Credit Suisse, Dari Bank Bereputasi Hingga Penggelapan Pajak dan Membantu Marcos (Bagian 2)
“Berapa kisah lagi, seberapa banyak lagi pengungkapan kasus yang dibutuhkan Swiss, AS, Inggris dan negara lainnya untuk mengubah kerahasiaan perbankan, yang memfasilitasi pencucian uang, korupsi dan kriminial?”
Sejarah 167 tahun Credit Suisse berakhir akibat rentetan skandal. Ironis karena bank asal Swiss justru pernah selamat dari krisis 2008 dan tidak menerima dana talangan pemerintah Swiss seperti UBS. Untuk reputasi itu Credit Suisse dijuluki sebagai bank investasi terbaik pada 2009 oleh Euromoney.
Euromoney edisi 16 Maret 2023 menuliskan, Credit Suisse juga belajar dari krisis keuangan 2008. Masalahnya bank ini terpaksa menghapusbukukan miliaran dollar AS pinjaman dan surat berharga yang tak kembali. Bankirnya, Kareem Serageldin, dipenjarakan terkait krisis keuangan 2008 atas tuduhan menggelembungkan harga-harga subprime mortgage bonds.
Credit Suisse kemudian menekankan strategi pencegahan risiko dan krisis keuangan. Euromoney kembali menganugerahkan Credit Suisse sebagai bank terbaik global pada 2010. “Dengan strategi baru, keuntungan tinggi dan model bisnis berisiko rendah, Credit Suisse bisa dikatakan merupakan bank terbaik di dunia sekarang,” demikian Euromoney, 8 Juli 2010.
Baca juga: Perubahan Kultur Korporasi Turut Menenggelamkan Credit Suisse (Bagian 1)
Kepala Divisi Bank Investasi Credit Suisse, Paul Calello, ketika itu mengatakan, “Kembali ke 2008 setelah kejatuhan Lehman Brothers, hanya sedikit konsensus yang mengatakan strategi kami benar. Akan tetapi kami tetap kukuh dengan sikap, menjauhkan diri dari posisi rumit di pasar dan mengurangi risiko.”
Calello wafat pada 2010. Sejak itu Credit Suisse mengabaikan strategi yang sudah ditetapkan. Bank ini kalah dalam taruhan hedge funds yang sangat berisiko dan berkali-kali menghadapi masalah dan mengalami kerugian.
Tiga bulan menjelang kebangkrutannya, klien kaya Asia melakukan eksodus ke UBS Group AG. Morgan Stanley juga ketiban pelarian nasabah Credit Suisse (24 November, Bloomberg). Kepala Global Wealth Management UBS, Iqbal Khan, menjanjikan paket terbaik bagi para staf Credit Suisse di Asia untuk fokus pada pengelolaan asset, termasuk pelarian dari Credit Suisse, yang sudah dibeli UBS (Reuters, 24 Maret).
Tidak belajar
Menkeu Swiss Karin Keller-Sutter mengkritik kultur di Credit Suisse atas semua itu. Ada insentif salah dalam pekerjaan di Credit Suisse. Bank itu juga tidak belajar dari skandal-skandal sebelumnya termasuk prosekusi hukum dengan denda demi denda.
Problem Credit Suisse tidak semata-mata karena kegiatan bank investasi (Forbes, 26 Desember 2005). Bloomberg, 30 maret 2023, menuliskan kejatuhannya bisa dilacak balik ke dekade 1980-an. Kesalahan itu dilanjutkan lagi dengan puncak buble dot-com pada 1990-an.
Frank Quattrone, disebut bad boy, adalah seorang bankir investasi terkait tech company yang bergabung dengan Credit Suisse First Boston pada 1988. Periode 1999 hingga 2000, di bawahnya Credit Suisse mengelola aksi penerbitan saham perdana (IPO) perusahaan internet dan teknologi dengan frekuensi yang melebihi pesaing; Goldman Sachs (107 IPO), dan Morgan Stanley (83 IPO).
Baca juga: Bisnis ”Bakar Uang” Ancam Sektor Keuangan
Akan tetapi kemudian IPO ioleh CSFB menjadi bahan penyelidikan pemerintah AS karena ada penipuan (Fortune, 15 Maret 2023). Dan tentu bisnis dot.com Meletus. Pada 2004, Quattrone ditemukan bersalah karena mengelabui hukum dan melakukan pemalsuan keuangan.
Penyelidikan atas praktik IPO yang dijalankan Credit Suisse pada 2001 menyebabkan pemecatan chief executive (CEO) Allen Wheat, yang menarik masuk Quattrone.
