Hubungan Amerika Serikat dan China kembali tegang. Presiden AS Joe Biden berkomitmen membantu mempertahankan Taiwan jika diserang China. Sementara China meminta AS jangan ikut campur karena ini urusan internal.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BALTIMORE, KAMIS —Amerika Serikat berkomitmen membantu mempertahankan Taiwan jika China menyerang Taiwan. Belakangan ini, Taiwan kerap mengeluhkan tekanan militer dan politik China yang kian berat. Secara hukum, AS memang wajib memberikan Taiwan sarana untuk membela diri. Akan tetapi, selama ini sikap AS ambigu karena tidak jelas apakah akan ikut campur secara militer untuk melindungi Taiwan jika diserang China atau tidak.
Janji komitmen dukungan pada Taiwan ini diutarakan Presiden AS Joe Biden, Kamis (21/10/2021). Juru bicara Gedung Putih menyatakan tidak ada perubahan kebijakan AS terhadap Taiwan. Ini berbeda dengan komitmen Biden yang jelas menunjukkan perubahan sikap AS. ”Hubungan pertahanan AS dan Taiwan diatur oleh Undang-Undang Hubungan Taiwan. Kami menjunjung tinggi komitmen mendukung pertahanan diri Taiwan dan akan terus menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo,” kata juru bicara.
Menanggapi pernyataan Biden, juru bicara Istana Kepresidenan Taiwan, Xavier Chang, menyatakan, posisi Taiwan tetap sama. Taiwan tidak akan menyerah pada tekanan siapa pun dan tidak akan bertindak gegabah meski mendapatkan bantuan. Taiwan akan tetap menunjukkan tekad dan keteguhan mempertahankan diri sendiri.
Biden menegaskan tidak perlu meragukan kekuatan militer AS karena China, Rusia, dan seluruh dunia tahu bahwa AS memiliki militer paling kuat dalam sejarah dunia. ”Yang harus dikhawatirkan, apakah mereka akan benar-benar mengambil tindakan yang akan berujung kesalahan serius. Saya tidak menginginkan perang dingin dengan China. Saya hanya ingin China paham, kami tak akan mundur dan sikap kami tak akan berubah,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan, ketegangan militer antara Taiwan dan China berada di titik terburuk dalam 40 tahun terakhir. Taiwan khawatir China akan menyerang Taiwan habis-habisan pada 2025.
Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Zhang Jun mengatakan masih mencoba mengupayakan penyatuan secara damai dengan Taiwan dan merespons upaya-upaya separatisme oleh Partai Progresif Demokratik. ”Kami bukan pihak yang mencari gara-gara. Ada beberapa negara, terutama AS, yang malah melakukan tindakan berbahaya dan membuat situasi di Selat Taiwan bergerak ke arah yang membahayakan,” ujarnya.
China meminta AS menghentikan tindakan-tindakan yang berbahaya karena menyeret Taiwan pada peperangan jelas bukan keinginan siapa pun. Jun juga yakin AS sebenarnya tidak menginginkan hal itu karena tidak ada keuntungannya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, tidak ada ruang kompromi atau konsesi untuk isu Taiwan. Jika terkait dengan integritas wilayah dan kedaulatan China serta kepentingan utama lainnya, tidak ada kompromi. ”Tidak ada yang boleh meremehkan tekad, kemauan, dan kemampuan yang kuat dari rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” kata Wang.
Wang kembali menegaskan, Taiwan merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah China. Isu Taiwan ini murni urusan dalam negeri China yang tidak boleh diintervensi asing. ”AS harus berhati-hati dengan pernyataan dan tindakannya terkait isu Taiwan. Jangan kirim sinyal keliru pada kekuatan separatis kemerdekaan Taiwan supaya tak merusak hubungan China-AS dan perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan,” kata Wang.
Sejak Tsai Ing-wen terpilih menjadi Presiden Taiwan pada 2016, China mulai gencar menekan Taiwan dari sisi ekonomi, militer, dan hubungan diplomatik. Ini karena Tsai menyatakan Taiwan sebagai negara yang berdaulat dan bukan bagian dari China. Padahal, China masih menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya dan akan tetap berusaha menyatukan Taiwan dengan China menggunakan cara apa pun. China dan Taiwan terpisah saat perang saudara tahun 1949. AS kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Taipei pada 1979 untuk mengakui kedaulatan China.
Tekanan militer China terhadap Taiwan meningkat sejak tahun lalu ketika China mengirimkan pesawat-pesawat tempur dan pesawat pengebom nuklir ke zona pertahanan udara Taiwan. Sedikitnya ada 800 penerbangan pesawat tempur China masuk ke Taiwan sejak September 2020. Pada bulan ini saja sudah ada 170 penerbangan. (REUTERS/AFP/AP)