Tetap Berhati-hati walaupun Risiko Resesi Berkurang
Utang berbunga tinggi akan menjadi masalah besar saat resesi. Saat pengeluaran bertambah, antara lain, karena utang berbunga tinggi, pendapatan justru semakin terbatas.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Meski tetap tinggi, inflasi di Amerika Serikat dan Uni Eropa mulai berkurang. Walau memberi harapan, penurunan itu tetap disikapi dengan hati-hati. Sebab, potensi resesi belum benar-benar pergi.
Sejumlah pihak di Amerika Serikat (AS) menyebut, potensi resesi masih terbuka di negara itu. ”Mungkin pada triwulan tiga atau empat,” kata pimpinan Starwood Capital Group, Barry Sternlicht, kepada CNBC, Kamis (26/1/2023).
Jajak pendapat asosiasi ekonom AS, National Association of Business Economics (NABE), juga mengungkap risiko resesi. Dalam hasil jajak pendapat yang disiarkan pada 23 Januari 2023, NABE menyebut, lebih dari separuh responden menilai potensi resesi AS 2023 di atas 50 persen.
Sebagian besar responden juga mengungkap laba mereka terus terpangkas dalam tiga tahun terakhir. ”Lebih banyak responden yang mengantisipasi penurunan pegawai dibanding penambahan pekerja,” kata Presiden NABE Julia Coronado.
Kinerja ekonomi AS juga cenderung menunjukkan perlambatan. Departemen Perdagangan AS mengungkap, produk domestik bruto (PDB) AS triwulan IV-2022 tumbuh 2,9 persen dibanding periode yang sama pada 2021. Adapun PDB triwulan III-2022 tumbuh 3,2 persen dibanding triwulan III-2021.
Penurunan laju pertumbuhan, antara lain, karena rumah tangga menahan belanja. Hingga 68 persen PDB AS disandarkan pada belanja rumah tangga. Sepanjang triwulan IV-2022, segmen itu hanya tumbuh 2,1 persen. Di triwulan sebelumnya, segmen itu tumbuh 2,3 persen. Meski tetap positif, data itu menunjukkan perlambatan.
Suku bunga dan inflasi tinggi berkontribusi pada kondisi itu. Uni Eropa (UE) dan AS melaporkan inflasi terus menurun. Meski demikian, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve AS tetap berkeras inflasi harus dikendalikan ke aras 2 persen.
Dengan kata lain, AS dan UE harus memangkas inflasi lebih dari 6 persen. Menekan inflasi berarti menahan belanja dan ujungnya pertumbuhan terhambat.
Meski demikian, tidak semua menawarkan kesuraman. Goldman Sach menyakini inflasi akan semakin terkendali dan resesi bisa terhindar. Bank investasi itu menyebut, pertumbuhan PDB akan tetap rendah. Hal itu sebagai jalan tengah untuk menjaga pertumbuhan sekaligus mengendalikan inflasi.
Sikap optimistis juga ditawarkan orang terkaya di Bumi, Bernard Arnault. Dasarnya, antara lain, karena LVMH yang dipimpinnya mencatatkan pendapatan tertinggi sejak perusahaan itu dibentuk. Sepanjang 2022, pemegang merek aneka produk mewah itu mengumpulkan 79,2 miliar euro. ”Kami punya semua alasan untuk percaya diri,” ujarnya.
Lembaga konsultansi Bain&Co menyebut, pasar barang mewah bernilai 380 miliar dollar AS sepanjang 2022. Dibanding 2021, pasar itu tumbuh 22 persen. Pertumbuhan segmen itu, antara lain, tergantung pada pasar China.
Sebelum pandemi melanda, China merupakan konsumen besar. Para pelancong China menghabiskan rata-rata Rp 9 triliun per hari sepanjang 2019. Sebagian besar masuk ke kantong produsen barang mewah dan pengelola sangraloka.
Seperti taksiran Bain&Co, Arnault meyakini kondisi akan membaik saat China sepenuhnya membuka diri. LVMH sudah merasakan dampak positif dari pelonggaran kuncitara di China. ”Makau sangat menggairahkan. Toko-toko penuh, konsumen memborong banyak sekali,” ujarnya.
Arnault berkepentingan agar orang-orang berbelanja. Alasan utama tentu saja agar produk LVMH laku. Alasan lain, belanja rumah tangga dan negara menjadi salah satu faktor pertumbuhan di sejumlah negara. Faktor lain tentu saja investasi dan perdagangan luar negeri.
Jika semua orang menahan belanja, faktor pertumbuhan PDB berkurang. Dampaknya, perekonomian melambat. Bagi perusahaan, perlambatan ekonomi bisa disikapi dengan pemangkasan pekerja atau setidaknya menunda kenaikan gaji pegawai.
Soal belanja dan investasi, CEO of Hedgeye Risk Management Keith McCullough masih mempertahankan pendapatnya. Sepanjang 2022, ia menyarankan investor pribadi dan lembaga menambah emas dan aneka logam berharga dalam portofolionya. ”Saya akan menyimpannya satu atau lima tahun,” katanya.
Keith McCullough mengajak orang-orang tetap hati-hati mengikuti tren pasar. Ia, antara lain, mengambil contoh fenomena uang kripto yang nilai pasarnya tersapu lebih dari 70 persen sepanjang 2022. Bagi investor yang berani mengambil risiko dan paham kondisi pasar, ia tidak masalah jika mereka melakukan jual beli cepat (shortselling) di bursa.
Keith McCullough setuju belanja harus tetap dilakukan. Namun, polanya perlu ditinjau ulang untuk memastikan keseimbangan kas dan portofolio. Panduan 30:30:30 tetap jadi acuan, di mana porsi utang dan aneka kewajiban maksimum 30 persen dari pendapatan. Demikian pula belanja dipatok maksimum 30 persen dari pendapatan.
Tidak kalah penting, sebelum belanja, sisihkan untuk investasi dan membayar kewajiban. ”Selesaikan utang-utang berbunga tinggi secepatnya,” kata CEO Blue Ocean Global Wealth Marguerita Cheng.
Utang berbunga tinggi akan menjadi masalah besar saat resesi. Saat pengeluaran bertambah, antara lain, karena utang berbunga tinggi, pendapatan justru semakin terbatas.
Cheng menyebut, utang berbunga tinggi akan menjadi masalah besar saat resesi. Saat pengeluaran bertambah, antara lain, karena utang berbunga tinggi, pendapatan justru semakin terbatas.
Meski sulit, orang-orang usia produktif amat disarankan membuat dana cadangan. Sebagian perencana keuangan menyarankan dana itu setara setidaknya enam bulan pengeluaran. (AFP/REUTERS/RAZ)