Dana Bantuan bagi Pengungsi Palestina Tiris
Anggaran untuk melayani kebutuhan pengungsi Palestina, Lebanon, dan Suriah kronis. Jika tak ada anggaran, para pengungsi terancam tidak bisa makan, mengenyam pendidikan, dan tak mendapat layanan kesehatan.

Warga Palestina membentangkan poster saat berdemonstrasi untuk menggalang dukungan internasional terhadap perjuangan Palestina melawan Israel di kamp pengungsi Rafah di selatan Jalur Gaza, Senin (7/3/2022). Mereka mengharapkan dukungan internasional seperti Ukraina yang sedang berjuang melawan serangan Rusia.
New York, Selasa - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA mengajukan permintaan anggaran sebesar 1,6 miliar dollar AS untuk operasional tahun 2023. UNRWA yang memberikan layanan kepada sedikitnya enam juta warga Palestina yang terdaftar di wilayah Palestina, termasuk Jerusalem timur yang dicaplok Israel, itu kekurangan anggaran.
Selain pengungsi Palestina, UNRWA juga membantu pengungsi dari Lebanon dan Suriah. Situasi ini kronis karena semakin banyaknya konflik di negara-negara itu. Tanpa anggaran tersebut, layanan dasar seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan untuk para pengungsi akan terhambat.
Baca juga: Pengungsi Palestina Cenderung Diabaikan
UNRWA yang memiliki sekitar 30.000 staf -kebanyakan dari mereka adalah pengungsi Palestina- menjalankan lebih dari 700 sekolah yang memberikan kesempatan pendidikan kepada 500 anak, menyediakan layanan kesehatan, sanitasi dan sosial, termasuk bantuan makanan dan uang tunai. Dari 1,6 miliar dollar AS yang diajukan, sebanyak 848 juta dollar AS dibutuhkan untuk layanan utama itu dan 781,6 juta dollar AS untuk operasi darurat.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (24/1/2023), menyebutkan badan ini memegang peranan yang sangat penting bagi jutaan pengungsi Palestina. “Kami berusaha memberikan layanan dasar meski dalam kondisi keuangan dan politik yang sangat sulit,” ujarnya.

Dalam arsip foto tanggal 26 Mei 2019 ini, seorang guru mengawasi anak-anak sekolah Palestina mengikuti ujian akhir di Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat, UNRWA, Hebron Boys School, di kota Hebron, Tepi Barat.
UNRWA memperingatkan sebagian besar pengungsi Palestina kini hidup di bawah garis kemiskinan dan semakin banyak yang bergantung pada bantuan dari UNRWA. Bantuan itu juga berguna bagi mereka agar bisa bertahan hidup. Lazzarini mengatakan ia baru saja kembali dari Suriah dimana ia melihat secara langsung penderitaan dan keputusasaan para pengungsi. Situasi menyedihkan yang sama juga terlihat di Lebanon dan Gaza dimana para pengungsi Palestina hidup sangat menderita. “Mereka hanya meminta kehidupan yang bermartabat. Hanya itu saja,” ujarnya.
UNRWA sudah lama menghadapi kekurangan anggaran yang kronis dan situasi ini memburuk pada 2018 ketika mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menghentikan dukungan pada UNRWA. Trump mencap UNRWA sebagai “kesalahan yang tidak bisa diperbaiki”. Ia berpihak pada kritik Israel pada UNRWA yang didirikan pada 1949, setahun setelah pendirian Israel. Pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, sudah memulihkan dukungan AS sepenuhnya tetapi UNRWA masih saja mengalami kesulitan keuangan.
Baca juga: Komitmen dan Konsistensi Indonesia untuk Palestina
Tahun lalu, UNRWA hanya bisa mengumpulkan sekitar 1,2 miliar dollar AS dari 1,6 miliar dollar AS yang diminta. “Kita tidak bisa selalu harus bersusah payah mengumpulkan dana untuk menutupi kontribusi kita terhadap hak asasi manusia. Perlu ada model pendanaan yang lebih berkelanjutan dengan sumber dana yang bisa diprediksi, berjangka panjang, dan teratur,” kata Lazzarini.
Indonesia

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan pidato pernyataan pers tahunan menteri luar negeri tahun 2023 di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (11/1/2023). (DOKUMENTASI KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI)
Dalam pernyataan pers tahunan tahun 2023 pada 11 Januari lalu, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menyatakan Indonesia akan terus mendukung perjuangan bangsa Palestina. Bantuan kemanusiaan juga diberikan dalam bentuk hibah sebesar Rp 14,4 miliar untuk penanganan dampak pandemi Covid-19, Rp 7,2 miliar melalui ICRC, dan Rp 3 miliar dialokasikan setiap tahun untuk pengungsi Palestina melalui UNRWA. Prioritas diplomasi Indonesia selanjutnya adalah tetap aktif menjalankan diplomasi perdamaian dan kemanusiaan.
“Sebagaimana amanah Konstitusi, Indonesia secara konsisten akan terus membantu perjuangan kemerdekaan Palestina dan Indonesia akan mendorong Organisasi Kerjasama Islam atau OKI untuk lebih aktif dalam menyelesaikan isu Palestina dan Afganistan,” sebut Retno. (AFP)