Pemerintah AS meyakinkan semua nasabah SVB bahwa mereka akan bisa mengakses uang simpanan mereka. Namun, langkah itu terbatas dan tidak mengorbankan uang pembayar pajak.
Oleh
LUKI AULIA, SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
London, Senin - Untuk mencegah potensi krisis perbankan akibat kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) , pemerintah Amerika Serikat dan Inggris mengambil langkah khusus. Regulator perbankan di AS sepanjang akhir pekan berjuang keras menemukan pembeli SVB yang memiliki aset sekitar 200 miliar dollar AS. Upaya itu tampaknya gagal.
Meski demikian, Pemerintah AS tetap meyakinkan semua nasabah bank itu bahwa mereka akan bisa mengakses uang simpanan mereka pada Senin (13/3/2023) waktu setempat. Jaminan itu merupakan bagian dari program pinjaman darurat ekspansif untuk mencegah krisis yang mengancam stabilitas sistem perbankan dan perekonomian secara keseluruhan.
Bank of England dan Kementerian Keuangan Inggris, Senin (13/3), juga bergerak cepat memfasilitasi penjualan anak perusahaan SVB yang berbasis di London kepada HSBC, bank terbesar di Eropa. Langkah itu untuk menjamin keamanan deposito 8,1 miliar dollar AS. Meski SVB cabang Inggris relatif kecil, kurang dari 0,2 persen dari total simpanan bank Inggris, bank ini berperan besar dalam teknologi pembiayaan dan perusahaan rintisan biotek yang diandalkan Pemerintah Inggris untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
”Perusahaan yang masih berusia muda, meski menjanjikan, juga rapuh. Mereka harus membayar gaji karyawan dan khawatir tidak bisa mengakses rekening bank mereka,” kata Kepala Departemen Keuangan Inggris Jeremy Hunt.
Meski demikian, Hunt menegaskan, tidak ada risiko sistematik pada sistem perbankan Inggris akibat kegagalan SVB. Sebaliknya, regulator perbankan di AS bergegas menutup SVB ketika mengalami kegagalan karena deposan bergegas menarik dana mereka sekaligus.
Kasus yang kini dihadapi SVB merupakan kasus kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS setelah kasus yang menimpa Lehman Brothers pada tahun 2008. Selain SVB, Signature Bank di New York juga gagal dan disita pada Minggu (12/3). Dengan aset sekitar 110 miliar dollar AS, Signature Bank menjadi contoh kegagalan bank terbesar ketiga dalam sejarah AS. Untuk menopang kepercayaan publik pada sistem perbankan, Departemen Keuangan, bank sentral AS, dan lembaga penjamin deposit federal mengumumkan semua klien SVB akan dilindungi dan dapat mengakses uang mereka.
”Langkah ini untuk memastikan sistem perbankan AS menjalankan peran utamanya melindungi simpanan dan menyediakan akses kredit ke rumah tangga dan bisnis,” sebut ketiga lembaga itu dalam pernyataan bersama.
Akses
Dari rencana itu, deposan di SVB dan Signature Bank akan bisa mengakses uang mereka pada, Senin (13/3). Jaminan perlindungan ini, yang sudah dilakukan bank sentral selama beberapa dekade terakhir, adalah memberikan pinjaman secara bebas ke sistem perbankan sehingga pelanggan yakin mereka akan bisa mengakses rekening mereka kapan pun dibutuhkan.
Meski langkah yang dilakukan AS itu merupakan intervensi pemerintah yang paling ekstensif dalam sistem perbankan sejak krisis keuangan 2008, tindakan itu relatif terbatas jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan 15 tahun lalu. Kedua bank yang gagal itu belum diselamatkan dan uang pembayar pajak belum diberikan kepada mereka.
Sejumlah eksekutif di Silicon Valley khawatir jika pemerintah tidak menyelamatkan SVB dan Signature Bank, pelanggan akan lari ke lembaga keuangan lain dalam beberapa hari ke depan. Harga saham jatuh selama beberapa hari terakhir di bank lain yang melayani perusahaan teknologi, termasuk First Republic dan PacWest Bank.
Para nasabah bank itu datang dari aneka ragam perusahaan. Di antara perusahaan-perusahaan itu ada perusahaan anggur California yang mengandalkan SVB untuk mendapatkan pinjaman dan perusahaan rintisan teknologi untuk memerangi perubahan iklim.
”Saya harus membayar karyawan dari rekening bank pribadi saya yang terbatas. Bisnis kecil dan rintisan seperti kami tidak punya banyak akses untuk mendapatkan bantuan keuangan. Kami sering berada di posisi rentan,” kata Tiffany Dufu, pendiri dan CEO The Cru, sebuah platform dan komunitas pelatihan karier untuk perempuan yang berbasis di New York, AS.
Terkait kebangkrutan tiga bank di AS, ungkapan yang paling tepat adalah para bankir di tiga bank tersebut tidak kapok. Peristiwa yang menimpa SVB, salah satu bank yang bangkrut, sangat jelas menunjukkan ketidakpedulian akan risiko bisnis perbankan. SVB bahkan bisa mengubah peraturan demi kelancaran bisnisnya yang sarat risiko.
SVB, yang fokus memberikan pinjaman untuk perusahaan-perusahaan rintisan (start up) sejak 1980-an, kehabisan dana simpanan setelah para deposan—mayoritas pekerja perusahaan teknologi dan perusahaan dengan dukungan modal ventura—mulai menarik uang mereka karena khawatir dengan kondisi bank itu. Pada Jumat (10/3), regulator perbankan AS menyita aset SVB.