Asia Tengah merupakan mata rantai penting bagi Prakarsa Sabuk dan Jalan. Xi menekankan, dunia membutuhkan Asia Tengah yang stabil sebagai pusat dari Benua Eurasia.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA, dari Shaanxi, China
·3 menit baca
SHAANXI, KOMPAS — Perkembangan geopolitik mendorong China terus merapatkan diri dengan negara tetangga terdekat. Selain pendalaman kerja sama ekonomi yang telah berlangsung lama, isu keamanan tak ketinggalan menjadi perhatian utama. China dan Asia Tengah kian mesra.
China menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Asia Tengah yang berlangsung di Xi’an, Provinsi Shaanxi. Pemimpin lima negara Asia Tengah menghadiri konferensi tersebut, yaitu Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
”Hubungan China dengan negara-negara Asia Tengah akan terus maju seperti kapal yang menahan angin dan gelombang, menawarkan vitalitas baru untuk pembangunan dan revitalisasi enam negara, dan menyuntikkan energi positif untuk perdamaian serta stabilitas kawasan,” kata Presiden Xi Jinping dalam konferensi pers bersama, Jumat (19/5/2023).
Kerja sama ekonomi merupakan salah satu pokok utama pembahasan dalam pertemuan tersebut. Keenam negara akan merayakan 10 tahun kerja sama Prakarsa Sabuk dan Jalan sebagai momen untuk memperdalam kolaborasi.
Mereka sepakat antara lain untuk membangun sinergi lebih baik terkait strategi pengembangan, mendorong liberalisasi dan fasilitasi perdagangan, serta memperluas kerja sama industri dan investasi. Kedua belah pihak juga akan mengembangkan koridor transportasi demi mendukung kemitraan pengembangan energi, teknologi tinggi, dan keamanan pangan.
”Bersama-sama, kita akan menumbuhkan paradigma kerja sama baru yang saling melengkapi dan saling menguntungkan tingkat tinggi,” ujar Xi.
Asia Tengah merupakan mata rantai penting bagi Prakarsa Sabuk dan Jalan yang merupakan proyek andalan Xi. Pada saat yang bersamaan, China juga merupakan mitra dagang terbesar bagi negara Asia Tengah selama bertahun-tahun. Perdagangan China dengan Asia Tengah mencapai 70 miliar dollar AS pada 2022.
Selain kerja sama ekonomi, Xi menyoroti pentingnya bagi semuanya untuk memperdalam pertukaran antarwarga negara lewat kerja sama bidang olahraga, pariwisata, perawatan medis, dan arkeologi. China akan melanjutkan penawaran beasiswa dan memastikan pusat kebudayaan di negara masing-masing.
Zhao Huirong, peneliti untuk Studi Rusia, Eropa Timur, dan Asia Tengah di Chinese Academy of Social Sciences’ Institute, mengamati ada rasa antusiasme yang kuat di antara China dan negara-negara Asia Tengah untuk bekerja sama. Namun, masih ada masalah yang harus diselesaikan dan ada potensi yang belum terungkap.
”Penting bagi kedua belah pihak untuk lebih jauh mempromosikan perdagangan dan fasilitasi investasi, memastikan keamanan investasi, dan lebih jauh menyempurnakan struktur perdagangan dan investasi,” ujar Zhao, dikutip dari China Daily.
Sehari sebelumnya, Xi saat memberi jamuan penyambutan kepala negara menekankan pentingnya bagi keenam negara untuk melawan terorisme, separatisme, dan ekstremisme. China dan negara Asia Tengah akan meningkatkan kerja sama di bidang keamanan hayati, keamanan siber, dan membantu Afghanistan menjaga perdamaian.
”Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa komunitas kita menonjolkan nonkonflik dan perdamaian abadi,” ujarnya.
Xi menekankan, dunia membutuhkan Asia Tengah yang stabil sebagai pusat dari Benua Eurasia. Karena itu, kedaulatan, keamanan, kemerdekaan, dan keutuhan wilayah negara-negara Asia Tengah juga harus ditegakkan.
China berkomitmen ikut menjaga perdamaian di kawasan tersebut. ”China siap membantu negara-negara Asia Tengah memperkuat pembangunan kapasitas dalam penegakan hukum, keamanan dan pertahanan, mendukung upaya menjaga keamanan regional dan memerangi terorisme, serta bekerja sama untuk mempromosikan keamanan dunia maya,” ujar Xi.
China memainkan peran yang lebih banyak di Asia Tengah seiring dengan perang Rusia-Ukraina yang belum kunjung usai. Pengaruh Rusia di kawasan itu melemah. ”Negara-negara Asia Tengah jadi lebih menekankan kerja sama ekonomi dan dukungan politik dari China,” kata Lu Gang, Direktur Center for Central Asian Studies di East China Normal University.
Adapun KTT China-Asia Tengah berlangsung bersamaan dengan KTT G7 di Jepang. Dalam pertemuan itu, negara anggota G7 juga membahas pengaruh China di ranah global. (AFP)