Rencana Rekonsiliasi Pangeran Harry Usai Merilis Buku yang Menghebohkan
Mengutip sumber di internal Kerajaan Inggris, koran ”The Sunday Times” mengungkapkan rencana rekonsiliasi Pangeran Harry dan kerajaan Inggris. Mereka tak ingin cerita-cerita miring kerajaan terus jadi konsumsi publik.
Pekan ini publik Inggris dan dunia kembali dibuat tersentak oleh cerita blakblakan Pangeran Harry soal sisi-sisi kehidupan pribadinya dan Kerajaan Inggris melalui bukunya berjudul Spare. Buku ini resmi dijual mulai Selasa (10/1/2023) lalu. Hingga akhir pekan ini, buku itu masih jadi buah bibir.
”Buku paling aneh yang pernah ditulis oleh seorang anggota kerajaan,” sebut Sean Coughlan, koresponden kerajaan dari BBC, dalam ulasan buku itu. ”Memoar Pangeran Harry, Spare, sebagian berisi pengakuan, sebagian lain ungkapan kemarahan, dan sebagian lain surat cinta.”
Sebelum dirilis di toko-toko buka, buku otobiografi tersebut jadi pembahasan selama berminggu-minggu di televisi dan media, khususnya di Inggris. Media negara itu seolah berlomba memperoleh bocoran isinya, ingin jadi yang pertama mengabarkan. Sejumlah toko buku di Spanyol sempat ”offside” menjual edisi bahasa Spanyol lima hari lebih awal dari jadwal seharusnya.
Dalam buku tersebut, Harry membeberkan detail-detail cerita hubungannya dengan sang kakak, Pangeran William, dan ayahnya, Raja Charles III. Diceritakan, misalnya, pernah suatu saat William mencengkeram kerah baju Harry, mencampakkan kalungnya, dan membanting Harry ke lantai. Itu terjadi kala keduanya bertengkar soal Meghan, istri Harry.
Baca juga : "Spare", Pangeran Harry Tak Ingin Umbar Semua “Cerita” Keluarga
Harry dan Meghan keluar dari lingkungan istana kerajaan dan hijrah ke California, Amerika Serikat, Januari 2020. Saat ia pulang kampung menghadiri pemakaman kakeknya, Pangeran Philip, Charles berpesan agar William dan Harry tidak bertengkar saat bertemu.
Koran Inggris, The Sunday Times, Minggu (15/1/2023), menyebutkan bahwa rekonsiliasi antara Pangeran Harry dan keluarga Kerajaan Inggris bisa saja terjadi sebelum penyematan mahkota kerajaan kepada Raja Charles III, 6 Mei mendatang. ”Akan ada sikap fleksibilitas di semua pihak, tetapi dapat dilakukan, dapat diperbaiki,” tulis Times, mengutip sumber yang dekat dengan Raja Charles dan juga mengetahui Harry dan istrinya, Meghan.
”(Rekonsiliasi) itu butuh kehadiran Harry di sini, dalam satu ruangan dengan Raja dan Pangeran Wales, sejumlah anggota kerajaan lainnya, dan beberapa 'orang' yang dia (Harry) pelajari, yang selalu mendukungnya sehingga dia tidak merasa diserang,” tambah sumber Times.
”Kedua pihak harus menahan diri dan mengakui bahwa kita tidak bertindak dengan tepat, kita sudah melakukan banyak kesalahan, dan kita harus mengatakan 'kami memahami penderitaan yang sudah Anda alami'. Raja bisa melakukan semua itu,” lanjut sumber tersebut.
”Tidak semua yang ada di sini bisa berperilaku baik, tetapi Harry harus bisa duduk bersama dan mengakui, 'Kami juga tidak bertindak dengan baik juga'. Butuh banyak kemampuan bersikap fleksibel. Harry memang kurang mampu dalam hal itu,” kata sumber Times.
Harry pernah mengatakan, dirinya lebih suka rekonsiliasi dengan keluarganya. Tapi, kata dia, perlu ada pertanggungjawaban terlebih dulu.
Menurut sumber Times, kini hanya soal waktu. ”Kami harus mengupayakan hal itu dan bisa dilaksanakan pada April. Kemudian, kami juga mengundang para istri. Raja ingin agar penyematan mahkotanya bisa berjalan dengan lancar,” kata dia.
Seorang sumber lain di internal kerajaan juga mengungkapkan kepada Times bahwa Harry dan Meghan harus diundang pada momen penyematan mahkota yang bersejarah itu. Jika hal itu tidak terjadi, pertengkaran dua bersaudara tersebut akan terus terjadi menjadi ”sirkus dan distraksi”.
Keterusterangan Harry
Dalam buku memoarnya itu pula, Harry berterus terang soal kenakalan-kenakalannya saat tumbuh remaja. Ia mengaku, misalnya, mengonsumsi ganja dan kokain. Ia juga mengungkapkan kehilangan keperjakaannya di belakang pub dengan seorang perempuan lebih tua.
Salah satu bagian paling menguras emosi adalah penuturan Harry terkait kematian ibunya, Putri Diana. Ia mengaku butuh waktu lama menerima kenyataan bahwa ibunya telah pergi. Ke mana ia memandang, ketika itu ia seolah selalu melihat wajah ibunya.
”Mungkin dia (Diana) ada di mana-mana, seperti halnya dia tak mungkin dilukiskan, karena dia adalah cahaya, murni, dan cahaya yang memancar. Bagaimana Anda benar-benar bisa melukiskan cahaya? Bahkan, Einstein pun tak mampu,” tulis Harry.
