Pada akhir Januari 2023, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan 18.000 warga sipil tewas atau terluka dalam pertempuran, tetapi jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
Tanggal 24 Februari 2023, atau sekitar sepekan lagi, menandai tepat setahun perang Ukraina-Rusia. Kala Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi pada 24 Februari 2022, ia memulai perang yang menewaskan ratusan ribu orang, memorakporandakan kota-kota, dan melemahkan perekonomian global. Perang yang diprediksi Putin hanya bakal beberapa jam, telah berlangsung hingga setahun dan belum kelihatan akhirnya.
Setahun berlalu, aneka data terkait dampak perang telah bermunculan. Kantor berita Agence France Presse (AFP), Selasa (14/2/2023), mengompilasi statistik sejumlah hal terkait perang. Berdasarkan perkiraan terbaru dari Norwegia, perang telah menewaskan atau melukai 180.000 tentara Rusia dan 100.000 tentara Ukraina. Sumber Barat lain memperkirakan, korban jatuh di kedua pihak masing-masing sekitar 150.000 orang. Sebagai perbandingan, sekitar 15.000 tentara Uni Soviet tewas dalam pertempuran di Afghanistan tahun 1979-1989.
Tentara Ukraina kerap menggunakan istilah ”umpan meriam” untuk menggambarkan bagaimana tentara Rusia menemui ajal di garis depan pertempuran. Banyak di antara mereka peserta wajib militer yang tidak terlatih, terutama menghadapi pasukan Ukraina yang bertekad mempertahankan negaranya. Lainnya adalah tentara bayaran yang direkrut Rusia menjadi jajaran kelompok milisi Wagner.
Saat pasukan Moskwa mengambil alih kota Mariupol di selatan Ukraina pada akhir Mei 2022 setelah bombardir besar-besaran selama tiga bulan, Kyiv menyebut sedikitnya 20.000 warga sipil Ukraina tewas. Sumber Barat mengungkap angka lebih besar, sebanyak 30.000-40.000 orang. Pada akhir Januari 2023, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan 18.000 warga sipil tewas atau terluka dalam pertempuran, tetapi jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi.
Garis depan pertempuran aktif dari utara ke selatan Ukraina kini terbentang sepanjang 1.500 kilometer, menurut Valery Zaluzhny, komandan pasukan Ukraina. Di antara medan perang yang paling panas adalah kota Bakhmut, yang dijuluki ”neraka di dunia” oleh tentara Ukraina. Di kota itu, tentara Rusia dan tentara bayaran Wagner terus-menerus merangsek maju dalam beberapa pekan terakhir.
Belasan ribu warga sipil masih tinggal di Bakhmut. Mereka berlindung di ruang bawah tanah tanpa air bersih atau listrik. Sesekali mereka harus bertaruh nyawa kala berusaha keluar untuk mencari udara segar, makanan, air, dan bahan bakar. Pasukan Rusia kini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina, menurut data Institute for the Study of War yang berbasis di Amerika Serikat.
Sekitar 65.000 dugaan kejahatan perang telah dilaporkan sepanjang jalannya pertempuran. Demikian laporan dari komisioner pengadilan Uni Eropa, Didier Reynders. Penyelidik PBB menuding Rusia melakukan kejahatan perang dalam skala masif di Ukraina, seperti pengeboman, eksekusi, penyiksaan, dan kejahatan seksual. Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) meluncurkan investigasi kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan tahun 2022. Namun, ICC tidak bisa menuntut Rusia dan Ukraina atas tuduhan itu karena keduanya bukan anggota ICC.
Kyiv menuding Moskwa memaksa deportasi lebih dari 16.000 anak ke Rusia atau wilayah yang dikuasai separatis dukungan Moskwa. Sebaliknya, beberapa lembaga swadaya masyarakat mengecam Ukraina karena melanggar hak tahanan perang Rusia, tetapi dalam skala yang lebih kecil.
Di antara medan perang yang paling panas adalah kota Bakhmut, yang dijuluki ’neraka di dunia’ oleh tentara Ukraina.
Selain banyaknya jumlah korban, kota-kota dengan segala infrastrukturnya pun banyak yang hancur, terutama di wilayah Ukraina timur. Bangunan di berbagai kota dan desa rata dengan tanah. Kyiv School of Economics pada Januari 2023 memperkirakan, perlu dana hingga 138 miliar dollar AS untuk menggantikan semua infrastruktur yang hancur akibat perang.
Sekitar 3.000 sekolah dan 239 situs budaya juga terdampak perang. Membangun kembali Ukraina setelah invasi Rusia diperkirakan bisa menelan biaya hingga 349 miliar dollar AS, berdasarkan kajian bersama Pemerintah Ukraina, Komisi Eropa, dan Bank Dunia. Negara yang terkenal dengan ekspor serealia dan minyak bunga matahari ini mengalami kerugian hingga 34 miliar dollar AS hanya dari sektor pertanian.
Lebih dari 8 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan tanah air mereka sejak pecah perang, berdasarkan data Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Ini merupakan krisis pengungsi terbesar Eropa sejak Perang Dunia II. Polandia, tetangga Ukraina, menerima pengungsi paling banyak, mencapai 1,5 juta orang. Lebih dari 5 juta orang juga terpaksa mengungsi di dalam negeri. Moskwa menyebut, sebanyak 5 juta orang lainnya juga mengungsi ke Ukraina meski Kyiv menuding Rusia melakukan ”evakuasi paksa”.
Seiring perang berlangsung dalam hampir setahun terakhir, survei lembaga Ipsos menemukan, opini publik global tentang perang ini tak banyak berubah. Hampir dua pertiga (64 persen) responden di 28 negara yang disurvei masih mengikuti dari dekat berita-berita tentang perang ini. Survei Ipsos dilaksanakan pada 25 November 2022 hingga 9 Desember 2022 terhadap 19.003 orang dewasa berusia di bawah 75 tahun.
Sebagian besar warga di setiap negara setuju bahwa negara mereka harus mendukung kedaulatan sebuah negara yang diserang. Jumlahnya mencapai 70 persen secara global. Namun, mereka juga mendukung negaranya agar menghindari keterlibatan secara militer dalam perang Ukraina-Rusia (70 persen).
Meski demikian, survei itu menunjukkan adanya risiko kelelahan. Di level global, semakin sedikit orang yang setuju negara mereka harus menerima pengungsi Ukraina (66 persen). Semakin banyak pula yang menyebut persoalan Ukraina ”bukan urusan kita dan kita seharusnya tidak ikut campur” (42 persen). (AFP)