Erdogan Semakin Percaya Diri di Putaran Kedua Pilpres Turki
Petahana Recep Tayyip Erdogan makin percaya diri jelang pemungutan suara putaran kedua, 28 Mei 2023. Dukungan tambahan dari Sinan Ogan, peraih suara terbanyak ketiga pada pilpres putaran pertama, memberinya angin segar.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
ISTANBUL, SELASA — Calon presiden petahana, Recep Tayyip Erdogan, semakin percaya diri menatap pemilihan putaran kedua yang akan berlangsung pada Minggu (28/5/2023). Kepercayaan diri itu melonjak setelah Erdogan menerima dukungan penuh dari mantan calon presiden dari koalisi ATA (Leluhur), Sinan Ogan.
Dukungan ini diperoleh Erdogan setelah dirinya bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Ogan selama hampir satu jam di Istana Dolmabahce, Istanbul, Turki, Senin (22/5/2023). Ini adalah pertemuan kedua antara Ogan dan Erdogan setelah pertemuan pertama, Jumat pekan lalu.
”Saya menyatakan bahwa kami akan mendukung calon Aliansi Rakyat, Recep Tayyip Erdogan, pada putaran kedua pemilihan presiden,” kata Ogan. Dia menyerukan pendukungnya untuk mendukung Erdogan pada putaran kedua pemilihan, seperti yang kini dilakukannya.
Keputusan itu cukup mengejutkan. Sebelumnya, sejumlah analis menilai Ogan akan mengarahkan dukungannya ke rival Erdogan, Kemal Kilicdaroglu. Hal ini berangkat dari karakteristik pendukung Ogan yang dinilai didominasi generasi muda Turki yang menginginkan perubahan serta terkait isu ideologi politik antara Ogan dan Kilicdaroglu yang berangkat dari kelompok sekuler pengikut Mustafa Kemal Ataturk.
Ogan mengatakan, keputusannya untuk mendukung Erdogan sudah dipikirkan masak-masak dan dikonsultasikan ke sejumlah pihak. ”Kami telah mengambil keputusan ini karena kami percaya bahwa keputusan kami adalah keputusan yang tepat untuk negara dan bangsa kami,” kata Ogan.
Ogan menyebut hasil pemilihan anggota parlemen yang dimenangi oleh aliansi pimpinan Erdogan sebagai penguasa mayoritas sebagai alasannya untuk mendukung Erdogan.
”Penting bahwa presiden yang baru terpilih berada di bawah (kepemimpinan) yang sama dengan parlemen. Aliansi (Kilicdaroglu) di sisi lain tidak dapat menunjukkan keberhasilan yang cukup untuk melawan Aliansi Rakyat yang telah berkuasa selama 20 tahun dan tidak dapat membangun perspektif yang dapat meyakinkan kita tentang masa depan,” kata Ogan.
Tambahan dukungan dari Ogan memberi embusan angin segar bagi Erdogan dan koalisi partainya. Hal itu mendorong kepercayaan diri Erdogan semakin tinggi menatap pilpres putaran kedua pada hari Minggu mendatang.
Seusai bertemu dengan Ogan, Erdogan kembali mengulangi kritiknya terhadap media-media Barat yang dinilainya mencoba memengaruhi para calon pemilih sebelum pemungutan suara dilaksanakan. Sejumlah media Barat terkesan mendorong para calon pemilih untuk memilih calon pemimpin yang akan membawa perubahan, yang didengung-dengungkan rival Erdogan, yaitu Kilicdaroglu.
Namun, hasil pemungutan suara pekan lalu memperlihatkan Erdogan unggul hingga mendekati 50 persen dukungan pemilih dibandingkan Killicdaroglu yang mendapat dukungan 44,9 persen pemilih. Hasil ini menjungkirbalikkan prediksi sejumlah jajak pendapat yang memperkirakan keunggulan Kilicdaroglu daripada Erdogan, yang telah berkuasa hampir dua dekade.
”Kami telah memperlihatkan sebagian besar pencapaian demokrasi kami di Turki dengan melawan berita utama (media Barat),” kata Erdogan.
Erdogan meyakini bahwa rakyat Turki telah memperlihatkan iklim demokrasi yang sesungguhnya pada pemilihan 14 Mei lalu dan akan mengulanginya kembali pada pemilihan putaran kedua, 28 Mei 2023.
Pada saat yang sama, Erdogan juga mengatakan bahwa ketidaksukaan sejumlah pemimpin dan media Barat terhadap dirinya karena selama memimpin Turki dia membawa banyak perubahan di negara itu. Selain memiliki kemandirian secara ekonomi dan dalam politik luar negeri, berkembangnya industri pertahanan Turki yang berujung pada berkurangnya ketergantungan terhadap produk Barat, menurut Erdogan, adalah hal yang membuat semakin besarnya ketidaksukaan pada dirinya.
”Apakah mereka menyukai Turkiye yang semakin kuat dalam industri pertahanan? Tentu saja, mereka tidak menyukai kita. Mereka tidak akan menyukai kita karena kita tidak lagi membeli senjata atau amunisi dari mereka,” ujar Erdogan.
Dia menambahkan, ketika banyak yang terganggu dengan kesuksesannya dalam memimpin Turki, dirinya bisa memetakan dengan jelas siapa yang akan bertahan sebagai teman dan akhirnya menjadi musuh bagi negaranya.
Pecah kongsi
Merapatnya Ogan ke kubu Erdogan tidak terlepas dari hasil yang mengecewakan dalam putaran pertama pemilihan. Hanya mendapat dukungan dari 5,17 persen pemilih pada putaran pertama membuat koalisi ATA (Leluhur) goyah.
Koalisi Leluhur yang terdiri dari lima partai, yaitu Zafer Parti, Adalet Parti, Dogru Parti, Turkiye İIttifakıi Partisi, dan Ulkem Partisi, bubar tak lama setelah hasil pemungutan suara putaran pertama keluar. Bubarnya koalisi ini disampaikan Vecdet Oz, Ketua Adalet Parti (Partai Keadilan), dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi.
”Aliansi ATA telah resmi berakhir. Setiap pihak akan membuat keputusannya sendiri,” kata Oz, dikutip dari media Turki, Hurriyet Daily. Oz mengatakan, dirinya akan mengarahkan dukungannya ke Kilicdaroglu.
Menurut Oz, dirinya dan pimpinan partai lain yang tergabung dalam koalisi akan menghormati keputusan setiap partai dalam mengarahkan dukungan pada dua calon yang bertarung, termasuk Prof Umit Ozdag (Ketua Partai Kemenangan atau Zafer Parti) dan Sinan Ogan. Ozdag dikabarkan akan mengumumkan keputusannya hari ini waktu setempat.
Saat berbicara dengan media pekan lalu, Ogan menetapkan syarat bagi siapa pun yang ingin mendapatkan dukungannya, termasuk mengambil sikap yang keras terhadap Partai Pekerja Kurdistan atau PKK. Ankara—begitu juga Amerika Serikat dan Uni Eropa—menetapkan PKK sebagai organisasi teroris. Selain itu, Ogan juga menghendaki pemimpin Turki ke depan menetapkan tenggat untuk memulangkan jutaan pengungsi yang ada di negara itu, termasuk 3,7 juta pengungsi asal Suriah.
Erdogan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CNN menyatakan bahwa dirinya tidak akan tunduk pada tuntutan tersebut. ”Saya bukan orang yang suka bernegosiasi dengan cara seperti itu. Rakyatlah yang akan menjadi penentu,” katanya. (AP/REUTERS)