Liga Arab memutuskan mencabut penangguhan keanggotaan Suriah di organisasi itu. Perdamaian di Suriah dinilai penting bagi stabilitas kawasan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
KAIRO, SENIN — Suriah, negara yang tercabik-cabik karena konflik, tak lagi menjadi pariah di dunia Arab. Setelah lebih dari satu dekade status keanggotaan Suriah digantung, Liga Arab memutuskan untuk mencabutnya pada Minggu (7/5/2023). Negara-negara Arab juga mencoba membantu rezim Presiden Bashar al-Assad untuk menyusun peta jalan perdamaian di negara itu.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit seusai pertemuan para menteri luar negeri anggota Liga Arab mengatakan, keputusan untuk mengembalikan Suriah ke organisasi tersebut merupakan bagian dari proses penyelesaian konflik secara bertahap. Keputusan itu memungkinkan Assad untuk ambil bagian dalam pertemuan puncak Liga Arab pada 19 Mei 2023.
”Ini bukan berarti krisis Suriah sudah selesai. Namun, itu memungkinkan (negara-negara) Arab untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun berkomunikasi dengan Pemerintah Suriah untuk membahas semua masalah,” kata Gheit dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
Dia juga mengatakan, keputusan untuk memulihkan keanggotaan Suriah di Liga Arab tidak berarti semua negara Arab menormalisasi hubungan bilateralnya dengan Suriah. Normalisasi adalah keputusan internal setiap negara anggota. ”Itu adalah keputusan berdaulat untuk setiap negara anggota secara individual,” katanya.
Keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan sejak tahun 2011 ketika rezim Assad menanggapi aksi kelompok-kelompok yang menentang pemerintahannya dengan kekerasan, yang akhirnya berujung pada perang saudara. Konflik tersebut telah menewaskan hampir setengah juta orang sejak Maret 2011 dan menelantarkan setengah dari populasi sebelum perang yang berjumlah 23 juta jiwa.
Pemulihan keanggotaan Suriah disepakati hanya beberapa hari setelah sejumlah pejabat tinggi negara-negara di kawasan bertemu di Jordania untuk membahas peta jalan perdamaian di Suriah. Dalam pertemuan sebelumnya, sejumlah negara Arab, yaitu Lebanon, Jordania, Irak, Mesir, dan Arab Saudi, diminta Liga Arab untuk menindaklanjuti perkembangan penyusunan peta jalan damai itu. Peta jalan damai ini sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2254.
Dalam pernyataannya, Liga Arab juga menyambut baik kesediaan Damaskus untuk bekerja sama dengan negara-negara Arab menyelesaikan krisis kemanusiaan, keamanan, dan politik. Krisis Suriah tidak hanya terlokalisasi di teritorialnya, tetapi berpengaruh pada kawasan dan global, terutama karena masalah pengungsi hingga ancaman terorisme dan penyelundupan narkotika.
Menlu Mesir Samer Shoukry mengatakan, proses yang tengah dijalankan oleh Liga Arab merupakan bagian dari upaya organisasi ini mencari solusi politik di negara anggota dan kawasan tanpa campur tangan asing. ”Solusi militer bukan cara untuk menyelesaikan krisis di Suriah. Tidak ada pemenang atau pihak yang kalah dalam konflik ini,” kata Shoukry.
Pencabutan penangguhan keanggotaan Suriah di Liga Arab memberi peluang bagi Assad untuk hadir dalam KTT Liga Arab pada 19 Mei di Arab Saudi. Delegasi Suriah juga diperkenankan untuk mengikuti semua pertemuan jelang KTT.
Dalam panggilan telepon pada Minggu dengan Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan, Assad menyatakan ”apresiasi Suriah atas peran UEA dalam menyatukan kembali dan meningkatkan hubungan Arab”.
Kabar pencabutan penangguhan keanggotaan negaranya disambut gembira oleh Perdana Menteri Suriah Hussein Arnous. Dia mengklaim bahwa selama lebih dari satu dekade negaranya telah menjadi korban kampanye informasi yang salah dan distorsi informasi yang dilakukan musuh-musuh politiknya. Sebaliknya, penentang Assad melihat pemulihan itu sebagai pengkhianatan terhadap warga Suriah yang telah menjadi korban negara.
