Pangeran William, Putra Mahkota Idaman, Garda Terdepan Kerajaan Inggris
Pangeran William menjadi putra mahkota idaman publik dan sosok tepercaya yang bakal mampu mempertahankan eksistensi monarki Inggris di masa mendatang. Enam tahun lalu, ia sudah menyatakan siap menjaga relevansi kerajaan.
Kira-kira dua pekan sebelum Ratu Inggris Elizabeth II wafat, Pangeran William dan istrinya, Catherine (Kate) Middleton, mengumumkan boyongan keluarga dari rumahnya di jantung kota London ke area perdesaan di Windsor, sebelah barat ibu kota. Saat itu, menurut pengamat, keluarga William-Kate ingin meningkatkan privasi kehidupan mereka dan ingin bisa ”lebih normal” dalam mendidik putra-putri mereka.
Namun, dengan status dan peran barunya sebagai putra mahkota dan ahli waris pertama Kerajaan Inggris, William diperkirakan bakal lebih sering tampil di depan publik untuk menjalankan tugas-tugas kerajaan. Bersama istrinya, Kate (keduanya berusia 40 tahun), ia kini menyandang gelar Duke of Cornwall—Kate, Duchess of Cornwall—selain juga secara berurutan gelar Duke dan Duchess of Rothesay di Skotlandia.
Di mata publik, William dan Kate dinilai menjalankan tugas-tugas kerajaan dengan pendekatan lebih rileks dan lebih personal. Juga tidak lupa terlibat langsung dalam mendidik dan membesarkan tiga anak mereka: George, Charlotte, dan Louis. Bukan hanya dipandang sebagai model keluarga idaman, keduanya dinilai bakal mampu menghadirkan visi modern Kerajaan Inggris di era baru.
William dipandang punya modal cukup untuk memikul tanggung jawab memimpin Kerajaan Inggris saat kesempatan itu datang. Modalnya untuk menjadi raja, yang bisa ”digugu dan ditiru” bahkan lebih besar daripada yang dimiliki ayahnya, Charles III, ketika menjadi raja. William tumbuh dan berkembang dengan rasa tanggung jawab kuat akan tugas-tugas yang harus dipikulnya.
Baca juga : Raja Baru Charles III
Dalam jajak pendapat yang digelar lembaga YouGov pada Agustus 2022, William dan Kate secara berurutan berada di urutan kedua dan ketiga sosok keluarga kerajaan favorit rakyat, hanya kalah dari Sang Ratu. ”Saya pikir, William dan Kate dalam banyak hal seperti Sang Ratu muda dan (Pangeran) Philip,” kata Robert Jobson, wartawan veteran Kerajaan Inggris.
”Keduanya tidak terlalu muda saat ini, tetapi terkait hal itu keduanya pasti akan memberi bentuk modernitas pada monarki setelah raja-raja lama, yang mungkin itulah yang dibutuhkan guna menjaga kontinuitas (monarki),” lanjut Jobson.
Banyak kalangan memperkirakan, masa tunggu William sebagai putra mahkota juga tidak akan selama Charles. Charles harus menunggu lama untuk menjadi raja terkait masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II yang sangat panjang, yakni 70 tahun. Ini masa kepemimpinan terlama dalam sejarah monarki Inggris.
Baca juga : Raja Charles III Lebih Miskin daripada Raja-raja di Asia dan Afrika
Kepemimpinan Charles III, kata Johnson, ”akan dilihat sebagai masa transisi bagi anaknya—yang jauh lebih muda, lebih memikat. Dan tentu saja, William akan bertakhta lebih lama”.
”Mengingat Pangeran Charles menjadi raja dalam usia 70-an tahun dan mungkin akan memimpin kerajaan sekitar 20 tahun jika ia bernasib baik, ini berarti, begitu besar harapan masa depan kerajaan berada di pundak Pangeran William,” ujar Andrew Morton, penulis biografi.
Bangkit dari trauma
Lahir 21 Juni 1982 dengan nama lengkap William Arthur Philip Louis Mountbatten-Windsor, Duke of Cornwall—bersama adiknya, Harry, yang lahir dua tahun kemudian—memperoleh didikan sama oleh para pengasuh dan pendidikan asrama sejak usia delapan tahun. Namun, dalam usia sangat belia, William mengalami masa-masa yang tidak mudah bagi anak seusianya.
Ia baru berusia 10 tahun saat kedua orangtuanya (Charles dan Putri Diana) pisah ranjang, berlanjut dengan perceraian tahun 1996. Setahun kemudian, pada usia 15 tahun, ia sudah kehilangan ibu, Diana, yang meninggal dalam kecelakaan mobil di Paris, Perancis.
Foto-foto dan rekaman gambar saat ia dan Harry berjalan dengan wajah tertunduk di belakang peti jenazah ibunya di sepanjang jalan menuju tempat upacara pemakaman Diana di Westminster Abbey bagaikan pemandangan abadi dan tak terlupakan dalam memori publik. Tergambar beratnya langkah dua remaja tersebut saat itu, sekaligus melukiskan kedekatan batin antara anak dan ibu.
”Kepedihan yang tiada duanya,” ujar William mengenai kematian sang ibu. Saat meresmikan patung Diana pada musim panas tahun 2021, ia dan Harry mengungkapkan kenangan soal ”cinta, kekuatan, dan karakter” ibu mereka. ”Setiap hari kami ingin beliau selalu bersama kami,” kata mereka.
