AS-Korsel-Jepang Bersatu Menekan Korut
Semenanjung Korea kembali riuh. Korut mengujicoba rudal balistik antarbenua lagi. Lalu Korsel dan AS meresponnya dengan latihan udara bersama di kawasan yang sama.
Kawasan Semenanjung Korea kembali memanas. Korea Utara kembali melakukan uji coba peluru kendali balistik antarbenua Hwasong-15. Korea Selatan dan Amerika Serikat juga latihan militer bersama lagi di wilayah Korea Selatan. Korea Utara beralasan uji coba rudal itu harus dilakukan sebagai bentuk peringatan kepada Washington dan Seoul.
Sementara AS dan Korsel juga merasa perlu melakukan latihan militer bersama lagi sebagai bentuk ancang-ancang persiapan menghadapi ancaman dari Korut. Menambah keriuhan suasana, Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa bersama dengan Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Korsel Park Jin akan bekerja sama dalam upaya diplomatik untuk mencapai denuklirisasi Korut sepenuhnya.
Baca juga: Semenanjung Korea, Ajang Ketegangan
Kantor berita Korut, KCNA, Minggu (19/2/2023), menyebutkan latihan “kejutan” yang berhasil itu menunjukkan kemampuan Korut untuk melancarkan "serangan balik nuklir yang fatal". Korsel dan AS kemudian merespon uji coba rudal Korut itu dengan mengadakan latihan udara bersama dengan mengerahkan pesawat pengebom strategis jarak jauh B-1B AS dan pesawat jet tempur siluman. Pemimpin Korut, Kim Jong Un, memerintahkan latihan peluncuran mendadak itu pada pukul 8 pagi, Sabtu lalu. Rudal yang diujicoba adalah rudal Hwasong-15 yang pertama kali diujicoba pada tahun 2017.
Militer Korsel mendeteksi adanya peluncuran rudal itu dan menurut Jepang rudal itu terbang selama 66 menit sebelum kemudian jatuh di zona ekonomi ekslusif Jepang. Menurut perhitungan Korsel, rudal itu mampu mencapai wilayah daratan AS.
KCNA menyebutkan peluncuran itu dirancang untuk memverifikasi keandalan senjata dan kesiapan tempur kekuatan nuklir Korut. Rudal itu ditembakkan pada sudut tinggi dan mencapai ketinggian maksimum sekitar 5.770 kilometer dan terbang dengan jarak sekitar 990 kilometer selama 67 menit sebelum secara akurat mengenai area yang sudah ditentukan sebelumnya di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Peluncuran yang berhasil ini bukti nyata dari kapasitas serangan balik nuklir yang fatal dari Korut terhadap pasukan musuh,” kata Kim. Hwasong-15 adalah salah satu dari tiga ICBM yang dimiliki Korut. Semuanya menggunakan propelan cair yang memerlukan injeksi pra-peluncuran dan tidak dapat terus menggunakan bahan bakar untuk waktu yang lama. Korut mendorong pengembangan ICBM berbahan bakar padat, yang akan lebih mobile dan lebih sulit dideteksi sebelum diluncurkan.
“Kim Jong Un kemungkinan telah menentukan keandalan teknis dari kekuatan ICBM propelan cair negara sudah cukup diuji dan dievaluasi dan sekarang sepertinya memungkinkan untuk melakukan uji coba semacam itu dengan lebih rutin,” kata Ankit Panda, pengamat dari Carnegie Endowment for International Peace.
Baca juga: ”Simpanan” Rudal Korea Utara Masih Banyak
Ahli rudal di Korea Aerospace University di Korsel, Chang Young-keun, menilai Korut tampaknya telah meluncurkan versi perbaikan dan peningkatan dari ICBM Hwasong-15. Chang mengatakan informasi yang diberikan Korut menunjukkan rudal itu kemungkinan akan memiliki jangkauan potensial yang lebih jauh ketimbang Hwasong-15 yang standar.
