Sebagian orang yang terpaksa dievakuasi karena insiden Chernobyl masih hidup. Perang Ukraina memaksa mereka kembali mengungsi.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AFP/GENYA SAVILOV
Seorang pengunjung melihat mesin berkarat yang digunakan saat pemulihan wilayah setelah kecelakaan di pembangkit listrik Chernobyl, di kota hantu Pripyat, Ukraina, Sabtu (24/4/2021). Peringatan bencana nuklir terburuk di dunia ini diperingati setiap 26 April.
Hanya ada ratusan anjing menjadi penghuni Prypiat selama 37 tahun terakhir. Hewan-hewan itu bertahan di kota yang ditinggalkan setelah reaktor nomor 4 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl meledak pada 26 April 1986 dini hari.
Prypiat adalah salah satu kota di sisi utara Provinsi Kyiv, Ukraina. Sejak insiden PLTN Chernobyl, kota itu ditinggalkan. Rumah susun, sekolah, taman hiburan, pusat perbelanjaan menjadi bangunan kosong selama 37 tahun sejak bencana nuklir itu terjadi. Seluruh 50.000 penduduk Prypiat kala insiden itu terjadi dievakuasi dan tidak pernah kembali menetap di sana sampai sekarang. Hingga 200.000 orang dari berbagai kota lain di sekitar PLTN Chernobyl juga dievakuasi secara bertahap.
”Yang terjadi pada 1986 terutama karena budaya keselamatan yang lemah di PLTN Chernobyl. Bukan karena mereka (para pekerja PLTN) melanggar aturan. Mereka tidak diberi aturan untuk diikuti,” kata Direktur Komunikasi World Nuclear Association (WNA) Jonathan Cobb kepada Euronews, Selasa (25/4/2023).
Sebagian orang yang terpaksa dievakuasi karena insiden Chernobyl masih hidup sampai sekarang. Perang Ukraina memaksa mereka kembali mengungsi. Bukan hanya harus kembali meninggalkan rumah, mereka juga harus mengulangi lagi trauma dan ketakutan pada bencana nuklir buatan manusia.
Lebih buruk
Kali ini, penyebab ketakutannya adalah PLTN Zaporizhia. Sejak perang Ukraina meletus, PLTN itu menjadi salah satu lokasi baku tembak pasukan Ukraina dan Rusia. ”Situasi sekarang lebih buruk karena ada serangan disengaja dan amat sulit melindungi reaktor jika peluru atau rudal salah sasaran,” kata mantan Deputi Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Olli Heinonen.
Setiap hari, Kyiv dan Moskwa sama-sama saling melaporkan tembakan lawan ke arah PLTN itu. Dalam beberapa kunjungan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi ke PLTN Zaporizhia, terlihat bekas lubang peluru dan bom dalam kompleks PLTN. Di dalam dan sekitar kompleks juga tersebar sejumlah kubu pertahanan pasukan Rusia. Moskwa menjadikan PLTN itu sebagai salah satu basis pertahanan mereka di Zaporizhia.
Tim IAEA terakhir kali bertandang ke PLTN Zaporizhia pada akhir Maret 2023. ”Kalau membaca laporan hasil kunjungan itu, jelas keadaannya semakin memburuk,” kata Heinonen.
Cobb mencoba tetap optimistis atas keadaan PLTN itu. Sejauh ini, belum ada tembakan yang sengaja diarahkan ke reaktor. Meski demikian, ia membenarkan bom dan peledak menghancurkan sebagian lokasi di sekitar dan di dalam kompleks PLTN. ”Bukan ke reaktor,” ujarnya.
Konstruksi PLTN dianggapnya mengurangi risiko. ”Reaktor amat kokoh, beton bertulang 1 meter. Bangunan yang kokoh selama tidak ada serangan yang sengaja diarahkan ke kubah reaktor,” katanya.
Perusahaan Rusia, Rosatom, ditugasi menjadi pengelola PLTN itu. Rosatom tidak mendatangkan orang dari Rusia. Rosatom mempertahankan sebagian pekerja Ukraina untuk terus memelihara PLTN itu. Berdasar laporan IAEA, hanya ada 25 persen pegawai perawatan PLTN yang tetap bekerja. ”Jelas sangat tidak cukup karena PLTN punya sistem perawatan rutin, pemeriksaan rutin, dan pemeriksaan keselamatan oleh pihak berwenang. Semua itu tidak terjadi. Ditambah ada kekurangan suku cadang,” tutur Heinonen.
Dengan kondisi sekarang, pengelolaan PLTN Zaporizhia menuju arah yang salah. Dampaknya tidak terduga. ”Paling jelas, potensi pelepasan radioaktif karena perawatan berkala tidak dilakukan dan sejumlah suku cadang tidak diganti secara rutin,” katanya.
Berbeda dari Cobb, Heinonen lebih pesimistis. Ia memandang hal yang sedang terjadi di Zaporizhia menunjukkan ada yang tidak belajar dari tragedi Chernobyl. (AFP)