Fed Pasok Dana ke Perbankan AS, Program Penurunan Inflasi Tertunda Sementara
”Studi empiris kami tentang sektor perbankan AS memperlihatkan bank-bank besar tidak meminjamkan dana ke usaha kecil,” kata Richard Werner, profesor perbankan dan ekonomi University of Winchester.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve memasok dana ke perbankan AS untuk meredakan krisis perbankan. Hal itu dilakukan sejak kebangkrutan Silicon Valley Bank pada 10 Maret 2023. Sebanyak 300 miliar dollar AS dana dari The Fed telah masuk ke sistem perbankan AS. Ini lebih kurang setara dengan jumlah dana yang ditarik para deposan dari perbankan AS.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, pengucuran dana yang dinamai Bank Term Funding Program (BTFP) itu bersifat temporer. Hal ini perlu untuk mendorong likuiditas perbankan agar tidak terjadi ketegangan dalam industri perbankan.
”Kami yakin hal itu bermanfaat. Fasilitas tersebut bertujuan menciptakan kepercayaan terhadap sistem perbankan. Jika langkah tersebut tidak dilakukan, kemungkinan akan ada gangguan dan akan memperketat situasi keuangan,” kata Powell, Rabu (22/3/2023).
Fasilitas BTFP itu dimulai pada 12 April 2023 setelah kebangkrutan SVB dan Signature Bank. Jangka waktu pinjaman The Fed ke perbankan tersebut berlaku selama 90 hari dan bisa diperpanjang. Dana The Fed ke perbankan ini disalurkan lewat Federal Deposit Insurance Corp (FDIC).
Lembaga keuangan AS telah menerima BTFP 148,7 miliar dollar AS dalam sepekan hingga 5 April. Selama sepekan sebelum itu, The Fed telah mengucurkan BTFP 152,6 miliar dollar AS. Total BTFP yang dikucurkan sepanjang Maret saja sebesar 157,9 miliar dollar AS (Bloomberg, 7 April 2023).
”Gambaran besarnya ketegangan pada industri perbankan AS sudah mereda dan semuanya mulai mengarah normal,” kata Michael Feroli, ekonom JPMorgan Chase & Co.
Presiden The Fed St Louis James Bullard juga mengatakan bahwa program itu berhasil. Dengan fasilitas itu, menurut dia, pengeringan likuiditas dan pengetatan pengucuran kredit perbankan ke nasabah peminjam akan teratasi. ”Ketegangan sektor keuangan setidaknya untuk sekarang mereda,” kata Bullard seraya menambahkan bahwa program penurunan inflasi FED akan tetap berjalan.
Ketagihan uang murah
Ekonom Jefferies & Company, Thomas Simons, mengatakan, data juga mendukung adanya peredaan penarikan deposito dari sistem perbankan AS. ”Namun, sistem perbankan jauh dari situasi cerah. Banyak bank yang masih berjuang untuk meraih untung jika perbankan hanya mengandalkan pendanaan dari kucuran dana Fed,” kata Simons.
Persoalan lain adalah deposito perbankan di AS mengalir ke money market funds. Ini sebutan bagi aktivitas penempatan uang dalam bentuk tunai, sekuritas, dan obligasi bertujuan jangka pendek. Money market funds sangat berbeda dengan pengucuran dana perbankan ke perusahaan peminjam dengan tujuan-tujuan produktif. Dana-dana money market ini diparkir kembali ke The Fed, bukan ke perbankan.
Inilah satu masalah dalam sistem keuangan AS yang sangat ketagihan uang-uang murah yang bersumber dari The Fed. ”Menurut saya, BTFP pada akhirnya tidak akan menghasilkan peningkatan yang berarti dalam pinjaman bank dan dengan demikian pertumbuhan ekonomi,” kata Mark Zandi, ekonom dari Moody’s. ”BTFP hanya mencegah krisis likuiditas dalam sistem perbankan,” katanya.
Zandi amat berhati-hati menyatakan optimismenya akan kekuatan dan stabilitas perekonomian AS. Demikian juga tentang program AS untuk memerangi inflasi. ”BTFP adalah juga sebuah bentuk pelonggaran moneter,” kata Zandi. Fasilitas itu dilakukan di tengah perang melawan inflasi. ”Situasi ini sangat tidak menyenangkan,” ujarnya.
Hanya tunda masalah
Powell juga tetap berkelit bahwa fasilitas BTFP itu tidak akan mengganggu program penurunan inflasi. Tugas prioritas The Fed tetap menurunkan inflasi karena jika tidak diperangi, akan merugikan semua pihak. Sulit menerima penjelasan Powell tersebut, kecuali misi meredakan ketegangan sementara dalam sistem perbankan.
Dalam situs Fortune, 21 Maret 2023, Richard Werner, profesor perbankan dan ekonomi University of Winchester, menuliskan bahwa pelonggaran uang beredar memang tidak selamanya buruk. Namun, pelonggaran uang beredar harus menyasar agar bank-bank melakukan pembiayaan terhadap dunia usaha. Jika uang beredar mengalir ke market fund, hal itu hanya akan memicu inflasi.
Pelonggaran uang beredar harus menyasar agar bank-bank melakukan pembiayaan terhadap dunia usaha. Jika uang beredar mengalir ke market fund, hal itu hanya akan memicu inflasi.
Persoalan di AS, dana-dana dikuasai bank-bank besar. Fasilitas The Fed juga cenderung mengarah pada penyelamatan perbankan besar. SVB ada di urutan ke-16 di AS sebelum bangkrut. ”Studi empiris kami tentang sektor perbankan AS memperlihatkan bank-bank besar tidak meminjamkan dana ke usaha kecil,” kata Werner.
Argumentasi yang jelas dan tegas telah disampaikan ekonom Standford, John Taylor, 6 September 2022. Ia mengatakan, inflasi adalah fenomena moneter. Sumber utama inflasi adalah sektor moneter.
”Jika suku bunga terlalu rendah atau karena jumlah uang beredar tumbuh lebih cepat, akan ada kenaikan inflasi. Hubungan erat ini memiliki landasan teori dan teramati secara praktis di banyak negara di dunia selama bertahun-tahun,” kata Taylor.
Terhadap The Fed, saran Taylor adalah terus mengetatkan uang beredar hingga inflasi mencapai target 2 persen tanpa hirau akan faktor lainnya.
Suku bunga The Fed sekarang masih 4,75 persen hingga 5 persen. Ini masih di bawah saran Taylor yang mengindikasikan suku bunga sebaiknya 6 persen. ”Pengalaman menunjukkan jika The Fed bersikap jelas tentang perlunya menaikkan suku bunga secara tertata, akan ada penurunan inflasi tanpa risiko resesi besar perekonomian. Namun, dengan tidak bertindak sekarang, The Fed hanya akan meningkatkan resesi lebih serius di kemudian hari,” jelas Taylor.
Joe Brusuelas, ekonom dari RSM US, mengatakan bahwa peluncuran program BTFP mungkin menunjukkan penundaan kecil untuk meraih target inflasi 2 persen. The Fed kemungkinan ingin jeda sementara dari kenaikan suku bunga. (AP/AFP/REUTERS)