China "Usir" Kapal Perang AS dari Laut China Selatan
Angkatan Laut China mengklaim mengusir kapal perusak AL AS dari wilayah perairan Kepulauan Paracel di Laut China Selatan. Gesekan-gesekan kecil terus terjadi antara AS dan China.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
Beijing, Kamis —Insiden antara Amerika Serikat dan China terjadi di Laut China Selatan, Kamis (23/3/2023). Militer China menyebut telah mengusir kapal perusak milik Angkatan Laut AS, USS Milius, yang memasuki perairan di sekitar Kepulauan Paracel di Laut China Selatan yang diklaim sebagai teritorial China.
Dalam pernyataannya, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menuding kapal perusak yang membawa peluru kendali itu telah menyusup ke perairan China. “Kapal AS melakukan serangan ilegal ke perairan teritorial tanpa izin dari Pemerintah China, merusak perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut. PLA mengorganisasi angkatan laut dan udara untuk melacak, memantau keberadaan kapal sesuai dengan hukum, dan memperingatkannya untuk pergi,” kata juru bicara Komando Teater Selatan, Tian Junli.
Dia menambahkan, pasukan Komando Teater Selatan PLA akan selalu siaga tinggi dan bisa bertindak apabila diperlukan, untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta wilayah teritorial China di Laut China Selatan (LCS).
Ini peristiwa kesekian kalinya yang melibatkan militer kedua negara dalam beberapa bulan terakhir. Pada 18 Februari, rombongan kapal induk AS, USS Nimitz, dan kapal induk China, Shandong, berlayar berdekatan di LCS. Selang seminggu kemudian, dikutip dari laman CNN, sebuah pesawat pengintai milik Angkatan Udara AS yang terbang pada ketinggan 21.500 kaki di atas permukaan laut, sekitar 30 mil laut dari Kepulauan Paracel, juga mengalami hal yang sama.
Pesawat pengintai itu mendapat peringatan dari AU China mengenai kehadirannya di dekat wilayah mereka. Tak lama kemudian, sebuah jet tempur J-11 milik PLA terbang hanya beberapa puluh meter dari pesawat pengintai AS tersebut dan mencoba menjauhkannya dari wilayah udara China.
Bila PLA menyebut peristiwa itu sebagai pengusiran, pernyataan berbeda disampaikan Armada Ke-7 Angkatan Laut AS. Menurut mereka, wilayah yang dimasuki adalah perairan internasonal dan mereka sebatas melakukan pemantauan rutin. USS Milius juga tidak mengalami pengusiran seperti klaim Komando Teater Selatan PLA. "Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan," demikian Armada Ke-7 AL AS.
LCS, yang berada di halaman depan Indonesia, menjadi ajang perebutan kendali oleh banyak negara. China mengklaim memiliki kedaulatan di hampir seluruh Laut China Selatan meski Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) telah menolak klaim tersebut tahun 2016 karena dinilai tidak memiliki dasar hukum. Klaim China atas LCS tumpang tindih dengan klaim serupa yang diajukan beberapa negara anggota ASEAN, yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Kepulauan Paracel yang diklaim China sebagai bagian dari teritorialnya juga diklaim Vietnam. China setidaknya telah memiliki 20 pos terdepan di Paracel dan tujuh pos di Spratly. China juga mengendalikan Beting Scarborough yang direbutnya pada tahun 2012..
AS mengirim kapal angkatan laut secara teratur untuk menegaskan kebebasan navigasi di perairan internasional. Pergerakan kapal AS di laut yang disengketakan telah meningkatkan ketegangan dengan China.
Peristiwa yang terjadi Kamis serupa dengan peristiwa pada Juli 2022. Saat itu, kapal perang USS Benfold juga melakukan operasi kebebasan navigasi di perairan sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel. Komando Teater Selatan PLA pun mengirimkan peringatan pada AL AS.
Bilateral China-Filipina
Pada saat bersamaan, Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong bertemu Wamenlu Filipina Theresa Lazaro untuk menata kembali hubungan kedua negara. China berkepentingan melakukan pendekatan pada Filipina karena Manila baru saja menyepakati kerja sama pertahanan dengan AS. Filipina mengizinkan tambahan empat pangkalan militer AS di wilayahnya, termasuk yang dekat dengan wilayah sengketa di LCS.
"Kedua pihak menegaskan kembali pentingnya mengelola perbedaan dengan baik melalui konsultasi yang bersahabat, serta menjaga arah umum persahabatan China-Filipina," sebut Kementerian Luar Negeri China.
Sebaliknya Lazaro menyebut ini pertemuan konsultasi diplomatik tingkat tinggi terbaru dalam empat tahun terakhir yang dilakukan kedua negara. Lazaro tidak menyebut soal adanya kesepahaman antara keduanya, tetapi mengatakan agar pertemuan seperti itu berlangsung lebih sering.
Pada Januari, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr bertemu Presiden China Xi Jinping. Namun, bukan berarti hubungan Filipina-China baik-baik saja. Beberapa insiden yang melibatkan militer kedua negara dalam setidaknya lima bulan terakhir telah membuat hubungan renggang. Belum setahun memimpin Filipina, pemerintahan Marcos Jr telah mengirimkan sedikitnya 77 protes diplomatik kepada Pemerintah China.
Insiden yang dinilai menjadi pemicu naiknya sentimen anti-Beijing adalah ketika kapal Penjaga Pantai China mengarahkan laser pada awak kapal patroli Filipina, awal Februari. China menuding kapal patroli itu menyusup ke wilayah China. Sementara Angkatan Laut Filipina menyatakan mereka tengah mengirim pasokan logistik untuk anggotanya ke kapal BRP SIerra Madre, yang terdampar di Beting Thomas, Laut Filipina Barat.
Tindakan China itu berbuah kesepakatan Filipina dan AS untuk menambah kehadiran militer mereka di negara itu, termasuk penggunaan wilayah utara Filipina sebagai pangkalan militer baru AS. Pilihan lokasi itu membuat marah para pejabat China karena akan memberi pasukan AS tempat persiapan yang dekat dengan China selatan dan Taiwan. Filipina juga memberi akses AS untuk menempatkan aset-aset militernya di Pulau Palawan, Filipina barat.
Selain itu, Marcos Jr juga menegaskan, misi Angkatan Bersenjata Filipina berubah, yang semula mempertahankan negara dari ancaman internal menjadi menjaga kedaulatan teritorial dari ancaman asing. Meski tidak secara langsung menyebut China, Marcos Jr menyebut, perubahan misi itu karena ada yang mempertanyakan batas wilayah teritorial Filipina.
China mengritik keras tindakan itu. Juru bicara Kemenlu China, Wang Wenbin, menyebut, kerja sama pertahanan antarnegara seharusnya memberikan kontribusi positif untuk perdamaian dan stabilitas regional dan tidak ditargetkan atau merugikan kepentingan pihak ketiga mana pun.
Laut Filipina Barat menjadi salah satu area yang diawasi secara penuh oleh militer kedua negara. Pada akhir Desember 2022, Pemerintah China dilaporkan telah melakukan sejumlah kegiatan di wilayah ini. Media Bloomberg, yang menurunkan laporan pertama soal aktivitas China saat itu di wilayah ini, menyebut Beijing telah membangun formasi tanah di bagian utara Kepulauan Spratly yang masih kosong, di atas Eldad Reef (Malvar Reef), Lankiam Cay (Pulau Panata), Whitsun Reef (Juan Felipe Reef), dan Sandy Cay. (AP/Reuters)