Rudal balistik yang diluncurkan Pyongyang kemarin adalah rudal jenis baru, menggunakan bahan bakar padat. Ada keuntungan dalam penggunaan bahan bakar padat, termasuk kecepatan dalam peluncuran di saat konflik.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
PYONGYANG, JUMAT — Korea Utara mengklaim telah meluncurkan rudal balistik antarnegara dengan teknologi terbaru yang dikembangkannya. Pyongyang menyebut bahwa rudal itu menggunakan sistem bahan bakar padat dan memiliki daya rusak lebih besar dibandingkan rudal-rudal lain yang telah diluncurkannya.
Klaim dan informasi tersebut dikeluarkan oleh kantor berita Korea Utara, KCNA, Jumat (14/4/2023). KCNA menyebut peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-19 pada Kamis diawasi langsung oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Peluncuran itu sebagai tanggapan terhadap latihan militer bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang dianggap sebagai latihan untuk menginvasi wilayah Korut. Di saat yang sama, peluncuran itu digunakan sebagai sarana bagi Pyongyang untuk mengembangkan kemampuan persenjataannya.
”Kim Jong Un menyatakan, mempercepat pengembangan sistem senjata yang lebih maju dan kuat adalah kebijakan konsisten partai dan pemerintah untuk menanggapi ancaman militer dan situasi keamanan yang memburuk di Semenanjung Korea,” tulis KCNA dalam laporannya.
KCNA dalam laporannya menyebut bahwa Hwasong-18 atau Hwasongpo-18 dikembangkan oleh para ahli persenjataan Korut melalui tiga tahap pengujian. Tahap pertama adalah pengujian pada lintasan balistik standar. Kedua, peluncuran rudal jelajah dengan sudut yang lebih tinggi untuk menghindari mengarah langsung ke negara tetangga, dalam hal ini Korea Selatan. Ini tampaknya yang dilakukan dalam peluncuran pada Kamis.
KCNA menyebut uji coba itu tidak menjadi ancaman bagi negara tetangga karena rudal itu jatuh di perairan lepas pantai Korut. Tidak ada penjelasan soal uji coba tahap ketiga, termasuk rencana penempatannya nanti.
Meski demikian, surat kabar Rodong Sinmun menerbitkan sejumlah gambar udara dari sebuah obyek yang diyakini sebagai bagian dari Hwasongpo-18 yang sudah terpisah-pisah. Kim Dong-yub, profesor di University of North Korean Studies, di Seoul, menilai, foto-foto itu memperlihatkan bagaimana militer Korut menyiapkan uji coba tahap ketiga dalam berbagai peralatan yang terpisah-pisah.
Bahan bakar padat
Dalam beberapa kesempatan Kim bersumpah untuk meningkatkan kemampuan persenjataan nuklirnya sehingga ”para musuhnya” menderita kecemasan ekstrem ketika menghadapi ancaman yang tidak bisa diatasi. Dia berharap perang psikologi ini membuat ”musuh-musuhnya” putus asa karena keputusan mereka memusuhi Korut.
Uji coba kemarin dipandang sebagai upaya Pyongyang untuk melakukan konfrontasi habis-habisan dengan para musuhnya, terutama karena mereka telah menyematkan teknologi baru di dalamnya. Teknologi yang dimaksud adalah penggunaan bahan bakar padat sebagai pendorong rudal saat mengangkasa.
ICBM dengan bahan bakar propelan padat dinilai banyak ahli teknologi persenjataan sangat memudahkan untuk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dan juga disembunyikan karena bisa diluncurkan dengan lebih cepat. Selain itu, penggunaan bahan bakar padat akan mengurangi peluang lawan mendeteksi dan menghadang upaya peluncuran.
”Ini terobosan signifikan bagi Korea Utara, tetapi bukan yang tidak terduga,” kata Ankit Panda, ahli dari Carnegie Endowment for International Peace.
Panda menambahkan, rudal dengan bahan bakar padat akan jauh lebih cepat digunakan pada saat situasi krisis atau konflik. Ini menghilangkan kemampuan AS dan Korsel untuk mendeteksi keberadaan rudal dan bahan bakar cairnya serta menghancurkannya terlebih dulu.
Ahli persenjataan Pemerintah AS, Vann van Diepen, mengatakan, penggunaan bahan bakar padat akan memberi keuntungan besar bagi militer Korut. Selain mudah berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, bahan bakar padat juga sangat cepat untuk dipasang. Sementara bahan bakar cair membutuhkan waktu yang lebih lama.
”Bahan bakar padat lebih mudah dan lebih aman bagi pasukan untuk beroperasi di lapangan, serta memiliki pengangkut logistik jauh lebih kecil yang membuat unit rudal berbahan bakar padat yang ditempatkan di lapangan lebih sulit untuk dideteksi,” kata Van Diepen, yang kini tengah bekerja dengan 38 North Project.
Sejak tahun 2017 Korut telah menguji sejumlah rudal balistik antarbenua, memperlihatkan kemampuannya mengembangkan teknologi rudal jarak jauh, termasuk mencapai wilayah teritorial AS. Akan tetapi, sebelum uji coba kemarin, semua rudal yang diluncurkan masih menggunakan bahan bakar cair. Kini, dengan penggunaan bahan bakar padat, belum ada kejelasan seberapa dekat Korut bisa mengaplikasikannya pada rudal-rudal balistiknya untuk bisa mencapai wilayah AS. Sejauh ini, Pyongyang telah menembakkan sekitar 30 rudal dalam 12 kali uji coba.
Kementerian Pertahanan Korsel dalam pernyataannya meyakini Korut belum mencapai titik di mana mereka bisa melindungi hulu ledaknya ketika kembali memasuki atmosfer Bumi. Bulan lalu, Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup juga mengatakan kepada anggota parlemen, Korut kemungkinan belum menguasai teknologi untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal jarak pendek tercanggihnya yang menargetkan Korsel. Meski demikian, ia mengakui, negara tersebut membuat banyak kemajuan. (AP/REUTERS)