Korut Siap Luncurkan Satelit Mata-mata Militer Pertama
Meski kemampuannya diragukan, pengumuman Korut soal satelit mata-mata itu tetap harus dianggap serius. Hal ini terkait dengan serangan ”preemptive” jika Korut merasa perlu melakukannya.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
PYONGYANG, RABU — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan negaranya telah selesai membangun satelit mata-mata militer pertama. Ia memberi lampu hijau untuk peluncuran satelit yang menjadi bagian penting dari program pengembangan rudal berkekuatan nuklir.
Kantor berita resmi Korut, KCNA, Rabu (19/4/2023), menyebutkan, Kim memberikan instruksi pada Selasa untuk memastikan satelit mata-mata militer nomor satu yang selesai pada April ini akan diluncurkan sesuai tanggal yang direncanakan. Saat mengunjungi Lembaga Pengembangan Antariksa Nasional Korea Utara, Kim juga meminta staf mengembangkan kapabilitas satelit pengumpul informasi intelijen itu dengan lebih lanjut menempatkan beberapa satelit lainnya di orbit berbeda.
KCNA menayangkan foto-foto saat Kim berkeliling lembaga tersebut bersama putrinya. Beberapa benda yang dilihatnya, seperti diagram dan pajangan dinding, dalam foto itu sengaja dikaburkan.
Pengembangan satelit mata-mata militer merupakan salah satu proyek pertahanan kunci yang diungkapkan Kim saat Konferensi Partai Pekerja pada Januari 2021. Ia juga berjanji membangun sistem persenjataan lain, seperti rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, kapal selam bertenaga nuklir, rudal hipersonik, dan rudal multihulu ledak. Sejak itu Korut terus melakukan uji coba meski tidak jelas operasionalnya.
Menurut Kim, pencapaian teknologi mata-mata ini merupakan ”tugas utama yang harus diwujudkan” untuk menghadapi ancaman dan agresi dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Pada Desember 2022, Korut menyatakan telah melaksanakan uji tahap final yang penting dalam pengembangan satelit mata-mata tersebut.
Setelah menguji coba satelit pada Desember 2022, Korut memublikasikan foto hitam-putih yang menunjukkan pemandangan udara kota-kota di Korsel. Beberapa pakar di Korsel waktu itu mengatakan, foto-foto itu terlalu mentah untuk tujuan pemantauan dan kemungkinan hanya bisa mengenali target-target besar, seperti kapal perang di laut dan instalasi militer di darat.
Kim Yo Jong, saudari Kim Jong Un, mengatakan, uji satelit menggunakan kamera komersial karena tidak ada alasan untuk menggunakan kamera resolusi tinggi yang mahal hanya untuk uji satu foto. Kim menyebut, salah satu tujuan satelit mata-mata itu adalah memiliki kemampuan menggunakan serangan lebih dulu (preemptive) saat situasi menuntut.
”Tampaknya Korut saat ini akan meluncurkan satelit ’simbolis’, lalu memutakhirkannya secara bertahap. Jika China dan Rusia tidak menyediakan dukungan teknologi tinggi, akan sulit bagi Korut mengembangkan (satelit) dengan teknologinya sendiri,” kata An Chan-il, peneliti yang menjalankan World Institute for North Korea Studies.
Meski demikian, pengumuman terbaru dari Korut ini tetap harus dianggap serius. ”Lantaran satelit mata-mata Korut merupakan faktor penting dalam serangan lebih dulu, tetap ada ancaman signifikan bagi Korsel,” kata Yang Moo-jin, Presiden University of North Korean Studies di Seoul.
Laporan KCNA pada Selasa fokus pada aset militer AS, seperti kapal induk dan pengebom jarak jauh yang telah ditempatkan di Korsel dalam beberapa bulan terakhir. Namun, tidak disebutkan kemungkinan target di wilayah AS. Ini mengisyaratkan Korut bermaksud menggunakan satelit mata-mata itu untuk mengidentifikasi target-target kunci di Korsel, termasuk pangkalan militer AS, agar bisa diserang dengan rudal jarak pendek.
Kim Dong-yub, profesor pada University of North Korean Studies di Seoul, mengatakan, Korut kemungkinan akan menginformasikan kepada otoritas maritim dan telekomunikasi internasional untuk peluncuran satelit mata-mata itu antara Mei dan September. Penempatan satelit mata-mata di orbit memerlukan roket jarak jauh. Perserikatan Bangsa-Bangsa melarang peluncuran semacam itu oleh Korut karena dianggap sebagai kedok untuk menguji teknologi rudal balistik jarak jauh.
Korut telah menempatkan satelit observasi Bumi di orbit, yang pertama pada 2021 dan yang kedua pada 2016. Namun, para pakar menyatakan tidak ada citra yang ditransmisikan kembali ke Korut. (AP/AFP/REUTERS)