Kejahatan kerah putih
Kemudian Credit Suisse tersandung penyelidikan kejahatan kerah putih yang dilakukan Departemen Kehakiman AS (The Wall Street Journal, 4 Agustus 2022). Credit Suisse dan anak perusahaan yang berbasis di Inggris dituduh berkonspirasi dalam kasus suap 200 juta dollar AS ke pejabat pemerintahan Mozambik. Tiga bankir Credit Suisse turut menerima suap.
Lalu muncul kasus lain, seperti dituliskan CNN, 29 Maret 2013. Credit Suisse dituduh tidak melaporkan penggelapan pajak warga kaya AS. Isu serupa pernah menjadikannya sebagai sasaran investigasi di era Presiden Barack Obama.
Credit Suisse terus membantu warga kaya AS menggelapkan pajak. Praktik seperti itu berlangsung walau pada 2014 sudah ada kesepakatan bahwa fasilitasi penggelapan pajak agar tidak dilakukan lagi. Hal itu terungkap berdasarkan hasil investigasi dua tahun yang dilakukan oleh Komite Keuangan Senat AS.
Baca juga: Dana Talangan Bank Sentral Tak Cukup, Credit Suisse Dibeli UBS
Bank ini membayar denda yang diberikan potongan menjadi sebesar 1,3 miliar dollar AS ke Departemen Kehakiman AS pada 2014. Akan tetapi sejak itu Credit Suisse berjanji tidak melakukan kesalahan lagi. Namun sejak itu, tetap ditemukan penggelapan pajak warga AS sebesar 700 juta dollar AS.
Hal itu ditemukan dari dua tahun investigasi yang dipimpin Ketua Komite Keuangan Senat AS, Ron Wyden. “Di tengah investigasi ini adalah para bankir Swiss tamak dan mengelabui peraturan pemerintah,” kata Wyden. “Hasil investigasi memperlihatkan tampaknya konspirasi massal untuk membantu para warga kaya AS menghindari pajak terus berlanjut.”
Skandal demi skandal
Bank ini juga disebutkan tidak melaporkan aksi pencucian uang raja kokain asal Bulgaria. Regulator AS juga pernah kesal karena bank secara rutin mengabaikan batas pinjaman. Credit Suisse dipandang sebagai salah satu yang paling agresif dan mendapat perhatian khusus dari Bank Sentral AS (Euromoney, 16 Maret 2023).
Para bankir top Credit Suisse juga dituduh telah mengelabui nasabah sendiri asal Rusia dan Georgia dengan kerugian besar pada klien (Reuters, 29 Agustus 2017).
Kasus lain, ada tindak mata-mata yang dilakukan Credit Suisse terhadap para eksekutif dan mantan eksekutifnya termasuk Iqbal Khan, yang dulu bekerja di Credit Suisse dan bergabung ke UBS. Prahara ini turut menyebabkan terjungkalnya CEO Tidjane Thiam pada 2020.
Sebelum semua itu telah muncul rentetan skandal demi skandal. Bocor pula “Suisse Secrets” ke media yang membuka tabir penyembunyian kekayaan klien Credit Suisse yang terlibat penyelundupan, kleptokrasi dan pencucian uang. Ini terungkap dalam laporan “Suisse Secrets” yang diluncurkan oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project OCCRP dan Süddeutsche Zeitung (harian Jerman), 20 Februari 2022.
Dalam proyek ini 160 wartawan dari 48 media internasional, Swiss tidak termasuk, berkolaborasi dan menemukan rekening-rekening bernilai lebih dari 8 miliar dollar AS. Kesimpulannya dari temuan itu disertai pertanyaan, bagaimana Credit Suisse mau menampung dana-dana dari para figur korup dan sejenisnya.
Baca juga: Credit Suisse Selamat Setelah Berada di Ujung Tanduk
Salah satu kasus melibatkan nama mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan istrinya, Imelda (The Guardian, 20 Februari 2020). Pasangan ini menggelapkan dana 10 miliar dollar AS milik negara. Di Credit Suisse, Marcos yang terjungkal pada 1986 memiliki rekening atas nama “William Saunders” dan rekening Imelda atas nama “Jane Ryan”. Pada kasus pengadilan 1995 di Zurich, Credit Suisse dan bank lainnya diperintahkan mengembalikan 500 juta dollar AS ke pemerintahan Filipina.
Juga ditemukan nama rekening atas nama Helen Rivilla, jaksa Filipina yang pada 1992 dinyatakan turut “mencuci uang” mewakili Marcos. Meski demikian, Rivilla tetap saja bisa membuka rekening di Credit Suisse pada 2000.
Kerahasiaan didugat
Laporan “Suisse Secrets” ini sekaligus menggugat lebih jauh tentang kerahasiaan perbankan Swiss, bukan hanya Credit Suisse. Para whistleblower, baik dari Credit Suisse itu sendiri, menyebutkan kerahasiaan perbankan Swiss sebagai immoral, seperti dikutip media Jerman, Deutsche Welle, 20 Februari.
