China tidak mau isu pelanggaran kedaulatan dibiarkan. China ingin perang dihentikan. Di sisi lain. China tidak mau Rusia kalah total sehingga Beijing kehilangan mitra strategis.
Oleh
KRIS MADA
·6 menit baca
ANTON NOVODEREZHKIN, SPUTNIK, KREMLIN POOL PHOTO VIA AP
Presiden Rusia Vladimir Putin menerima Kepala Kantor Kebijakan Luar Negeri Partai Komunis China Wang Yi, Rabu (22/2/2023), di Moskwa, Rusia.
Meski bisa menguntungkannya, China amat berkepentingan agar perang Ukraina segera berakhir. Disambut pihak yang langsung berhadapan di medan laga, usulan perdamaian China atas perang itu ditanggapi dingin oleh pihak yang terlibat secara tidak langsung di perang Ukraina.
Usulan perdamaian yang dikeluarkan China pada 24 Februari 2023 adalah salah satu upaya itu. Meski punya catatan masing-masing pada usulan itu, Ukraina dan Rusia bersedia membahas usulan tersebut. Bahkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ingin membahas usulan itu dengan Presiden China Xi Jinping. Zelenskyy terutama menerima prinsip penghormatan kedaulatan negara lain yang dijadikan poin pertama usulan Beijing. “China menghormati keututan wilayah dan karena itu perlu sekuatnya mengusahakan Rusia meninggalkan wilayah kami,” kata Zelenskyy.
Kyiv memandang Beijing potensial menjadi penahan Moskwa bertindak lebih lanjut. Di poin 7 usulannya, China menekankan soal pelindungan fasilitas nuklir untuk tujuan damai dan pentingnya menghindari bencana nuklir. Salah satu yang dikhawatirkan banyak pihak dari perang Ukraina adalah perang itu memicu bencana atau penggunaan senjata nuklir.
Dalam proposal itu, China juga meminta baku tembak segera dihentikan. “Sikap China mirip dengan ASEAN,” kata peneliti senior Institute of Security and International Studies pada Chulalongkorn Kavi Chongkittavorn, tulisnya di Bangkok Post. Hampir semua sikap China soal Ukraina telah lebih dulu disampaikan ASEAN dalam berbagai kesempatan. Sejak awal perang, ASEAN telah mendorong gencatan senjata dan perundingan untuk mengendalikan permusuhan itu.
ASEAN, dan kini China, menolak mengecam atau sanksi. Sebab, ASEAN juga China memandang kedua manuver itu terbukti tidak pernah menyelesaikan masalah. Perekonomian Rusia bertahan lebih baik dari perkiraaan, meski Rusia menjadi negara paling banyak dikenai sanksi.
Peneliti pada Akademi Ilmu Sosial China Zhang Hong mengatakan, sikap China mempertimbangkan keprihatinan Rusia dan Ukraina. “Arah konflik tergantung apakah kedua belah pihak berkonflik mau percaya kepada penengah untuk menyelesaikan persoalan atau tidak,” ujarnya sebagaimana dikutip Global Times.
AP PHOTO/ANUPAM NATH
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba (tengah) meninggalkan lokasi KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, Rabu (9/11/2022). Perang di Ukraina juga akan menjadi salah satu topik pembicaraan hangat para pemimpin negara ASEAN.
Seperti Kavi, Zhang menyoroti fakta perang Ukraina bukan sebatas baku tembak Kyiv-Moskwa. Meski ditolak, perang itu jelas melibatkan Amerika Serikat dan sekutunya secara mendalam. Tanpa pasokan persenjataan besar-besar dari Washington dan sekutunya, sulit bagi Kyiv terus bertahan sampai sekarang. “Meski tidak ada angka pasti, korban di kedua belah pihak jelas amat besar,” kata dia.
Penolakan
Beberapa jam selepas usulan itu diungkap China, AS dan sejumlah sekutunya langsung menolak. Alasan utamanya, karena China tidak mau mengecam Rusia yang menyerbu Ukraina. China dianggap berpihak kepada penjajah. Karena itu, China dianggap tidak berhak menjadi penengah dari perang itu.
Sosiolog Slovenia Tomaz Mastnak mengatakan, keterlibatan AS dan sekutunya di perang itu amat jelas. Apalagi, kini AS salah satu dari amat sedikit negara yang diuntungkan perang itu. Sementara Eropa secara umum justru terpukul oleh perang itu. Karena itu, dapat dipahami bila AS segera menolak usulan perdamaian yang imparsial dalam perang Ukraina.
Mantan Duta Besar AS di Berlin Richard Grenell mengatakan, usulan China memang berbeda dari AS dan sekutunya. Washington lebih sibuk memikirkan cara memasok lebih banyak senjata dibandingkan mencari cara mengakhiri perang secepatnya. “Pagi sampai pagi, mereka (AS) cuma memikirkan cara memberi bantuan militer ke Ukraina,” kata dia.