Buku Spare ditulis oleh JR Moehringer, mantan jurnalis. Judul buku itu diambil dari ungkapan lama di lingkaran kerajaan dan aristokrat: jika anak pertama adalah ahli waris gelar, kekuasaan, serta harta, anak kedua adalah pengganti atau cadangan (spare) jika sesuatu hal terjadi pada anak pertama. Sosok itu mengacu pada Harry.
Tak akan memaafkan
Meski selama ini kerap dinilai bandel, mengambil sikap ”sesuka hati”, dan bertentangan dengan citra keluarga Kerajaan Inggris, Pangeran Harry tetap berupaya menjaga martabat keluarganya. Ia memilih tidak mengumbar semua ”cerita” tentang ketegangannya dengan Pangeran William dan ayahnya, Raja Charles III, dalam buku terbarunya itu.
Kepada Daily Telegraph, dalam wawancara pada Jumat (13/1/2023) lalu, Harry mengatakan, dirinya tidak ingin dunia mengetahui bagaimana relasi mereka. Menurut dia, ada banyak hal terjadi.
”Terutama antara saya dan kakak saya, dan sampai batas tertentu antara saya dan ayah saya, yang saya tidak ingin dunia tahu. Sebab, saya pikir, mereka pasti tidak akan pernah memaafkan saya,” kata Harry.
Baca juga: Pangeran William, Putra Mahkota Idaman, Garda Terdepan Kerajaan Inggris
Menurut Harry, awalnya draf buku itu mencapai 800 halaman, tetapi saat dirilis, buku itu hanya menjadi setebal 400 halaman. Tentu sebagian dipangkas karena alasan tadi, Harry tidak ingin mengumbar semua ”keluhannya” tentang sulitnya hubungan dengan William dan Raja Charles III.
Buku itu tadinya direncanakan setebal 800 halaman, tetapi hanya menjadi setebal 400 halaman. Sebagian isinya dipangkas. Harry tidak ingin mengumbar semua ”keluhannya” tentang sulitnya hubungan dengan William dan Raja Charles III.
Dalam buku yang diterbitkan Selasa lalu itu, ia menggambarkan ayahnya, Raja Charles III, sebagai orang yang secara emosional lemah. Harry menilai, hal itu terjadi akibat intimidasi yang brutal saat Charles masih anak-anak. Di sisi lain, Harry juga menggambarkan ayahnya sebagai pribadi yang penyayang.
Kepada Telegraph, Harry mengatakan, ia mengemukakan keluhannya bukan karena ingin menghancurkan keluarga Kerajaan Inggris, tetapi karena memiliki tanggung jawab mereformasi ”lingkungan” kerajaan. Alasannya, demi melindungi anak-anak Pangeran William. Namun, menurut Harry, William telah menegaskan kepadanya bahwa anak-anaknya bukanlah tanggung jawab Harry.
Dalam sebuah jajak pendapat yang digelar oleh YouGov, sebanyak 64 persen responden saat ini justru memiliki pandangan negatif pada Harry. Jajak pendapat pada Senin (9/1) itu menghasilkan bahwa 64 persen orang Inggris sekarang bepersepsi negatif terhadap pangeran yang dulu populer itu. Kini peringkatnya paling rendah. Meghan, istrinya, juga mendapat skor yang buruk.
Dalam serangkaian wawancara, Harry kerap menyalahkan media atas beragam persoalan yang dihadapinya. Menurut Harry, peliputan yang tidak adil berkontribusi pada keretakan relasinya dengan William.
Kerajaan tak komentar
Sejauh ini keluarga Kerajaan Inggris belum memberi komentar atas memoar Harry. Kamis lalu, Pangeran William dan istrinya, Kate, terlihat santai saat mengunjungi Rumah Sakit Universitas Royal Liverpool. Seorang pria mendekati keduanya dan melontarkan pertanyaan, ”Apakah Anda berencana untuk memberikan komentar terhadap buku Harry?”
William dan Kate tidak menanggapi pertanyaan tersebut. Sementara itu, Raja Charles III mengunjungi Skotlandia untuk bertemu dengan sejumlah komunitas lokal.
Baca juga: Rakyat Inggris Raya Menyongsong Perubahan di Bawah Raja Charles III
Meski berbau kontroversi, buku Spare mencetak angka penjualan yang cukup fantastis. Buku itu hadir dalam beragam rupa, baik edisi hardcover maupun e-book, di pasar Inggris, Kanada, dan AS.
Menurut Penguin Random House, penerbit buku tersebut, hanya dalam satu hari saja Spare telah terjual sebanyak 1,4 juta eksemplar. Ini rekor karena sejauh ini jumlah tertinggi yang ditorehkan penerbit tersebut.
Capaian seperti itu baru dicatatkan oleh buku Michelle Obama bertajuk Becoming dalam waktu seminggu. Buku Michelle Obama diterbitkan pada tahun 2018. Di hari pertama penjualannya, buku Michelle laku 725.000 eksemplar. Adapun buku mantan Presiden AS Barack Obama, A Promised Land, pada hari pertama penjualan tahun 2020 laku 887.000 eksemplar.
Bukan hanya di Inggris, AS, dan Kanada, buku memoar Harry juga laris manis di Perancis. Edisi bahasa Perancis buku tersebut sudah terjual 210.000 eksemplar. Saat ini buku itu dicetak ulang 130.000 eksemplar.
Apa pun cerita soal Harry, meski sudah berulang kali mendengarnya, publik seolah tak pernah bosan. ”Spare adalah cerita tentang seseorang yang mungkin kita pikir kita sudah tahu. Tetapi, kini kita benar-benar akan memahami Pangeran Harry melalui kata-katanya sendiri,” ujar Gina Centrello, Presiden dan Penerbit Random House Group. (AP/AFP/REUTERS)