OCCRP dan Süddeutsche Zeitung menuliskan, “Dalih kerahasiaan perbankan hanyalah bertujuan menutupi peran memalukan bank Swiss dalam perannya sebagai kolaborator dengan para penghindar pajak. Keadaan ini memungkinkan terjadinya korupsi dan membuat rakyat lapar di negara berkembang yang justru butuh penerimaan pajak.”
Atas laporan itu, peraih Nobel Ekonomi 2001 Joseph E Stiglitz menuliskan pesan moral. Ia meminta bukan hanya Swiss, tetapi juga Inggris dan AS agar menciptakan iklim perbankan lewat peraturan yang memodifikasi kerahasiaan perbankan dan bisa mencegah pencurian dan pencucian uang dan sejenisnya.
“Berapa kisah lagi, seberapa banyak lagi pengungkapan kasus yang dibutuhkan Swiss, AS, Inggris dan negara lainnya untuk mengubah kerahasiaan perbankan, yang memfasilitasi pencucian uang, korupsi dan kriminial?” demikian Stiglitz dalam artikelnya di The Guardian, 21 Februari 2022.
Baca juga: Cegah Efek Sistemik Global, Otoritas Swiss Selamatkan Credit Suisse
Tentu laporan OCCRP dan Süddeutsche Zeitung juga menyajikan pengakuan para whistleblower bahwa Credit Suisse memungkinkan para bankirnya melakukan perbuatan tak terpuji. Ini dimungkinkan meski bank tersebut dari tahun ke tahun mengatakan hanya akan menerima dana-dana sah, bukan hasil korup atau bernada pencucian uang atau bersumber dari perdagangan manusia dan kartel kokain.
Credit Suisse merespon laporan ini dengan mengatakan bahwa temuan itu tendensius dan sepihak. Credit Suisse menegaskan peraturan perbankan dan kepatuhan akan peraturan dijalankan sepenuhnya.
Para bankir nakal
Dalam laporan “Suisse Secrets” ditemukan pola bakir nakal yang melakukan manipulasi, mengejar bonus tanpa memperhatikan aspek risiko. Jeff Neiman, seorang pengacara berbasis di Florida mewakili sejumlah whistleblower Credit Suisse, yakin banyaknya skandal yang melibatkan bank menunjukkan masalah yang lebih dalam.
“Bank (Credit Suisse) suka mengatakan itu hanya ulah bankir nakal. Tetapi berapa banyak bankir nakal yang harus Anda miliki sebelum Anda mulai menjadi bank nakal?” kata Neiman. Ia menuduh telah ada budaya di bank "yang mendorong para bankirnya mungkin dari atasan hingga ke bawahan untuk tidak mendengar kejahatan, tidak melihat kejahatan, tidak berbicara soal kejahatan, mengubur kepala mereka di pasir, dan aktif membantu orang-orang untuk menghindari hukum demi melindungi asset.”
Kebangkrutan
Dengan semua kasus itu, kejatuhan Credit Suisse bukan hanya karena imbas dari Slicon Valley Bank (SVB) di AS. Steven Glass, analis dari Pella Funds Management, mengatakan kejatuhan saham Credit Suisse sudah lama terjadi.
“Arah menuju kematian bank telah bertahun-tahun terbentuk. Ada kritik yang menyalahkan kombinasi antara bankir tamak, atau regulator yang tidak menaruh curiga atau ompong, pejabat pemerintah yang tertidur di belakang kemudi,” demikian dituliskan Associated Press, 4 April 2023.
Credit Suisse bertahun-tahun telah salah kelola. Para pemegang saham juga menyaksikan bonus besar jutaan dollar AS untuk para eksekutif dan dewan direksi walau bank merugi. Penasihat proksi asal AS, Institutional Shareholder Services (ISS), menuduh manajemen kurang pengawasan dan menjalankan kepemimpinan yang buruk (Reuters, 4 April).
Pengawas keuangan Swiss, FINMA, membantah lemahnya pengawasan. “Kami bertindak sangat cepat,” kata Presiden FINMA, Marlene Amstad (Reuters, 5 April). Namun ia menambahkan adalah tanggung jawab manajemen untuk mencegah situasi itu. Peraturan itu sendiri tidak dapat mengatasi krisis kepercayaan nasabah. Meski demikian ia juga meminta kekuatan lebih besar agar FINMA bisa menindak bank yang salah. Sejauh ini kekuatan untuk pengenaan denda misalnya, tidak dimiliki FINMA. Unsur kerahasiaan juga membuat kekuasaan FINMA relatif lemah dan minta hal ini diubah. (AP/AFP/Reuters)