Peneliti pada Africa Policy Institute, Lewis Ndichu, mengatakan bahwa penolakan pada usulan China semata karena AS dan sekutunya tidak suka China lebih berperan di panggung internasional. Meski solusi mereka salah dan China bisa jadi benar, Barat tidak mau jika China yang lebih diterima komunitas internasional.
Pengamat di Singapura Ang Teck Sin mengatakan, tidak salah jika ada anggapan AS dan sebagian sekutunya justru mau perang Ukraina berkepanjangan. Sebab, AS telah mendapat banyak manfaat ekonomi dari perang itu.
Tidak Jalan
Peneliti pada Carnegie Endowment for International Peace Alexander Gabuev menyebut, China sangat paham obsesi Presiden Rusia Vladimir Putin, semangat juang Ukraina, dan keterlibatan Barat di perang itu. Karena itu, ia ragu proposal China akan bisa diwujudkan atau sekadar dijalankan. “Proposal itu tidak lebih dari kerangka kerja, menunjukkan sikap,” ujarnya.
AFP/ANATOLII STEPANOV
Prajurit Ukraina di Kharkiv pada 2 Maret 2023. Setelah lebih dari setahun, belum ada tanda perang Ukraina akan selesai.
Peneliti senior United States Institute of Peace (USIP) Andrew Scobell menyebut, Beijing berusaha menunjukkan posisi sebagai negara yang tidak berpihak. Sudah berbulan-bulan China mendorong dialog Rusia-Ukraina dan meminta semua pihak sekuat mungkin menahan diri. Proposal akhir Februari 2023 hanya merangkum semua sikap China soal perang Ukraina.
Sayangnya, usulan itu sulit diwujudkan. Pertama, Ukraina sekali pun menganggap China berpihak dalam perang itu. Kyiv dan sekutunya menganggap Beijing terlalu berpihak pada Moskwa. Sebab, seperti banyak negara di Asia dan Afrika, China menolak mengecam dan menyanksi Rusia.
Alasan kedua, tidak ada indikasi China akan benar-benar mewujudkan usulan damainya. Usulan perdamaian dianggap hanya sebagai penggugur kewajiban. Dengan mengeluarkan 12 usulan perdamaian, China hendak menunjukkan diri sebagai kekuatan besar yang bertanggung jawab.
Sementara pengajar Nanyang Technological University Singapura Li Mingjiang mengatakan, proposal itu salah satu cara China mendekati lagi Uni Eropa. Perang Ukraina semakin memperburuk hubungan Beijing-Brussels. China tidak bisa sekaligus menanggung hubungan buruk dengan AS dan UE. “Kini, mereka (China) mau melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu,” kata dia kepada Financial Times.
Seperti Scobell, Li juga belum melihat langkah konkret China untuk menyelesaikan perang Ukraina. Padahal, China perlu menunjukkan langkah itu kepada mitranya. Kalau pun tidak ikut mengecam dan menyanksi, setidaknya China menunjukkan komunikasinya dengan Ukraina. “China perlu menunjukkan peningkatan komunikasinya dengan Ukraina,” kata dia. Proposal itu menunjukkan upaya China menjaga keseimbangan. Di satu sisi, China ingin perang dihentikan. Di sisi lain. China tidak mau Rusia kalah total sehingga Beijing kehilangan mitra strategisnya.
AFP/GIORGIO VIERA
Warga Florida, Amerika Serikat mengikuti peringatan setahun perang Ukraina pada 24 Februari 2023.
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan, Xi bisa disebut satu-satunya orang yang berpotensi didengar Presiden Rusia Vladimir Putin. Karena itu, China perlu diberi kesempatan menjalankan perannya sebagai juru damai di Ukraina.
Mantan Duta Besar RI di Kyiv Yuddy Chrisnandi mengatakan, China amat berkepentingan agar perang Ukraina segera diakhiri. Pertama, China tidak mau isu pelanggaran kedaulatan dibiarkan. Sebab, hal itu bisa memukul balik narasi China soal Taiwan. Kedua, China tidak mau kehilangan mitra yang menghasilkan surplus di neraca pembayaran. Dari 686 miliar dollar AS surplus perdagangan China pada 2021, 604 miliar dollar AS didapat dari AS dan UE. Sisanya dari ratusan negara lain. Sementara dengan Rusia, neraca selalu defisit miliaran dollar AS per tahun.
“Meski hubungan dagang kadang tidak selaras dengan hubungan politik, keduanya bisa saling memengaruhi. Jika dipandang terus membiarkan perang berlanjut, China akan dikenai berbagai sanksi yang berujung pada pengurangan surplus perdagangannya dengan AS dan Uni Eropa,” kata dia.