Pemimpin ASEAN Kecam Insiden Baku Tembak di Myanmar
Tatmadaw dan milisi oposisi Myanmar masih saling menyalahkan atas baku tembak kala tim AHA Centre bertugas di Negara Bagian Shan.
Oleh
KRIS MADA, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
MANGGARAI BARAT, KOMPAS — Para pemimpin ASEAN mengecam sekaligus menyampaikan keprihatinan atas insiden yang menimpa tim penyalur bantuan kemanusiaan di Myanmar. Mereka kembali meminta baku tembak dan segala bentuk kekerasan di Myanmar segera dihentikan.
”Kami amat prihatin atas kekerasan yang sedang berlangsung di Myanmar dan mendesak penghentian segera atas segela bentuk kekerasan dan penggunaan kekuatan demi menghadirkan keadaan kondisif bagi pengiriman bantuan kemanusiaan secara aman dan tepat waktu serta demi dialog nasional yang inklusif,” kata para pemimpin ASEAN dalam pernyataannya.
Pernyataan bersama ini dikeluarkan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (10/5/2023). Hal ini sebagai respons atas insiden baku tembak di antara pihak bertikai di Myanmar yang menghambat dan membahayakan tim penyalur bantuan kemanusiaan dari ASEAN kepada rakyat di negara yang sedang dilanda konflik bersenjata itu.
Tim dari Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan dan Pengelolaan Bencana ASEAN atau ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) dan sejumlah diplomat ASEAN sedang dalam perjalanan mengirim bantuan dari Taunggyi di Negara Bagian Shah, Myanmar, Minggu (7/5/2023). Mereka hendak mengantarkan bantuan kemanusiaan ke Hsihseng selatan Taunggyi.
Perjalanan terhenti karena rute yang mereka lalui menjadi lokasi baku tembak. Sampai sekarang, militer Myanmar atau Tatmadaw dan milisi oposisi masih saling menyalahkan atas insiden tersebut. ”Kami mengecam serangan itu dan menekankan bahwa pelaku harus dimintai pertanggungjawaban,” kata para pemimpin ASEAN.
Mereka mendukung pernyataan Ketua ASEAN Presiden Joko Widodo, Senin (8/5/2023), terkait insiden yang dialami tim (AHA Centre). Presiden dalam keterangan persnya waktu itu menyerukan penghentian kekerasan sekaligus penerapan lima poin konsensus ASEAN untuk penyelesaian persoalan Myanmar.
”Karena rakyat yang akan menjadi korban. Karena kondisi ini tidak akan membuat siapa pun menang. Saya mengajak, marilah duduk bersama, ciptakan ruang dialog untuk mencari solusi bersama,” kata Presiden.
Kementerian Luar Negeri Singapura dalam pernyataannya menyebut, dua diplomat Singapura termasuk dalam konvoi pengirim bantuan itu. Meski terjebak baku tembak, seluruh anggota rombongan dilaporkan selamat.
Tim disebut dalam perjalanan menuju lokasi Pa-O National Liberation Army (PNLA), salah satu kelompok milisi bentukan suku di Myanmar. PNLA bersaing dengan Pa-O National Organization (PNO) yang terafiliasi dengan junta Myanmar.
Selama puluhan tahun, di Myanmar ada banyak kelompok milisi bersenjata. Sebagian melawan junta dan sebagian lagi bekerja sama dengan junta. PNO dan PNLA saling menyalahkan dalam baku tembak yang melanda tim AHA Centre.
Sebagai Ketua ASEAN 2023, Indonesia antara lain memfasilitasi AHA Centre guna menilai kebutuhan warga di Myanmar. Proses penilaian itu lama tertunda karena akses bagi tim AHA Centre tidak kunjung diberikan junta Myanmar.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengungkap, Indonesia memilih diplomasi diam-diam untuk mendekati berbagai pihak di Myanmar. Hasilnya, Indonesia dalam kapasitas sebagai Ketua ASEAN bisa berkomunikasi hingga 60 kali dengan berbagai pihak terkait di Myanmar.
”Pada tahap awal keketuaannya, Indonesia memutuskan untuk mengambil pendekatan diplomasi nonmegaphone. Tujuannya untuk memberikan ruang bagi semua pihak untuk membangun kepercayaan. Diplomasi diam-diam bukan berarti Indonesia tidak berbuat apa-apa,” ujarnya.
Pembicaraan dengan berbagai pihak itu diharapkan menjadi modal penting untuk membantu Myanmar menyelesaikan krisisnya. Selain dengan junta, Indonesia juga berbicara dengan kelompok oposisi dan kelompok milisi bersenjata. Semua upaya Indonesia di Myanmar disampaikan kepada para mitranya di ASEAN.
Dalam berbagai komunikasi lintas pemangku kepentingan itu, Indonesia terus meminta penghentian kekerasan. Indonesia khawatir karena kekerasan di Myanmar terus meningkat. Pasukan junta, oposisi, dan kelompok bersenjata suku-suku Myanmar terus baku tembak atau menyerang dengan berbagai cara.
Di sisi lain, junta juga menggencarkan serangan ke berbagai kubu pertahanan kelompok-kelompok milisi. Junta memakai roket dan panser dalam berbagai serangan ke lokasi pasukan yang mayoritas mengandalkan senapan dan pelontar roket itu.
Indonesia menegaskan rangkaian komunikasi itu sebagai pelaksanaan mandat lima poin Konsensus ASEAN soal Myanmar. Disepakati pada April 2021 di Jakarta, konsensus itu berisi permintaan penghentian kekerasan di Myanmar.
Dialog dengan semua pihak untuk mencari solusi damai harus dilakukan. Dialog itu akan difasilitasi Utusan Khusus Ketua ASEAN dan Sekretariat Jenderal ASEAN. Utusan khusus juga perlu ke Myanmar dan bertemu semua pihak terkait. Selain itu, melalui AHA Centre, ASEAN menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk warga Myanmar.
Retno menambahkan, dialog inklusif tetap menjadi fokus utama pendampingan ASEAN terhadap Myanmar. Karena itu, komunikasi dengan semua pihak di Myanmar diintensifkan.
Salah satu hasilnya adalah akses AHA Centre untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan semakin luas.
”Dengan fasilitasi Indonesia tersebut, AHA Centre telah berhasil melakukan konsultasi dengan beberapa pemangku kepentingan yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Dengan demikian, terdapat pergerakan mengenai akses yang diberikan kepada AHA Centre,” tuturnya.
Retno mengakui, komunikasi perlu diperluas dan diintensifkan. Tujuannya meluaskan area jangkauan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Myanmar.