Koalisi Nasional Suriah, aliansi oposisi utama, menyatakan, keputusan Liga Arab membuat negara-negara di kawasan meninggalkan dan mengabaikan keinginan rakyat Suriah, membuat mereka tanpa dukungan resmi Arab. ”Tidak dapat diterima untuk mengizinkan (Assad) menghindari hukuman atas kejahatan perang yang dia lakukan terhadap warga Suriah,” kata koalisi yang berbasis di Turki.
Direktur Eksekutif Syria Campaign Laila Kiki menyebut, keputusan untuk menerima kembali Suriah dalam Liga Arab merupakan bentuk pengkhianatan yang keji terhadap jutaaan orang yang telah menjadi korban kejahatan perang rezim Assad. Ia menilai penerimaan itu sebagai bentuk persetujuan negara-negara di kawasan terhadap kekejaman yang masih dan akan terus berlangsung.
”Negara-negara Arab telah menempatkan politik sinis dan agenda diplomatik mereka sendiri di atas dasar kemanusiaan,” katanya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Washington memiliki tujuan yang sama dengan negara-negara mitranya di Arab untuk mencari solusi atas persoalan Suriah, termasuk mendorong situasi yang aman dan stabil di negara itu serta di kawasan. Namun, Washington, sebut juru bicara itu, tetap skeptis terhadap kesediaan Assad untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menyelesaikan krisis Suriah.
”Kami tidak percaya Suriah pantas masuk kembali ke Liga Arab saat ini,” kata juru bicara itu. Dia menambahkan bahwa sanksi AS akan tetap berlaku penuh.
Sementara Rusia, sekutu Assad, memuji keputusan Liga Arab. ”Moskwa menyambut baik langkah yang telah lama ditunggu ini, hasil logis dari proses yang telah mendapatkan momentum, untuk mengembalikan Suriah ke pangkuan keluarganya, negara-negara Arab,” kata Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam pernyataan.
Qatar adalah salah satu negara yang menyatakan tidak akan menormalisasi hubungannya dengan Suriah. Namun, Pemerintah Qatar tidak akan menghalangi upaya Liga Arab untuk mencari solusi damai di Suriah.
Peta jalan
Keputusan para menlu menyebut bahwa lima negara dan Sekjen Liga Arab akan membentuk sebuah komite kecil yang akan berdialog dengan Damaskus dalam proses pembuatan peta jalan damai. Sejumlah langkah praktis akan dilakukan, termasuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke wilayah terdampak gempa di Suriah.
Masuknya kembali Suriah ke Liga Arab tidak terlepas dari masalah yang dihadapi oleh Jordania, terutama karena negara ini menjadi salah satu negara tujuan pengungsi dan juga masalah peredaran narkotika. Jordania diketahui menjadi negara tujuan dan rute transit utama captagon, amfetamin yang diproduksi di Suriah. Nilai perdagangan obat bius ini mencapai miliaran dollar AS.
Menurut militer Jordania, dikutip dari laman Al Monitor, tentara menewaskan setidaknya 30 penyelundup dan menggagalkan upaya penyelundupan sekitar 16 juta pil captagon dari Suriah ke Jordania dalam dua bulan pertama tahun 2022.
Sementara itu, Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan, lebih dari 660.000 pengungsi Suriah terdaftar saat ini berada di Jordania. Angkanya jauh berbeda dengan catatan Pemerintah Jordania yang menyebut jumlahnya mencapai 1,3 juta jiwa, baik pengungsi terdaftar maupun tidak terdaftar. Kerajaan telah berulang kali menyerukan agar para pengungsi kembali ke Suriah, mengklaim kehadiran mereka telah membebani sumber daya ekonomi lokal.
”Kami ingin krisis ini berakhir. Memulihkan keamanan dan stabilitas Suriah sangat penting untuk keamanan regional,” kata seorang pejabat Pemerintah Jordania.
Seorang pejabat Jordania mengatakan, Suriah perlu menunjukkan keseriusan dalam mencapai solusi politik karena ini akan menjadi prasyarat untuk melobi pencabutan sanksi Barat, langkah penting untuk mendanai rekonstruksi di Suriah. (AP/AFP/REUTERS)