Yars dipamerkan di Lapangan Merah dalam parade militer Hari Kemenangan di Moskwa, Rusia, 24 Juni 2020.
MOSKWA, JUMAT – Pemindahan sebagian hulu ledak nuklir Rusia ke Belarus dipercepat. Dari rencana pada Juli 2023, Rusia mulai mengirimkan sebagian senjata nuklirnya ke Belarus pada akhir Mei 2023. Percepatan ini terjadi selepas peningkatan serangan di sejumlah wilayah Rusia.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengatakan, pemindahan nuklir dari Rusia sudah dimulai. ”Kami harus mempersiapkan tempat penyimpanan dan hal lainnya. Kami sudah melakukan semua itu. Oleh karenanya, relokasi senjata nuklir dimulai,” ujarnya, Kamis (25/5/2023) malam waktu Moskwa.
Lukashenko berada di Rusia kala mengumumkan perkembangan tersebut. Pengumuman itu disampaikan sehari setelah ia diberi tahu Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa dekrit pemindahan sebagian senjata nuklir taktis Rusia ke Belarus sudah ditandatangani.
Pada 25 Maret 2023, Putin mengumumkan rencana penempatan sebagian senjata nuklir taktis Rusia di Belarus. ”Pada 1 Juli, kami akan menuntaskan pembangunan tempat penyimpanan khusus untuk senjata nuklir taktis di wilayah Belarus,” ujarnya pada Maret.
Pengumuman itu mengubah kebijakan Rusia selama 31 tahun sebelumnya. Sejak 1991, Moskwa menarik semua senjata nuklir warisan Uni Soviet dari sejumlah negara.
Pengumuman Lukashenko menunjukkan ada percepatan lebih dari sebulan atas rencana penempatan sebagian bom nuklir Rusia ke Belarus. Sebelum pengumuman disampaikan Lukashenko, ada peningkatan serangan ke sejumlah wilayah Rusia.
Bahkan, Kremlin menjadi sasaran serangan pesawat nirawak. Selain itu, Inggris juga telah mengirimkan amunisi berlapis uranium sisa bersamaan dengan tank Challenger yang diberikan ke Ukraina.
Kesepakatan
Media Rusia, kantor berita TASS dan Russia Today, juga melaporkan bahwa Minsk dan Moskwa telah meneken kesepakatan penempatan senjata nuklir itu. Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu dan Menhan Belarus Viktor Khrenin menandatangani kesepakatan tersebut pada Kamis di Minsk.
”Selama pertemuan, dokumen-dokumen terkait prosedur penempatan senjata nuklir non-strategis Rusia di tempat penyimpanan khusus di Republik Belarus telah ditandatangani,” demikian pernyataan Kemenhan Rusia.
AFP PHOTO/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY/VADIM SAVITSKY
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu (kiri) dan mitranya, Menhan Belarus Viktor Khrenin, berjabat tangan seusai penandatanganan kesepakatan penempatan senjata nuklir Rusia di Belarus dalam pertemuan di Minsk, Belarus, Kamis (25/5/2023).
Shoigu mengklaim, Rusia tidak melanggar aturan internasional apa pun dengan pemindahan tersebut. Traktat Pengendalian Penyebaran Senjata Nuklir (NPT) tidak secara spesifik melarang negara pemilik senjata nuklir menempatkan senjata itu di negara lain. NPT hanya mengharuskan negara pemilik tetap menjadi pengendali peluncur persenjataan tersebut.
Karena itu, Amerika Serikat telah menempatkan setidaknya 150 senjata nuklir taktis (tactical nuclear weapons/TNW) di sebagian negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sampai 2021, Putin berulang kali meminta AS menarik TNW. Permintaan itu ditolak oleh Washington sampai sekarang.
Bom-bom nuklir B61 dengan panjang sekitar 3,6 meter, dengan daya ledak yang bervariasi mulai dari 0,3 hingga 170 kiloton, ditempatkan AS di enam pangkalan udara di Italia, Jerman, Turki, Belgia, dan Belanda. Penempatan ini sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Sampai 2021, Putin berulang kali meminta AS menarik TNW. Permintaan itu ditolak oleh Washington sampai sekarang. Kini, Putin membalik kebijakan Moskwa soal TNW.
Senjata strategis
Pada 31 Maret 2023, Lukashenko mengungkap bahwa Minsk bersiap dengan kemungkinan penempatan senjata nuklir strategis (SNW) Rusia. Ia tidak menjelaskan penyebab Minsk bersiap menampung nuklir dengan daya ledak lebih tinggi itu.
SNW dan TNW terutama dibedakan dari daya ledak dan jangkauan peluncurnya. TNW lazimnya dipasang pada rudal jelajah dengan jangkauan 500 kilometer sampai 5.000 kilometer. Daya ledaknya rata-rata 10 kiloton TNT. Sementara SNW lazimnya dipasang di rudal balistik antarbenua (ICBM) dengan daya ledak bisa ratusan kiloton TNT.
Daya ledak TNW berkekuatan hingga tiga kali lipat daya ledak bom yang dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima, Jepang, pada 1945. Bom Hiroshima berdaya ledak 15 kiloton TNT. Adapun senjata nuklir strategis (SNW) berdaya ledak di atas 100 kiloton TNT.
Meski berdaya ledak lebih tinggi dari bom Hiroshima, TNW tetap didefinisikan sebagai bom yang digunakan di medan tempur atau skala dampak lebih kecil. Adapun SNW dimaknai sebagai bom untuk menghancurkan suatu wilayah.
Dalam ”Nuclear Notebook”, Direktur Program Informasi Nuklir pada Federation of American Scientists Hans M Kristensen menulis bahwa Rusia mempunyai 1.830 TNW pada 2019. Sementara AS mempunyai 230 TNW. Adapun Pakistan memiliki hingga 30 hulu ledak TNW.
Pada 1990, total hulu ledak TNW secara global ditaksir mencapai 30.000 unit. Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat AS-Rusia tetap mempunyai unit yang bisa melepaskan TNW. Hampir seluruh jenis rudal Rusia bisa mengangkut hulu ledak nuklir dan hulu ledak konvensional. (AFP/REUTERS)