Senator AS Pertanyakan Standar Keselamatan Kereta Kimia Ohio
Kecelakaan bisa dihindari jika rangkaian kereta tidak semasif itu. Saat kejadian, rangkaian kereta membentang 2,8 kilometer dengan berat setidaknya 18.000 ton.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Washington, Kamis-Kecelakaan kereta pengangkut bahan kimia di East Palestine, Ohio mulai menarik perhatian parlemen. Senator Marco Rubio dan JD Vance mempertanyakan standar keselamatan kereta itu. Apalagi, ada informasi kereta tersebut terlibat kecelakaan beberapa hari sebelum insiden di East Palestina.
Rubio dan Vance meminta Menteri Perhubungan Amerika Serikat Pete Buttigieg menjelaskan kecelakaan itu dan aturan operasi kereta api. “Tidak masuk akal bertanya apakah awak kereta yang terdiri dari dua pekerja dan seorang pegawai magang mampu mengawasi 150 gerbong,” tulis mereka dalam surat yang dikirimkan pada Rabu (15/2/2023) siang waktu Washington atau Kamis dini hari WIB.
Mereka mengacu pada jumlah gerbong yang ditarik lokomotif milik Norfolk Southern Railways. Pada Jumat (3/2/2023) pagi di East Palestine, 50 dari 150 gerbong itu terguling. Dari 50 gerbong itu, 20 gerbong mengangkut aneka bahan kimia berbahaya. Bahkan, ada bahan yang pernah dipakai sebagai senjata kimia di Perang Dunia I.
Dalam rapat umum warga East Palestina pada Rabu (15/2) malam waktu setempat, warga kembali menyuarakan kecemasan mereka. Warga ragu pada keterangan pemerintah soal keamanan lingkungan selepas kecelakaan itu.
Pemerintah mengklaim air di sekitar lokasi sudah aman. Faktanya, perusahaan pengolah air minum menghentikan layanan. Warga diminta membeli air minum kemasan yang diproduksi sebelum kecelakaan.
Badan Pelindungan Lingkungan Hidup (EPA) AS menyebut, area terdampak seluas 11 kilometer persegi. Sejumlah pakar khawatir, dampak kesehatan akibat kecelakaan itu akan terus ada sampai beberapa tahun mendatang. Sebab, sebagian bahan kimia terserap tanah dan sebagian lagi masuk ke sungai. Bahan kimia yang terserap di tanah dikhawatir akan terus menguap secara perlahan selama beberapa waktu mendatang.
Rubio dan Vance menyoroti peningkatan jumlah kecelakaan kereta dalam beberapa tahun terakhir. Mereka ingin tahu kebijakan Departemen Perhubungan AS untuk mengatasi masalah tersebut. Vance menyebut, kecelakaan itu amat rumit. Pemerintah federal dan negara bagian harus menyelidikinya secara menyeluruh. Fokus penyelidikan ada dua : menemukan penyebab kecelakaan dan memastikan keamanan lingkungan. Pencarian sebab kecelakaan untuk memastikan insiden sejenis tidak terulang lagi.
Badan Nasional Keselamatan Transportasi (NTSB) AS menyebut, hasil penyelidikan akan diketahui pada akhir. Februari 2023. Tim sudah bekerja sejak hari kecelakaan.
Terlalu panjang
Sementara CBS melaporkan, kereta itu jelas bermasalah. Sejumlah pegawai Norfolk Southern menyebut, kecelakaan bisa dihindari jika rangkaian kereta tidak semasif itu. Saat kejadian, rangkaian kereta membentang 2,8 kilometer dengan berat setidaknya 18.000 ton. “Seharusnya tidak boleh ada rangkaian 150 gerbong. Seharusnya ada pembatasan panjang dan bobot rangkaian,” kata seorang pegawai perusahaan itu kepada CBS.
Mereka juga mengungkap, kereta yang sama juga terlibat kecelakaan sebelumnya. Walakin, kecelakaan itu tidak diungkap sampai sekarang. Mantan Kepala Badan Pengatur Perkeretapian (FRA) AS Sarah Feinberg mengatakan, dulu FRA sudah gelisah dengan panjang rangkaian kereta.
Kala itu, panjang rangkaian maksimal 90 gerbong. “Kereta(yang kecelakaan di East Palestine) itu jauh lebih panjang,” kata dia.
Rangkaian panjang memang menguntungkan bagi operator. Akan tetapi, awaknya akan kesulitan mengawasi kereta sepanjang itu. Pemerintah AS mengizinkan operator menarik rangkaian gerbong panjang.
Di AS ada strategi operasi yang dikenal sebagai Precision Schedule Railroading (PSR). Norfolk Southern diketahui mulai menerapkan PSR pada 2019.
Government Accountability Office, lembaga semacam Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di AS, menyimpulkan PSR menyebabkan pengurangan pekerja hingga 28 persen di kalangan operator kereta. Padahal, jumlah rangkaian lebih panjang. “Operator mau mengurangi harga. Saat itu terjadi, biasanya risiko meningkat,” kata Feinberg.
Pendamping Serikat Pekerja Norfolk Southern Jared Cassity mengatakan, pemeriksaan kereta dan gerbong semakin jarang sejak PSR diterapkan. “Ada kemungkinan kereta (yang kecelakaan di East Palestine) tidak diperiksa secara memadai,” kata dia.
Di PSR, waktu pemeriksaan setiap gerbong maksimal 60 detik. Sulit memastikan cara memeriksa 150 gerbong dalam waktu maksimal tiga jam. “Mempertimbangkan panjang, bobot, dan muatannya, kecelakaan itu sudah bisa diperkirakan,” ujarnya.
Ia khawatir, kecelakaan sejenis akan terus terulang di masa depan jika tidak ada perubahan tata kelola. Sebab, perusahaan terus berlomba menarik gerbong lebih banyak dan lebih berat. Sementara waktu pemeriksaan semakin terbatas. (AFP/AP)