Korsel pun menyatakan latihan udara bersama AS berjalan sukses dan menunjukkan penyebaran aset pencegahan AS yang tepat waktu dan dalam waktu cepat ke Semenanjung Korea. Ini dinilai Korsel sebagai kekuatan yang luar biasa dari sekutu. Mantan analis Badan Intelijen Pusat (CIA) AS, Soo Kim, menilai uji coba rudal Korut itu menjadi cara Kim untuk memberitahu Korsel dan AS bahwa Korut selalu mengasah kemampuan rudal balistiknya dan siap kapan pun saja.
“Persenjataan itu tidak hanya mereka pajang tetapi betul-betul diluncurkan untuk mengintimidasi sekutu,” ujarnya. Tetapi ia menilai Korut masih membutuhkan waktu lama untuk betul-betul siap menyerang karena proses persiapan sampai pada peluncurannya membutuhkan waktu sampai sembilan jam. Ini dihitung dari mulai keluarnya perintah Kim sampai waktu peluncuran.
Dalam pernyataan tertulis, Kim Yo Jong, adik perempuan Kim, menuding Korut dan AS terang-terangan menunjukkan keserakahan dan berusaha menancapkan dominasi dan militer di Semenanjung Korea. Justru AS dan Korsel yang menghancurkan stabilitas kawasan. “Saya peringatkan, kami akan mengawasi setiap gerakan musuh dan melakukan tindakan balasan yang kuat dan luar biasa terhadap setiap gerakan yang memusuhi kami,” ujarnya.
Baca juga: Nuklir, Kekuatan yang Melemahkan Korea Utara
Menurut Soo, tindakan apapun yang dilakukan AS dan Korsel -betapapun dibenarkan dari sudut pandang pertahanan dan pencegahan terhadap perilaku sembrono Korut- pasti akan ditafsirkan dan diprotes oleh Korut sebagai tindakan permusuhan.
“Akan selalu ada alasan untuk provokasi senjata Kim Jong Un. Dengan membawa senjata nuklir dan telah menguasai seni pemaksaan dan intimidasi, Kim tidak membutuhkan ‘pertahanan diri’. Tetapi mengadu domba AS dan Korsel sebagai agresor memungkinkan Kim untuk membenarkan pengembangan senjatanya,” ujarnya.
Hubungan antara kedua Korea saat ini sudah berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun, terutama setelah Korut menyatakan dirinya sebagai negara nuklir yang "tidak dapat diubah" dan Kim yang menyerukan peningkatan "eksponensial" dalam produksi senjata, termasuk nuklir taktis.
Merespon itu, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol berusaha meningkatkan kerja sama dengan AS, berjanji untuk memperluas latihan militer bersama, dan meningkatkan tawaran pencegahan yang diperpanjang AS, termasuk dengan aset nuklir. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson mengatakan AS akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keamanan AS, Korsel, dan Jepang. Dewan Keamanan Nasional Korsel juga akan memperkuat kapasitas respon yang luar biasa terhadap potensi agresi Korut bekerja sama dengan AS. Militer Korsel dan AS berencana mengadakan latihan di atas meja minggu ini untuk mengasah tanggapan bersama terhadap potensi penggunaan senjata nuklir oleh Korut. Selain itu akan dilakukan juga latihan simulasi komputer bersama dan pelatihan lapangan pada Maret mendatang.
Menlu Jepang Hayashi Yoshimasa bersama dengan Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Korsel Park Jin sepakat meningkatkan kerja sama trilateral dan bertukar pandangan yang mendalam tentang mobilisasi pasukan Korea era kolonial Jepang. Ketiganya bertemu di sela-sela konferensi keamanan di Jerman, Sabtu. Kemlu Korsel menyebut ini titik penting dalam upaya meningkatkan hubungan mereka. Korsel dan Jepang sama-sama sekutu utama AS, tetapi masih ada urusan mengganjal diantara mereka berdua sejak masa pendudukan kolonial Jepang di Semenanjung Korea (1910-1945). Keduanya kini bersatu dan mulai mengeksplorasi cara memperkuat kerja sama keamanan gara-gara Korut kian gencar melakukan uji coba rudal. (REUTERS/AFP/AP)