ASN, Masinis, Guru Bergabung Dalam Mogok Massal Menuntut Kenaikan Upah
Ratusan ribu pekerja layanan publik di London, Rabu (15/3/2023), mogok massal. Mereka menuntut kenaikan gaji dan perbaikan kondisi kerja yang layak di tengah tingginya inflasi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
LONDON, KAMIS — Guru, dosen, masinis kereta bawah tanah, pegawai negeri, hingga jurnalis kantor berita Inggris BBC bergabung dalam aksi mogok nasional dokter dan para pekerja kesehatan, Rabu (15/3/2023). Aksi mogok ratusan ribu petugas layanan publik itu membuat sebagian besar aktivitas warga terhenti.
”Pemerintah tidak mendengarkan, jadi inilah yang harus kami lakukan,” kata Jill Gant (59), yang bekerja untuk lembaga pemasyarakatan, di tengah aksi di depan Downing Street, kantor Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Rabu (15/3/2023). Dia menyebut tawaran terbaru kenaikan gaji sebesar 2 persen dari pemerintah sebagai sebuah penghinaan.
Gant bergabung dengan ratusan ribu pekerja layanan publik meneriakkan tuntutan mereka. ”Apa yang kita inginkan? 10 persen. Kapan kita menginginkannya? Sekarang!” teriak Gant dan ratusan ribu petugas layanan publik yang datang dalam aksi tersebut. Mereka tidak hanya menuntut kenaikan gaji, yang selama ini tidak mengikuti inflasi, tetapi juga perbaikan kondisi dan keamanan kerja serta skema pensiun.
Aksi mogok pada Rabu itu dinilai menjadi salah satu aksi industri terbesar sejak gelombang aksi mogok dimulai akhir tahun lalu. Mulai dari perawat, dokter, tenaga layanan ambulans, hingga pengacara, guru, dan petugas lananan publik mengalami krisis biaya hidup akibat inflasi tinggi. Kenaikan harga bahan bakar berujung menyeret kenaikan harga bahan kebutuhan pokok serta biaya hidup lainnya sehingga kemampuan pekerja untuk hidup layak jauh berkurang.
Aksi mogok itu sendiri telah dimulai sejak Desember tahun lalu oleh lebih dari 100.000 perawat dan tenaga kesehatan di seantero Inggris. Mogok kerja itu terjadi setelah negosiasi perbaikan upah dan kondisi kerja antara mereka dan Kementerian Kesehatan dan Perawatan Sosial buntu. Royal College of Nursing (RCN) dan Unison, serikat yang menaungi para pekerja kesehatan, termasuk menaungi pekerja di National Health Service (NHS) yang dikelola pemerintah, saat itu menilai tidak ada keseriusan dari Downing Street untuk memperbaiki kehidupan para pekerja kesehatan.
Mogok para pekerja kesehatan juga berlangsung pada 6 Februari lalu. Puluhan ribu perawat dan staf layanan ambulans meninggalkan pekerjaannya, menyusul fisioterapis yang telah mogok kerja sejak beberapa hari sebelumnya.
RCN, serikat yang menaungi sekitar 500.000 pekerja kesehatan di Inggris, mengatakan, upah yang tidak layak yang diterima para pekerja kesehatan selama satu dekade terakhir telah menyebabkan puluhan ribu tenaga kesehatan meninggalkan profesinya. Menurut RCN, 25.000 perawat yang meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lebih baik pada 2022 membuat rumah sakit dan pusat layanan kesehatan lainnya kekurangan staf. Kondisi ini berdampak pada kemampuan mereka melayani pasien.
”Banyak orang meninggalkan profesi ini karena mereka sangat kecewa. Masa depan kami tampaknya sangat suram,” kata Rebecca Cosgrave, seorang perawat, awal Februari lalu.
Aksi mogok pada Rabu itu diikuti sekitar 130.000 anggota serikat pegawai negeri PCS, termasuk di antaranya para petugas pengelola perbatasan serta serikat Aslef and Rail, Maritime and Transport (RMT) yang menaungi puluhan ribu pekerja transportasi di seluruh Inggris.
Sekretaris Jenderal PCS Mark Serwotka mengatakan, tindakan itu terpaksa dilakukan karena mereka diupah sangat rendah dan membuat mereka mengandalkan bantuan dari berbagai pihak untuk bisa bertahan hidup.
”Dokter mogok di rumah sakit kami, masinis kereta mogok. Guru mogok. Saya yakin untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, jajak pendapat menunjukkan ada banyak dukungan untuk mogok,” kata Serwotka kepada AFP.
Lebih rendah dari barista
Ribuan dokter yunior di Inggris sendiri telah memulai mogok sejak Senin awal pekan ini. Meski memiliki kualifikasi dokter, menurut British Medical Association (BMA), tarif awal untuk dokter yunior yang bertugas adalah 14,09 pound sterling atau sekitar Rp 260.000 per jam. Angka itu hanya berbeda satu pence atau sekitar Rp 77,65, lebih rendah dari upah seorang barista di Pret A Manger, kedai kopi Inggris.
Dengan kualifikasi seperti itu dan memiliki tugas menyelamatkan jiwa, BMA menilai para dokter, meski yunior, tidak layak mendapatkan upah dengan nilai yang sangat minim. Apalagi, menurut BMA, sejak tahun 2008-2009, dokter yunior di seluruh Inggris mengalami penurunan kualitas hidup setara dengan pemotongan 26 persen gaji mereka.
Kalangan pendidik juga mengalami hal yang serupa dengan rekan-rekannya yang lain. Emmanuel Adebayo (36), guru sekolah dasar di London timur, mengatakan, dengan upah yang diterimanya sekarang ini sulit bagi dia untuk hidup layak.
”Saya telah mempertimbangkan untuk berhenti mengajar, tetapi saya mencintai pekerjaan ini. Itulah mengapa saya di sini hari ini, untuk memastikan bahwa segalanya menjadi lebih baik bagi guru lain yang akan datang,” katanya dalam pertemuan besar para guru yang mogok di pusat kota London.
Pemimpin Serikat Pendidikan Nasional Mary Bousted dan Kevin Courtney sebelumnya mengancam akan meningkatkan aksi mereka jika pemerintah gagal menawarkan kompensasi yang lebih baik.
Dalam pandangannya, para menteri di kabinet Sunak tidak tertarik memberikan kenaikan gaji yang layak bagi para pekerja layanan publik.
Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt, dalam sebuah wawancara dengan BBC, menyatakan bahwa pemerintah bersedia menawarkan lebih untuk memenuhi tuntutan para petugas layanan publik. Akan tetapi, Hunt juga menyebut bahwa kenaikan upah juga akan membuat inflasi bertahan.
”Kami bersedia menawarkan lebih banyak, tetapi kami tidak akan melakukan apa pun yang menyebabkan inflasi bertahan karena itu berarti kami masih akan melakukan pemogokan ini dalam waktu satu tahun,” katanya. (AFP/REUTERS)