William selalu bercerita tentang hal-hal yang indah bersama ibunya. Ia pernah, misalnya, bercerita bahwa ibunya melantunkan lagu ”(Simply) The Best”-nya Tina Turner di dalam mobil untuk memompa semangat dirinya dalam perjalanan ke sekolah pada tahun ajaran baru.
Baca juga : Putri Diana, Tetap Melekat Setelah Seperempat Abad
Saat muda, dengan rambut pirang dan air mukanya, William punya pembawaan mirip dengan ibunya. Untuk mengenang sang ibu, William membubuhkan nama ”Diana” pada putrinya: Charlotte Elizabeth Diana.
Dari pengalaman trauma yang dialaminya, William ikut terlibat dalam berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesehatan mental. Ia mendorong orang mau berbicara secara terbuka mengenai emosi dan suasana batinnya. Ia pernah mengungkapkan betapa berat pergulatan batin yang dialaminya saat Diana meninggal.
Seperti pamannya, Pangeran Andrew; adiknya, Harry; dan ayahnya, Charles; William meniti karier militer. Ia menjadi anggota tentara tahun 2006. Pada tahun 2009, ia lulus menjadi pilot helikopter pencarian dan penyelamatan pada Angkatan Udara Inggris. Dua tahun kemudian ia menikah dengan Kate, gadis yang dikenalnya saat kuliah di Universitas St Andrews, Skotlandia.
Citra positif
Bersama Kate dan anak sulungnya, George (lahir 2013), William tinggal di rumah kebun yang disewanya di Anglesey, area pantai barat laut Wales. Ia pernah bekerja sebagai pilot ambulans udara untuk sipil tahun 2015, tinggal di Anmer Hall, permukiman Sandringham milik neneknya, di Norflok, Inggris timur.
Pekerjaan sebagai pilot helikopter untuk penyelamatan itu memberinya banyak pengalaman penuh trauma. Menurut William, pekerjaannya saat itu membantu orang-orang yang berada ”di depan pintu kematian”.
Baca juga : Mekkah Gempar, Pria Yaman Mengaku Laksanakan Umrah bagi Ratu Elizabeth II
Pada 2017, William keluar dari pekerjaannya dan mencurahkan seluruh waktunya untuk menjalankan tugas-tugas kerajaan. Hal ini membuatnya harus pergi-pulang antara London dan Norflok. Ia dan keluarganya kemudian pindah ke apartemen di Istana Kensington, London.
Sejauh ini, William dan keluarganya secara umum mampu melindungi kehidupan pribadi dan keluarganya dari sorotan publik secara berlebihan melalui media. Richard Fitzwilliams, pengamat kerajaan, menyebut William dan Kate ”mampu menguasai cara menggabungkan hal formal dan informal” dengan membuat penggambaran tentang citra kehidupan mereka yang positif di media sosial.
Pasangan tersebut aktif di media sosial. Akun resmi Twitter, Instagram, dan Youtube mereka memiliki jutaan pengikut. ”Mereka luar biasa berhasil menjaga gabungan antara normalitas dan status keluarga raja,” lanjut Fitzwilliams.
Penjaga kerajaan
Meski dipandang mewakili sosok dengan gaya dan pendekatan modern, William adalah sosok pembela mati-matian keluarga kerajaan dan nilai-nilainya. Ia tanpa ragu membela kerajaan saat kerajaan dikritik oleh adiknya sendiri, Harry, terkait praktik-praktik rasisme di lingkungan istana. ”Kami sangat jauh dari keluarga rasis,” kata William tegas.
William belum mengeluarkan respons terbuka terkait klaim Harry bahwa William dan ayahnya ”terperangkap” oleh konvensi. Dengan pembelaan kuat terhadap kerajaan seperti itu, semakin kuat anggapan yang muncul bahwa William dipandang sebagai sosok yang tepat dan tepercaya bakal mampu mempertahankan masa depan monarki.
Baca juga : Sindiran Pangeran William kepada Pelancong Antariksa
Tidak seperti neneknya, Ratu Elizabeth II, yang tak pernah memberikan kesempatan wawancara selama 70 tahun memerintah kerajaan, William kerap memberikan wawancara mendalam di media. Tak jarang, ia menyampaikan blak-blakan dan mengkritik para pemimpin atau tokoh dunia yang hanya pintar bicara, tetapi minim berbuat.
”Kita sudah tak cukup lagi hanya cakap bicara dengan kata-kata pintar, tetapi tidak cukup bertindak,” kata William menjelang KTT Iklim COP 26 tahun lalu.
Sejumlah sumber di kalangan kerajaan menyampaikan kepada media bahwa William memahami, pendekatan diam yang selama ini dipilih Ratu sudah tidak memadai lagi untuk era saat ini. Dibutuhkan pendekatan yang tidak terlalu formal, lebih dikenal dengan panggilan nama, bukan dengan gelar-gelar kerajaan.
Baca juga : Pangeran William-Kate, Raja dan Ratu Harapan Masa Depan Inggris
”Saya pikir, keluarga kerajaan harus memodernisasi dan berkembang serta harus tetap relevan,” kata William pada tahun 2016 saat ditanya mengenai masa depannya sebagai raja.
”Itulah tantangan bagi saya, yakni bagaimana saya membuat keluarga kerajaan tetap relevan dalam 20 tahun ke depan—bisa juga 40 tahun ke depan atau 60 tahun ke depan—dan saya belum tahu kapan hal itu akan terjadi.” papar William. ”Saya berharap, hal itu (membuat kerajaan tetap relevan) adalah sesuatu yang bisa saya lakukan.” (AP/AFP/REUTERS) - BERSAMBUNG