Trauma Bom Hiroshima, Penyintas Cemas dengan Gelontoran Senjata ke Ukraina
Dengan bertemu di Hiroshima, para pemimpin G7 dan mitranya seharusnya fokus mencari cara mengakhiri perang lewat perundingan. Para korban bom atom menilai, penyelesaian perang secara diplomatik akan sangat berarti.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AFP/YUICHI YAMAZAKI
Para pengunjuk rasa anti-G7 berpawai di salah satu ruas jalan di Hiroshima, Jepang, 19 Mei 2023, saat para pemimpin G7 bersidang dalam KTT G7, tak jauh dari lokasi demonstrasi mereka.
HIROSHIMA, SELASA — Kehadiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Hiroshima, Jepang, saat mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G7, akhir pekan lalu, menggelisahkan korban dan keluarga korban bom atom. Mereka khawatir, kehadiran Zelenskyy menyulitkan upaya penghapusan senjata nuklir terkait permintaan pasokan senjata ke negara-negara Barat, yang bisa memicu Rusia menggunakan senjata nuklirnya dalam perang di Ukraina.
Zelenskyy ke Hiroshima atas undangan Jepang, ketua bergilir G7 tahun ini. Setelah tiga hari bertemu sejak Jumat (19/5/2023), para pemimpin G7 sepakat mendukung penuh Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Perjalanan ke Hiroshima merupakan bagian dari lawatan maraton Zelenskyy beberapa pekan terakhir ke sejumlah negara. Di berbagai forum itu, ia fokus mencari tambahan senjata dan dana untuk menghadapi Rusia. Dalam posisi kehilangan beberapa wilayah sejak diinvasi Rusia dalam 15 bulan terakhir, ia belum mau menyelesaikan perang itu di meja perundingan.
Ketua kelompok penyintas bom Hiroshima, Mimaki Toshiyuki, pada akhir pekan menyambut kedatangan Zelenskyy di Hiroshima, kota pertama di Bumi yang hancur oleh senjata nuklir. Namun, di sisi lain ia juga cemas dengan permintaan tambahan senjata dari Zelenskyy kepada G7.
Kunjungan Zelenskyy ke Hiroshima dianggap menyebarkan pesan bahwa penggunaan nuklir sebagai penggentar lawan dibenarkan. Dari tujuh anggota G7, tiga negara dikategorikan sebagai negara pemilik senjata nuklir, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
”Kami merasa pengalaman pahit Hiroshima seharusnya dimanfaatkan negara (pemilik senjata) nuklir mengirimkan pesan perdamaian,” kata salah seorang warga Hiroshima, Yuta Takahashi.
Warga lain di kota lain berpendapat lebih terus terang. ”Kunjungan Zelenskyy tidak pantas untuk Hiroshima, kota pencinta damai,” kata Etsuko Nakatani, keluarga korban bom atom Hiroshima.
Sebagai tuan rumah KTT G7, warga Hiroshima berharap, penghapusan senjata nuklir menjadi prioritas. Pengalaman Hiroshima sebagai kota yang hancur oleh nuklir diharapkan mendorong penghapusan itu. ”Sayangnya, terus ada dukungan mempertahankan nuklir sebagai penggentar. Serangan Rusia ke Ukraina semakin memantapkan (dukungan) itu,” ujarnya.
Akhiri perang
Warga lain di kota itu, Tanaka Toshiko, menyatakan sulit memahami dan menerima permintaan tambahan senjata untuk Ukraina. Dengan bertemu di Hiroshima, menurut dia, para pemimpin G7 dan mitranya seharusnya fokus mencari cara mengakhiri perang lewat perundingan. Bagi para korban bom atom, penyelesaian perang secara diplomatik akan sangat berarti.
Harapan itu tidak lepas dari pengalaman para hibakusha atau korban bom dan jutaan orang lain di Jepang. Bom atom yang dijatuhkan AS ke Hirohisma dan Nagasaki memaksa Jepang menyerah pada Agustus 1945. Keputusan Tokyo menjadi salah satu faktor penting yang mengakhiri Perang Dunia II.
Sebagian hibakusha dan jutaan orang lain mengingat, perang itu tidak diselesaikan melalui meja perundingan. Nuklir memaksa perang itu berakhir.
AP/KYODO NEWS
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (empat dari kiri) bertemu pada pemimpin G7 di Hiroshima, Jepang, Minggu (21/5/2023). Pertemuan itu bagian dari lawatan panjang Zelenskyy selama beberapa pekan terakhir ke sejumlah negara.
Penyintas lain dari tragedi Hiroshima, Kunihiko Sakuma, menyatakan hal senada. Kepada NHK, ia menyebut bahwa upaya diplomasi seharusnya lebih diprioritaskan untuk menyelesaikan perang Ukraina.
Penyintas lain, Keiko Ogura, berharap kekerasan tidak semakin meningkat. Ia mewakili hibakusha atau korban bom atom menyampaikan harapan dan aspirasi mereka kepada para pemimpin G7 di sela KTT di Hiroshima. Seperti Sakuma dan Toshiko, ia mendesak perang Ukraina diselesaikan melalui perundingan.
Hiroshima merupakan kota pertama di Bumi yang dihancurkan dengan bom nuklir. Anggota parlemen dari daerah pemilihan Hiroshima dan kini menjadi Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishido, menjadikan pelucutan total senjata nuklir sebagai isu prioritas selama Jepang menjadi ketua G7.
Sayangnya, Kishida dianggap tidak serius mengupayakan itu. Sampai sekarang, ia meneruskan kebijakan Jepang menolak Traktat Pelarangan Total Senjata Nuklir (TPNW). Jepang juga setuju menerima payung nuklir Amerika Serikat.
Di Hiroshima, Zelenskyy juga membuat perbandingan situasi Ukraina saat ini dengan Hiroshima kala dihancurkan Amerika Serikat dengan bom atom pada Agustus 1945. Bagi salah satu peyintas tragedi Hiroshima, Shigeaki Mori, perbandingan itu menyesakkan. ”Dia datang dari negara yang sedang dilanda perang,” ujar Mori kepada Nikkei Asia.
Ia melihat siaran langsung Zelenskyy mengunjungi museum untuk mengenang tragedi Hiroshima. ”Setelah melihat pameran (di museum), mungkin dia (Zelenskyy) merasakan ancaman senjata nuklir lebih kuat. Saya di sana saat satu bom mengubah kota menjadi lautan api. Perang seharusnya tidak boleh terjadi,” katanya. (AP/REUTERS)