Rusia Sambut Usulan Damai China, Isu Aneksasi dan Penarikan Pasukan Bisa Jadi Pengganjal
China mengusulkan 12 poin untuk perdamaian atau gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Rusia menyambut baik inisiatif China itu, tetapi masih perlu pikir-pikir dulu dan menanti rincian usulan perdamaian dari China.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
MOSKWA, SELASA — Tawaran perdamaian atau setidaknya gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina dari China mendapat respons positif dari Pemerintah Rusia. Hanya saja, Kremlin merasa perlu mempelajari rincian rumusan usulan China itu terlebih dahulu dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang berbeda.
Proses tersebut akan berlangsung sangat panjang dan intens sehingga penyelesaian konflik secara damai kemungkinan besar tidak akan tercapai dalam waktu dekat. Ukraina juga menyambut baik usulan China, tetapi semua proses menuju damai itu baru bisa dimulai jika pasukan Rusia ditarik seluruhnya keluar dari Ukraina.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Selasa (28/2/2023), dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan bahwa suara China harus didengar dan Rusia akan selalu mendengar setiap upaya mencapai penyelesaian damai. Meski demikian, lanjut Peskov, rincian rumusan usulan perdamaian itu penting untuk dicermati.
Sehari sebelumnya, Peskov juga mengeluarkan komentar mengenai proposal damai dari China. ”Kami sangat memperhatikan rencana teman-teman kami dari China, tetapi tentu saja rinciannya perlu dianalisis cermat. Untuk saat ini, kami tidak melihat adanya kondisi apa pun yang bisa membawa ke perdamaian,” kata Peskov kepada wartawan di Moskwa, Senin (27/2/2023).
China berusaha memosisikan diri sebagai pihak netral dalam konflik Rusia-Ukraina sambil tetap mempertahankan hubungan dekat dengan Moskwa. Rusia merupakan sekutu strategis Beijing. China, pekan lalu, menyerukan perdamaian dengan merilis 12 poin usulan untuk mengakhiri perang di Ukraina, termasuk usulan menghormati kedaulatan teritorial semua negara.
Kementerian Luar Negeri Rusia, Jumat (24/2/2023), berterima kasih atas upaya China. Namun, mereka menegaskan bahwa setiap penyelesaian konflik diperlukan untuk mengakui kendali Rusia atas empat wilayah Ukraina. Rusia mengklaim telah menganeksasi wilayah Donetsk, Lugansk, Zaporizhia, dan Kherson meski belum menguasainya sepenuhnya.
Menanggapi usulan China, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Ukraina perlu bekerja sama dengan China karena dalam usulan itu terlihat China menghormati integritas teritorial Ukraina. Hanya saja, ia menegaskan kembali bahwa tidak akan ada perdamaian di Ukraina jika pasukan Rusia tidak ditarik seluruhnya dari wilayah Ukraina. Zelenskyy meyakini, Rusia jelas tidak mau melakukan hal tersebut.
”Saya benar-benar ingin kami menang tahun ini. Kami memiliki segalanya, motivasi, kepercayaan diri, teman, dan diplomasi,” tulis Zelensky dalam unggahannya di Telegram, Senin (27/2/2023).
Proposal damai dari Beijing keluar menyusul tuduhan dari Amerika Serikat bahwa China sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai Rusia. Tuduhan ini dibantah China yang menegaskan pihaknya hanya ingin mengupayakan dialog dan perdamaian untuk Ukraina.
Proposal damai dari Beijing keluar menyusul tuduhan dari Amerika Serikat bahwa China sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai Rusia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan bahwa China sudah melakukan kontak dengan semua pihak dan posisi pihaknya jelas ada di tengah-tengah. Usulan China itu tidak mendapat respons positif dari aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Hubungan antara China dan Rusia kian dekat. Bahkan, Presiden China Xi Jinping direncanakan mengunjungi Rusia dalam waktu dekat. ”Saya benar-benar ingin mempercayai bahwa China tidak akan memasok senjata ke Rusia,” kata Zelensky yang juga berencana bertemu dengan Xi untuk membahas usulan China.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Minggu (26/2/2023), menegaskan bahwa, jika China membantu Rusia dengan persenjataan, akan ada risiko besar. Dari sudut pandang AS, sebenarnya perang ini menempatkan China pada posisi yang tidak mengenakkan dan China harus membuat keputusan sendiri mau berpihak ke mana.
Ketika AS berbicara dengan China, AS tidak mengancam China secara langsung, tetapi memaparkan taruhan dan konsekuensinya. ”Tetapi, jika China memilih membantu Rusia, China akan rugi besar. Saya kira para pemimpin China sedang mempertimbangkan hal itu saat ini,” kata Sullivan kepada CNN.
Komentar Sullivan tersebut muncul setelah AS mengklaim memiliki informasi intelijen bahwa pemerintahan China sedang mempertimbangkan untuk memberikan Rusia pesawat tanpa awak dan amunisi. Sampai saat ini belum ada keputusan dari China karena masih ada perundingan antara Rusia dan China mengenai harga dan persenjataan yang akan diberikan.
Sejak menyerang Ukraina, Rusia sudah berulang kali meminta pesawat tanpa awak dan amunisi dari China. Selama beberapa bulan terakhir, para pemimpin China dikabarkan intens berdebat untuk mengirimkan bantuan ke Rusia atau tidak. (REUTERS/AFP)