Sebagai mitra NATO, Korsel selama ini mengirim bantuan keuangan dan kemanusiaan ke Ukraina. Namun, Seoul memiliki dekrit presiden yang melarang penjualan segala jenis persenjataan ke negara ataupun wilayah berkonflik.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
SEOUL, SENIN — Korea Selatan berjanji terus bekerja sama dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menolong Ukraina. Akan tetapi, belum ada kejelasan dari Gedung Biru apabila Seoul bermaksud secara langsung mengirim persenjataan ke Ukraina seperti yang diminta NATO demi mengalahkan Rusia menjelang hampir genap satu tahun perang antara Rusia dan Ukraina.
”Korea Selatan (Korsel) selalu siap sedia berkoordinasi dengan NATO demi menjaga perdamaian dan kestabilan dunia,” kata Juru Bicara Kantor Presiden Korsel Kim Eun-hye yang dikutip oleh kantor berita nasional Yonhap pada hari Senin (30/1/2023).
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang mengunjungi Seoul selama dua hari. Setelah itu, Stoltenberg akan berangkat ke Jepang. Korsel dan Tokyo adalah negara-negara mitra NATO di Asia.
Tujuan kunjungan Stoltenberg adalah meminta keduanya terlibat lebih aktif untuk membantu Ukraina. Korsel menjadi mitra NATO sejak tahun 2022 ketika Yoon diundang mengikuti rapat NATO pada bulan Juni di Spanyol. Menurut rencana, Yoon menghadiri rapat NATO tahun 2023 di Lituania. Selain itu, Yoon dan Stoltenberg turut membahas pencegahan uji coba rudal dan nuklir Korea Utara serta kestabilan dan keterbukaan Indo-Pasifik.
Selama ini, Korsel mengirim bantuan keuangan dan kemanusiaan ke Ukraina. Seoul memiliki aturan berupa dekrit presiden yang melarang penjualan segala jenis persenjataan ke negara ataupun wilayah yang sedang berkonflik. Bahkan, sejatinya, segala jenis komoditas yang diekspor oleh Korsel dalam dekrit ini dinyatakan tidak boleh mengganggu keamanan, kestabilan, dan perdamaian global ataupun negara atau wilayah tertentu.
Korsel juga salah satu dari 113 negara yang meratifikasi Perjanjian Jual-Beli Senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (ATT) pada tahun 2014. Ini adalah aturan global yang menyatakan bahwa penjualan persenjataan hanya untuk tujuan mempertahankan perdamaian dengan proses yang transparan dan bertanggung jawab.
Walaupun begitu, persenjataan dari Korsel dipakai pada perang Rusia-Ukraina. Misalnya, amunisi dan persenjataan yang Korsel jual ke Polandia kemudian disumbangkan oleh Warsawa ke Kyiv. Bahkan, pada Desember 2022, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) memesan 100.000 amunisi meriam Howitzer berukuran 15 milimeter untuk diberikan ke Ukraina.
”Negara-negara mitra NATO, Jerman dan Norwegia, juga memiliki peraturan serupa Korsel. Akan tetapi, baru-baru ini, mereka bisa mengubahnya karena menghentikan perang dan mencegah tirani berkuasa sangat penting demi perdamaian dunia,” kata Stoltenberg.
Jerman juga memiliki aturan tidak menjual persenjataan kepada negara berkonflik. Bahkan, seluruh senjata buatan Jerman yang dibeli oleh negara lain juga tidak bisa dijual atau dihibahkan ke pihak ketiga tanpa persetujuan Berlin.
Pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz akhirnya menyetujui untuk mengirim 14 tank Leopard 2 ke Ukraina setelah sekian lama didesak oleh NATO. Adapun Norwegia membeli sejumlah Leopard 2 dari Jerman dan dikirim ke Kyiv.
Stoltenberg tidak menyinggung mengenai persenjataan Korsel secara eksplisit. Akan tetapi, berbagai pihak menafsirkan ucapannya agar Korsel mengirim tank K2 Panther buatan mereka ke Ukraina. Ia mengatakan, bantuan keuangan tetap penting, terutama apabila didukung dengan dukungan nyata untuk menghentikan perang. ”Jika Rusia memenangi perang ini, para pemimpin otoriter di negara-negara lain akan mendapat angin,” tuturnya.
NATO menginginkan negara-negara mitra untuk mulai mengirim bantuan persenjataan. Hal ini setelah surat kabar Tokyo Shimbun pada Desember 2022 menerbitkan artikel adanya pengiriman rudal dan roket dari Korea Utara (Korut) melalui jalur kereta api ke Rusia. Intelijen AS kemudian mengonfirmasi hal ini.
”Senjata-senjata dari Korut ini dipakai oleh kelompok tentara bayaran Wagner,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada CNN. Pyongyang membantah hal tersebut melalui kantor berita nasional KCNA.
Sementara itu, kepada kantor berita TASS, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, sumbangan senjata kepada Ukraina ini akan mengeskalasi perang, tetapi tidak menghentikan perang.
Negara anggota NATO yang pertama mengirim tank ke Ukraina adalah Inggris berupa Challenger 2. Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan, dirinya berharap keputusannya ini bisa menginspirasi negara-negara Barat untuk mengambil tindakan serupa.
AS yang memberi bantuan terbanyak untuk Ukraina saja sampai pekan lalu masih ragu untuk mengirimkan tank M1 Abrams. Salah satu alasannya ialah tank ini berat, mahal, dan mutakhir. Biaya pengoperasian tank Abrams adalah 66.000 dollar AS per bulan karena hanya memakai bahan bakar avtur.
Pengiriman tank ini menanggapi permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Menurut dia, Rusia hanya bisa dihentikan di medan pertempuran. Tank dan artileri pertahanan udara adalah persenjataan yang diharapkan.
Pengamat militer dan politik internasional China, Song Zhongping, kepada surat kabar nasional Global Times menuturkan, Ukraina mengira bisa menarik NATO mengikuti kemauannya. ”Para anggota NATO tidak bodoh. Mereka memakai Ukraina untuk menghentikan Rusia tanpa perlu turun tangan langsung,” ujarnya.