Sampai 2016, berbagai pembatasan diberlakukan pada perempuan Arab Saudi dengan alasan perintah agama. Kini, perempuan Arab Saudi tak hanya bisa ke luar rumah sendirian. Mereka juga akan ke luar angkasa.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Awalnya hanya soal izin mendapatkan surat izin mengemudi. Hampir 5,5 tahun kemudian, Arab Saudi memutuskan menyiapkan dua perempuan menuju antariksa. Keputusan itu menunjukkan pemajuan hak perempuan di Arab Saudi terus menghadirkan terobosan.
Pada Minggu (12/2/2023), Arab Saudi mengungkap persiapan pemberangkatan Rayyanah Barnawi dan Mariam Fardous. Barnawi bersama Ali Alqarni dijadwalkan berangkat ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada triwulan II-2023, sementara Fardous dipersiapkan sebagai cadangan bersama Ali Alghamdi.
Dengan pemilihan waktu itu, Barnawi dan Alqarni berpeluang berpuasa atau merayakan Idul Fitri di antariksa. Sebab, triwulan II dimulai pada setiap April dan berakhir pada Juni. Pada April 2023, umat Muslim di bumi menjalankan puasa Ramadhan lalu merayakan Idul Fitri.
Jika terjadi, Barnawi akan menjadi perempuan Muslim pertama yang melewati Ramadhan atau Syawal di antariksa. Kalaupun tidak puasa atau hari raya, Barnawi akan menjadi perempuan Arab pertama yang mencapai antariksa.
Sebelum ini, bangsa-bangsa Timur Tengah mengirimkan pria ke antariksa. Pangeran Sultan bin Salman al Saud menjadi Muslim pertama di antariksa. Pada 1985, kakak tiri Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman itu terbang bersama lima astronot Amerika Serikat dan seorang astronot Perancis. Berselang hampir 40 tahun, Arab Saudi kembali mempersiapkan pengiriman astronot.
Dilaporkan Saudi Press Agency dan Arab News, empat astronot itu berlatih bersama perusahaan Amerika Serikat bernama Axiom Space. Pelatihan itu bagian dari program kerja sama Komite Antariksa Arab Saudi bersama Axiom. Selain melatih, Axiom juga akan menerbangkan Barnawi dan Alqarni ke ISS. Tanggal pasti keberangkatan dan durasi penempatan belum diungkap.
Pemberdayaan perempuan
Saudi Press Agency meleporkan, persiapan dan pemberangkatan Barnawi dan rekannya bagian dari perwujudan Visi 2030. Visi yang penerapannya dipimpin Pangeran Mohammed bin Salman itu bagian dari upaya Arab Saudi menggairahkan perekonomiannya dari sumber selain minyak bumi.
Bentuk perwujudan visinya termasuk pemberdayaan perempuan. Terobosan pertama penerapan visi itu adalah dekrit Raja Salman bin Abdul Azis al Saud pada September 2017. Kala itu, Raja Salman mengumumkan perempuan Arab Saudi bisa memiliki surat izin mengemudi mulai Juni 2018.
Arab Saudi melanjutkan terobosan dengan mengizinkan perempuan bepergian tanpa didampingi kerabat pria. Sampai 2018, setiap perempuan di Arab Saudi harus didampingi kerabat pria jika akan keluar rumah. Orangtua, suami, saudara laki-laki, atau anak harus mendampingi perempuan yang keluar rumah.
Berbagai terobosan itu mempercepat emansipasi perempuan Arab Saudi. Pada akhir 2022, perempuan Arab Saudi mengisi 33 persen pekerjaan di negara itu. Pelibatan perempuan membuat tingkat pengangguran Arab Saudi pada 2022 menjadi yang terendah sepanjang abad ke-21.
Pada 2020, Bank Dunia menempatkan Arab Saudi di peringkat teratas daftar negara-negara yang mempercepat emansipasi perempuan. ”Laporan (Bank Dunia) didasarkan pada pencapaian Arab Saudi dengan ukuran pada tempat kerja, upah, pernikahan, hak menjadi orangtua, kewirausahaan, pensiun, aset, dan kebebasan bergerak,” kata pakar emansipasi Arab Saudi, Maha Akeel, kepada Arab News.
Ia menyoroti berbagai peran publik dan jabatan tinggi di sektor swasta kini diduduki perempuan Arab Saudi. Riyadh menunjuk Reema bin Bandar sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat. Angkatan bersenjata, kepolisian, dan berbagai lembaga Arab Saudi meningkatkan jumlah pegawai perempuan.
Di sektor swasta, perempuan Arab Saudi menjadi pemimpin berbagai perusahaan. Pada akhir 2022, Arab Saudi membuat terobosan untuk menggairahkan bisnis pariwisata di Laut Merah. Bentuknya subsidi pinjaman bagi perempuan yang mau membeli kapal. Fasilitas itu bisa didapat jika perempuan mau menyediakan jasa kapal wisata di Laut Merah.
Laut Merah menjadi salah satu area utama penerapan Visi 2030. Berbagai kawasan proyek sanggraloka dibuat di sana. Arab Saudi mau menjadikan Laut Merah sebagai tujuan wisata kelas dunia dan supermewah.
Akeel mengatakan, keterlibatan perempuan dalam pengembangan bisnis pariwisata hanya salah satu wujud emansipasi. Percepatan emansipasi tidak hanya menguntungkan Arab Saudi. ”Islam juga diuntungkan dengan pemberdayaan yang tetap berdasarkan pada berbagai aturan syariah ini,” katanya.
Sampai 2016, berbagai pembatasan diberlakukan terhadap perempuan Arab Saudi dengan alasan perintah agama. ”Padahal, yang terjadi, pembatasan terjadi karena ada tafsir atas perintah agama. Islam menjadi tercitra sebagai agama yang mengekang perempuan. Sekarang, kondisinya berbeda,” ujarnya.
Kini, perempuan Arab Saudi bukan hanya bisa ke luar rumah sendirian. Perempuan Arab Saudi juga akan mencapai angkasa luar.