Hubungan Ottawa-Beijing semakin memanas karena tuduhan spionase tidak kunjung reda.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
AFP/GREG BAKER
Polisi China tengah berjaga di depan Kedutaan Besar Kanada di Beijing, China pada Selasa (9/5/2023).
OTTAWA, SELASA – Kanada dan China saling mengusir diplomat. Tindakan itu meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Kanada juga tengah menyelidiki kemungkinan bahwa China terlibat dalam upaya untuk menyetir hasil pemilihan umum federal di negara tersebut pada tahun 2019 dan 2021.
Pengumuman pengusiran diplomat China oleh Ottawa ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri kanada Melanie Joly pada hari Senin (8/5/2023) waktu setempat atau Selasa (9/5/2023) dini hari waktu Indonesia. “Kanada menyatakan bahwa diplomat China yang bernama Zhao Wei kini berstatus sebagai persona non grata,” katanya.
Persona non grata dalam konteks politik berarti orang tersebut tidak diinginkan dan diizinkan berada di suatu negara. Joly melanjutkan, Kanada tidak akan membiarkan faktor-faktor eksternal turut campur di dalam urusan internal mereka. Setiap diplomat dari negara-negara sahabat yang berdinas di Kanada memahami aturan tersebut. Bagi mereka yang melanggar akan diusir. Zhao memiliki waktu lima hari untuk angkat kaki.
JAPAN POOL/KYODO NEWS VIA AP
Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly saat menggelar pertemuan bilateral di sela-sela pertemuan menlu G7 di Karuizawa, Jepang pada Selasa (18/4/2023).
Pengusiran Zhao itu diputuskan oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau setelah pembahasan dengan DPR. Awalnya, pemerintah menghindari pengusiran karena tidak mau menambah renggang hubungan Ottawa-Beijing sejak kasus aparat penegak hukum Kanada menahan Direktur Keuangan Huawei Meng Wanzhou pada tahun 2018 atas permintaan Amerika Serikat. Meng diketahui membantu Iran memperoleh teknologi AS, padahal Iran dikenakan sanksi ekonomi oleh AS.
Zhao dituduh terlibat dalam berbagai upaya mengancam dan mendiskreditkan anggota DPR Kanada Michael Chong yang dikenal kritis terhadap Beijing. Chong termasuk legislator Kanada yang meminta agar China membuka segala akses ke Xinjiang dan menggugat Beijing atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok etnis Uighur. Chong merupakan warga Kanada berdarah China dan memiliki kerabat di Hong Kong. Sanak keluarga ini turut menjadi sasaran intimidasi yang dikabarkan diotaki oleh Beijing.
Fakta ini terkuak setelah surat kabar Kanada, The Globe and Mail edisi 1 Mei 2023, menerbitkan artikel khusus bocoran laporan Badan Keamanan dan Intelijen Kanada (CSIS) yang dibocorkan ke mereka dari sumber anonim. Laporan itu mengatakan bahwa China merupakan sumber utama berbagai gangguan keamanan di Kanada yang bersumber dari luar negeri.
Salah satunya berupa upaya menyetir hasil pemilihan umum federal tahun 2019 dan 2021 dengan cara menyogok sejumlah politikus. Trudeau memerintahkan penyelidikan atas hal itu yang masih berlangsung.
“Saya dijatuhi sanksi oleh China pada tahun 2021 karena menandatangani mosi mengecam genosida etnis Uighur di Xinjiang. Sejak itu, saya berhati-hati tidak pernah mengontak kerabat di Hong Kong karena tidak mau mereka terkena dampaknya. Ternyata, mereka juga diincar,” kata Chong kepada media CBC.
FRANSISCA ROMANA NINIK WERDININGSIH
Pengunjuk rasa di Vancouver, Kanada, memegang foto Michael Spavor dan Michael Kovrig pada tanggal 6 Maret 2019. Kedua warga Kanada ini ditahan oleh Pemerintah China atas alasan keamanan. Kanada menuduh China menyandera kedua orang ini sebagai balasan karena Kanada menahan Direktur Keuangan Huawei Meng Wanzhou. Penahanan Meng atas permintaan Amerika Serikat karena Meng menyelundupkan teknologi AS ke Iran yang disanksi oleh Washington.
Kedutaan Besar China di Ottawa mengeluarkan pernyataan resmi yang mengatakan memprotes keputusan Kanada tersebut. Menurut mereka, ini adalah tindakan yang diambil murni berlandaskan sentimen anti-China. Kementerian Luar Negeri China juga mengeluarkan pernyataan tersendiri.
“Keputusan Kanada adalah pelanggaran serius atas aturan internasional, perjanjian bilateral Kanada-China, dan menyabotase hubungan kedua negara,” demikian kutipannya.
Sebagai balasan, Beijing mengusir diplomat Kanada Jennifer Lynn Lalonde yang selama ini berdinas di Konsulat Jenderal Kanada di Shanghai. Ia diberi waktu hingga tanggal 13 Mei untuk meninggalkan China.
Pengusiran diplomat merupakan kejadian langka. Di China, pemerintah pernah mengusir beberapa wartawan media asing. Ini sebagai tindakan balasan dari pemberian akses sangat terbatas kepada wartawan-wartawan China yang bertugas di luar negeri. Semua wartawan China bekerja untuk media yang dikendalikan oleh Beijing.
Pada tahun 2020, China menutup Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Chengdu, Provinsi Sichuan. Itu adalah tindakan balasan karena AS menutup Konsulat Jenderal China di Houston, Texas atas tuduhan melakukan mata-mata terhadap berbagai korporasi dan badan usaha di AS. (AP)