China Berhasil "Mengunci" Taiwan
China mengklaim berhasil "mengepung" Taiwan melalui latihan militer gabungan di Fujian, provinsi China yang terdekat dengan Taiwan.
Taipei, Senin - China mengerahkan kapal induk, belasan pesawat tempur J-16, J-10C, Su-30, dan pesawat pengebom H-6 ke wilayah kepulauan Matsu di lepas pantai Provinsi Fujian, China. Area yang hanya hanya berjarak 190 kilometer dari Taipei, ibukota Taiwan itu menjadi salah satu lokasi latihan militer China bertema “Joint Sword”. Latihan juga mengambil tempat di sekitar Pingtan, pulau yang merupakan titik terdekat China dengan Taiwan.
Pesawat pengebom H-6 yang mampu menggotong rudal nuklir dan dipersenjatai dengan rudal aktif itu menjadi bagian dari simulasi militer China mengepung Taiwan. Pengepungan dilakukan baik dari udara, laut, dan darat. Latihan militer ini sudah dilakukan sejak, Minggu, dan merupakan tanggapan China atas pertemuan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, dengan Ketua DPR Amerika Serikat, Kevin McCarthy, di AS, pekan lalu.
Baca juga: China Pelajari Perang Ukraina untuk Antisipasi Konflik Taiwan
Komando Wilayah Timur China merilis rekaman video pendek berisi simulasi serangan presisi ke Taiwan. Video itu dirilis melalui akun resmi WeChat Komando Wilayah Timur pada Senin (10/4/2023). Salah satu kapal induk milik China, Shandong, juga ikut ambil bagian dalam patroli tempur.
Di dalam video yang dirilis itu juga terlihat seorang pilot yang melaporkan ia sudah berada di dekat wilayah bagian utara Pulau Taiwan dan rudal sudah terkunci siap menyerang sasaran. “Rudal dalam kondisi baik,” terdengar suara tidak dikenal ketika video menunjukkan gambar dari kokpit pesawat. “Nyalakan radar pengontrol tembakan, kunci target,” terdengar suara lain seiring dengan gambar yang menunjukkan rudal di bawah sayap pesawat. Pilot itu kemudian tampak menekan tombol kontrol tembakan sebagai serangan simulasi. Tetapi tidak ada rudal yang ditembakkan.
Pada akhir latihan itu, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China dalam pernyataan tertulisnya menyatakan China sudah siap untuk berperang kapan pun untuk menghancurkan segala bentuk separatisme “kemerdekaan Taiwan” dan upaya campur tangan asing. “Latihan itu secara komprehensif menguji kemampuan tempur gabungan terpadu dari beberapa cabang militer dalam kondisi pertempuran yang sebenarnya," kata pernyataan PLA.
PLA menyebutkan kapal induk Shandong adalah satu-satunya kapal induk yang sepenuhnya dibangun di dalam negeri dan pertama kali digunakan pada Desember 2019. Ini pertama kalinya Shandong berpartisipasi dalam latihan militer yang mengepung Taiwan. Selain kapal induk, China juga mengirim kapal perusak tipe 052C dan fregat Tipe 054A.
Menurut publikasi industri pertahanan, Naval Technology, Fregat 054A dirancang untuk pertempuran anti serangan udara dan dilengkapi dengan rudal permukaan-udara jarak menengah HQ-16 yang mampu menyerang target udara sejauh 50 kilometer. Menurut harian Global Times, pesawat J-16 dibangun oleh Shenyang Aircraft Corporation mampu membawa rudal jarak dekat dan jarak jauh. Pesawat jet ini disebut sebagai salah satu andalan China.
Baca juga: Mengukur Potensi Dampak Konflik China–Taiwan
Taiwan sudah melacak keberadaan kapal induk Shandong di Samudera Pasifik sejak pekan lalu. Kementerian Pertahanan Taiwan menerbitkan peta aktivitas angkatan udara China 24 jam sebelumnya. Ada empat pesawat tempur J-15 China berbasis kapal induk yang beroperasi di wilayah itu.
Pada, Senin pagi, ada 59 pesawat militer dan 11 kapal di sekitar Taiwan yang sedang latihan di Pasifik Barat. Kementerian Pertahanan Jepang juga menyebutkan Shandong melakukan operasi udara di perairan dekat Pulau Okinawa, Jepang, Minggu. Pesawat jet tempur dan helikopter lepas landas dan mendarat di kapal induk sebanyak 120 kali selama tiga hari, Jumat-Minggu.
