Di Turki terdapat 6.500 WNI dan di Suriah 1.557 WNI. Total WNI yang terdampak gempa ini ada 500 orang. Sebanyak 10 orang dikabarkan mengalami luka.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
ANKARA, RABU — Dua warga negara Indonesia ditemukan telah meninggal di antara puing-puing bangunan yang runtuh akibat gempa bermagnitudo 7,8 di Turki. Tim Kedutaan Besar Indonesia di Ankara tengah melakukan proses pemulasaraan. Sementara itu, warga Turki masih menunggu datangnya bantuan setelah dua hari diguncang gempa.
Kabar kematian dua WNI itu disiarkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal pada Rabu (8/2/2023). ”Mereka adalah seorang ibu dan anaknya yang berumur 1 tahun. Mereka tinggal di Kahramanmaras yang merupakan pusat gempa,” tuturnya.
Ia menjelaskan, perempuan itu adalah WNI asal Bali yang menikah dengan warga setempat. Peraturan Indonesia menyebutkan bahwa anak berumur di bawah 18 tahun secara otomatis diperbolehkan memegang paspor Indonesia sehingga KBRI menghitung jumlah korban tewas sebagai dua orang.
Gempa yang melanda Turki adalah gempa dangkal sehingga kerusakan sangat parah. Iqbal mengatakan, setidaknya 10.000 bangunan yang rusak parah. Gempa ini turut mengguncang Suriah dan getarannya dirasakan hingga Lebanon.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha menambahkan, KBRI Ankara telah mengevakuasi 123 orang, termasuk dua warga negara Malaysia dan satu warga negara Myanmar. Mereka semua dibawa ke Ankara untuk sementara ditampung di sana.
Di Turki terdapat 6.500 WNI dan di Suriah ada 1.557 orang. Total WNI yang terdampak gempa ini ada 500 orang. Sebanyak 10 orang dikabarkan mengalami luka dan telah dievakuasi ke Ankara. Adapun dari Suriah belum ada kabar mengenai WNI yang menjadi korban.
Dari Damaskus, Duta Besar Indonesia untuk Suriah Wajid Fauzi mengatakan, tim KBRI menyisir wilayah yang dikuasai oleh Pemerintah Suriah guna mencari jika ada WNI yang terluka. Negara tersebut tengah mengalami perang saudara selama 11 tahun sehingga koordinasi dengan wilayah yang diduduki oleh kelompok pemberontak memerlukan waktu lebih lama.
Dua hari setelah gempa bermagnitudo 7,8 mengguncang Turki bagian tenggara yang berbatasan dengan Suriah, warga mulai mengeluhkan lamanya waktu bantuan tiba. Para korban dan warga terdampak gempa berusaha bertahan di bawah rundungan cuaca beku menunggu makanan, selimut, dan air bersih.
”Ini bukan bencana pertama yang dialami Turki. Sudah dua hari kami sama sekali belum menerima bantuan apa pun, minimal makanan,” kata seorang perempuan bernama Melek (64) dari Antakya.
Dilaporkan, di Antakya dan Kahramanmaras, posko-posko pengungsi penuh sesak. Warga yang tidak tertampung nekat bermalam di trotoar. Mereka membuat tenda seadanya dari karpet, seprai, dan selimut. Ada pula warga yang memarkir mobil di sepanjang jalan dan tidur di dalam kendaraan mereka. Turki masih di tengah musim dingin dengan suhu tercatat minus 7 derajat celsius.
Dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu, gempa ini mengguncang wilayah sepanjang 450 kilometer. Sebanyak 10 provinsi dikategorikan sebagai darurat bencana. Provinsi-provinsi ini adalah Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kahramanmaras yang merupakan pusat gempa, Kilis, Malas, Osmaniye, dan Sanliurfa.
Total ada 23 juta orang terdampak gempa, baik di Turki maupun Suriah. Jumlah korban tewas kini sebanyak 9.600 jiwa. Sebanyak 7.100 jiwa dari Turki dan sisanya dari Suriah. Bahkan, Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa Hans Kluge ketika diwawancara oleh media Sky News mengatakan, bencana di Turki dan Suriah ini adalah darurat level tiga atau yang paling serius.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikabarkan hendak berkunjung ke Kahramanmaras dan Hatay. Ia menghadapi protes di dalam negeri karena dianggap kurang sigap menanggapi bencana tersebut. Padahal, Erdogan akan menghadapi pemilihan umum presiden pada Mei.
”Pemerintah pusat masih menggalang bantuan dan berkoordinasi dengan semua pihak agar bantuan ini tepat guna dan tepat sasaran. Gempa ini tidak hanya yang terburuk yang pernah dialami Turki, tetapi juga di wilayah bumi bagian sini,” kata Erdogan.
Meskipun penyebaran bantuan masih terkendala di Turki karena infrastruktur jalan dan jembatan banyak yang rusak, dunia tidak tinggal diam. Selain ada bantuan dari negara-negara sahabat, komunitas masyarakat sipil juga turun tangan. Dari Amerika Serikat, lembaga swadaya masyarakat Misi Pemberdayaan Global (GEM) berhasil mengumpulkan bantuan senilai 10 juta dollar AS (sekitar Rp 151 miliar) dalam 24 jam yang akan dikirim dengan maskapai Turkish Airlines. Mayoritas penyumbang adalah komunitas Turki-Amerika.
Dinas Pemadam Kebakaran Negara Bagian California mengirim 161 petugas yang berpengalaman menangani gempa. Mereka disertai belasan ekor anjing pencari yang terlatih. Dilansir dari CNN, Meksiko juga mengirim 16 ekor anjing pencari. Anjing-anjing dari unit pencari dan penyelamatan nasional ini dianggap sebagai pahlawan di Meksiko berkat jasa mereka menemukan korban-korban gempa tahun 2017 yang bermagnitudo 7,1. (REUTERS)