Jepang mengkhawatirkan aktivitas militer China di wilayah itu karena berdekatan dengan pulau-pulau selatan Jepang dan Taiwan. “Pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan tidak hanya penting untuk keamanan Jepang, tetapi juga untuk stabilitas masyarakat internasional secara keseluruhan,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno.
Pulau Okinawa di Jepang menjadi rumah bagi pangkalan angkatan udara utama AS. Pada Agustus lalu, China juga menggelar latihan perang sebagai bentuk protes kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei. Pada waktu itu rudal China mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang.
Ingin damai
Di Pulau Beigan, bagian dari Kepulauan Matsu Taiwan yang terlihat dari daratan China, Lin Ke-qiang, koki berusia 60 tahun, mengatakan tidak ada yang menginginkan perang. Penduduk setempat hanya ingin menjalani kehidupan yang damai dan stabil.
Apalagi militer Taiwan bukan tandingan China. “Jika terjadi perang, kita tidak mungkin bisa melawan karena sekarang rudal China sangat maju. Kita akan kalah dan rata dengan tanah,” ujarnya.
Baca juga: AS Janji Melindungi Taiwan dari Serangan China
Taiwan tetap menguasai Matsu dan Pulau Kinmen di dekatnya -keduanya terletak di dekat pantai Selatan China- setelah pasukan nasionalis melarikan diri dari China menyusul kekalahan dalam perang saudara China. Di seberang Pulai Beigan ada pos-pos militer yang terbengkalai tertutup semak-semak belukar.
Di tengah-tengah latihan militer China, kehidupan masyarakat di Matsu tetap berjalan normal. Layanan feri dan penerbangan komersial juga masih berjalan. Jika terjadi perang, sekitar 8.000 warga Kepulauan Matsu tidak akan bisa melawan China karena tidak ada persenjataan. Militer Taiwan disebutkan mengaktifkan kembali terowongan-terowongan yang ada di pulau-pulau itu untuk menyembunyikan pasokan militer atau untuk berlindung jika terjadi serangan.
Peneliti di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional di Taipei, Tzeng Yi-suo, mengatakan pulau-pulau yang paling dekat dengan China daratan memiliki nilai strategis karena akan bisa membantu militer Taiwan memberikan peringatan dini jika ada ancaman dari luar. Pulau-pulau terluar itu akan bisa mendeteksi pergerakan militer di kota Fuzhou, Fujian, China, yang berada di seberang Taiwan dan bisa menjadi landasan peluncuran untuk respons Taiwan.
“Pulau-pulau terluar seperti Matsu dan Kinmen ini berperan penting karena bisa menjadi tempat meluncurkan roket,” ujarnya.
China dan Taiwan berpisah pada akhir perang saudara pada 1949. China masih memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mereka berjanji akan merebut Taiwan kembali suatu hari nanti, jika perlu menggunakan kekerasan.
“Operasi militer ini merupakan peringatan keras terhadap kolusi antara pasukan separatis yang menginginkan kemerdekaan Taiwan dan kekuatan eksternal serta kegiatan provokatif mereka,” kata juru bicara Tentara Pembebasan Rakyat China, Shi Yin.
Baca juga: ASEAN Perlu Waspadai Konflik Taiwan-China
Para pengamat militer mengatakan jika terjadi perang, China bisa memblokir lalu lintas laut dan udara di sekitar Taiwan sehinga AS, Jepang, atau negara lain tidak bisa mengintervensi atau membantu dengan mengirimkan perbekalan atau kebutuhan apapun untuk mempertahankan diri.
Menanggapi latihan China ini, Tsai akan tetap bekerja sama dengan AS dan negara-negara yang memiliki pikiran sama dalam menghadapi ekspansi otoriter. Militer Taiwan sudah berulangkali mengatakan akan menanggapi latihan-latihan militer China dengan tenang dan tidak memprovokasi konflik. Kementerian Pertahanan Taiwan secara terpisah juga merilis citra rudal anti-kapal Hsiung Feng buatan Taiwan di lokasi yang dirahasiakan dan kapal serang cepat bersenjata rudal. (REUTERS/AFP/AP)